Epilog

288 26 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



-
-
-
-
-


Bima mengerjapkan matanya. Ah. Rasanya berat sekali untuk dibuka. Tunggu. Ada sesuatu yang menempel pada dahinya.

Kompres?

Rupanya plester demam yang entah dari kapan menempel disana. Ia mengingat ngingat. Ah iya. Ia habis demam setelah kehujanan saat pemakaman Kinan. Tapi, kenapa rasanya Ia sudah tertidur terlalu lama ya?

Ia menatap kosong jendela kamarnya. Teringat kembali oleh Kenyataan. Adiknya sudah pergi. Mengingat kejadian waktu itu membuat hatinya kembali terasa teriris perih. Menyakitkan.

Tanpa Ia minta, air mata mengalir begitu saja dari ujung matanya.

Kinan, Abang kangen...

Entah. Rasanya berat sekali. Padahal rasanya belum lama adiknya itu kembali ke pelukannya setelah bertahun tahun terdapat jarak di antara dirinya dan Kinan. Tapi, ternyata Tuhan lebih merindukan adiknya.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka. Rupanya Tristan yang masuk.

"Udah bangun lu Bang?" Tanya Tristan yang membuat Bima tersadar dari lamunannya.

Tristan mendudukkan dirinya di atas ranjang Bima.

"Udah." Jawab Bima datar.

"Gimana tidurnya? Enak? Hampir 2 hari lho.. Secapek itu ya habis hujan hujanan?" Tanya Tristan yang justru sedikit menyinggung perasaan Bima.

"Terserah gue donk." Ucap Bima ketus.

"Mau sarapan di kamar apa di bawah?" Tanya Tristan.

"Ogah. Gue gamau sarapan."

"Dih. Orang sakit bisa nyebelin ternyata."

Bima tak menghiraukan lebih jauh perkataan Tristan. Ia masih merindukan si bungsu. Sangat rindu.

"Yaudah gue turun. Ntar gue bilang Bunda, lu mau nya makan di kamar." Tristan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar Bima.

"Hmm.." Sahut Bima.

"Eh iya.. Mau jenguk Kinan ga?" Tanya Tristan lagi.

Bima menggeleng.

"Kenapa? Biasanya lu yang paling semangat ketemu adek?" Entah kenapa kedatangan Tristan pagi ini sangat menghancurkan mood Bima. Entah seperti seolah-olah anak itu telah berhasil merelakan kepergian Kinan begitu saja.

"Gue__ gue masih belum bisa terima kenyataan yang ada__" Ucap Bima sambil masih menatap kosong jendela kamarnya.

Tristan mendekat lagi. Bima terdengar sedikit aneh baginya.

"Kenyataan apa yang belum bisa lu terima?"

"Kenyataan kalo gue bakal kangen Adek selama lamanya.. Kenyataan kalo gue gabakal bisa liat senyuman adek lagi.. Kenyataan kalo gue gabisa memperbaiki kesalahan kesalahan gue yang dulu.." Ucap Bima sendu

You Must Comeback Home | TXT LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang