9: Semakin parah

145 9 1
                                    

Matahari sudah mulai menampakkan dirinya dan juga sinar yang terang. Burung-burung berkicauan, di tambah lagi suasana yang sangat sejuk. Lyora dengan sekuat tenaga nya berdiri untuk membersihkan rumah dan memasak makanan untuk keluarga nya. Tadi malam Fano pulang dan menghajarnya lagi tanpa ampun. Tak ada yang menolong nya waktu itu, seingatnya hanya ada Ciko yang menggigit kaki Fano tadi malam.

"LYORA!! I'M COMING." Lyora tau itu suara Amelya, Lyora dengan cepat membuka pintu rumahnya dan benar dia datang dengan kedua pria berjas hitam dan gagah.

"Di hajar lagi Lo?" Lyora mengangguk dan menyuruh Amelya masuk kedalam. Hari ini hari pertama Amelya masuk sekolah, dia meminta bersekolah di sekolah yang sama dengan Lyora. Dan ya setelah pulang dari luar negeri Amelya harus di jaga, kata Kelvan Alfahri- ayah Amelya ini demi keamanan Amelya.

"Gue bantu obatin ya?"

"Gk usah ini udah gue obatin tadi, ayo berangkat ntar Lo telat." Amelya pasrah ketika melihat sahabatnya dengan paksa harus pergi ke sekolah dengan keadaan yang sangat tidak memungkinkan. Amelya memperhatikan Lyora terus sejak tadi, ada rasa kasihan di benaknya. Di rahangnya ada bekas kemerahan, di sudut kanan mulutnya ada bekas darah, bahkan di tangan dan kakinya ada banyak sekali luka yang membiru.

Kini Lyora dan Amelya sudah sampai di sekolah. Banyak sekali orang-orang yang menatapnya. Lyora bisa melihat ada Seana yang sepertinya sedang menolong orang yang sering di bully di sekolahnya. Saat Lyora menghampirinya, Seana sangat terkejut, tapi hanya di balas senyuman oleh Lyora. Amelya melihat perbedaan di diri Lyora, Amelya sendiri tau bahwa itu semua dia lakukan demi mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya kembali.

"Lo udah kayak zombie aja, pulang ke apartemnt gue sana. Ntar gue izinin." ucapnya sambil melepaskan cengkraman tangannya dari kerah anak perempuan tadi.

"Preman Lo ngab?" tanya Amelya, Seana langsung mendelik dan Lyora hanya tertawa.

"Lah Lo siapa? tiba-tiba ngatain gue preman?" jawab Seana sambil menaikan dagu dan berkacak pinggang.

"Gue? anak baru, sahabatnya Lyora." Jawab Amelya senang.

"Oh pantes sok asik sama nuduh."

"HEH!"

"APA? NGAJAK RIBUT LO SAMA GUE? AYO SINI." Seana menggulung lengan seragamnya. Amelya pun mendekat ke Lyora. Lyora tertawa melihat ini semua.

"Udah ayo masuk, nih anak btw juga sekelas sama kita. Duduk di samping Lo nanti." Lyora memutuskan untuk berjalan menuju kelasnya dan meninggalkan Amelya dan Seana yang masih beradu argument. Saat memasuki kelas dia belum melihat ada Queen, biasanya dia selalu berangkat lebih awal.

Beberapa detik kemudian ada yang mengejutkan nya dan itu orang yang dia cari-cari keberadaan tadi. Queen, dia datang penampilan yang berantakan, bahkan sudut bibirnya merah. Lyora dan Seana langsung menatap Queen dengan intimidasi.

"Lo habis di pukuli preman mana?" tanya Seana ngaco. Lyora yang mendengar itu pun memukul lengan Seana.

"Di pukuli bokap gue Ra, Na, gara-gara gue gk sengaja hilangin anjing favorit nya. Waktu itu mama juga lagi keluar kota dan gk bisa nolongin gue." Jawab Queen, sebenarnya bapaknya itu tidak galak-galak amat, bahkan bapaknya itu penyayang.

Tapi kalau soal anjingnya itu? Wah tidak bisa di bicarakan dengan baik-baik, meskipun itu istri atau anaknya.

"WHAT!" Teriak keduanya dengan mata yang melotot. Amelya sadari tadi hanya diam saja memperhatikan ketiganya. Merasa dirinya di tatap oleh orang yang membuat Lyora dan Seana kaget dia langsung bertanya.

"What? Why are you looking at me like that? Is there something wrong with me?" Tanya Amelya.

"Are you a foreigner? Are you a new student?" Yang di tanya bukannya menjawab malah bertanya balik. Lyora dan Seana hanya memperhatikan keduanya, memang beda kalau punya temen Bule kayak Queen. Apa lagi Amelya yang beberapa tahun tinggal di luar negeri.

Lyora Dan Kehidupannya•END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang