32.Menyesal? [✓]

119 6 0
                                    

Raden dan Lyora kini dipertemukan kembali di makam Kenanza. Lyora yang sudah tak ingin berharap dengan Raden lagi awalnya ingin pergi dan segera pulang kerumah, tapi Raden malah memohon kepadanya agar bisa mengobrol sebentar.

Mau tidak mau Lyora menyetujui nya dan menyuruh Nia membawa mobilnya, Lyora pun satu mobil dengan Raden. Awalnya Lyora juga tidak mau satu mobil dengannya tapi Raden memaksanya lagi. Didalam mobil pun mereka saling diam, dan Lyora juga masih sibuk membalas beberapa pesan dari sahabatnya dan juga karyawan nya.

"Kamu sekarang berubah ya." Lyora tetap diam dan fokus kepada handphone nya. Merasa bahwa dirinya dicueki oleh Lyora, Raden tersenyum dan masih menyetir mobil dengan kecepatan sedang.

Mereka sudah sampai di cafe dan Lyora segera turun dari mobil milik Raden. Dan segera duduk di kursi yang kosong.

"Kamu udah makan?"

"Udah tadi sama Nia, saya pesan minum saja." Raden mengangguk, Raden tak heran jika Lyora menggunakan panggilan saya dan anda. Itu terjadi karena ulahnya, jika saja dulu dia tak melakukan hal itu mungkin Lyora tidak akan sebenci dan seasing itu kepadanya.

"Bagaimana kabar keluarga kamu?" Tanya Raden.

"Baik." Raden dan juga Lyora sama-sama diam, apa lagi Lyora dari tadi sibuk dengan ponselnya.

"Kamu udah punya tunangan?" Tanya Sastra yang melihat cincin di jari manis Lyora.

"Gk ada, cincin ini pemberian kak Sastra." Ya memang benar cincin yang melingkar di jari manisnya itu di kasih oleh Sastra waktu beberapa Minggu yang lalu karena Sastra mendengar bahwa Lyora sangat menyukai cincin itu.

"Kamu gk pacaran kan sama kak Sastra?" Tanya Raden.

"Apa urusan mu?" Jawab Lyora dengan wajah tak suka.

"Hanya bertanya saja." Lyora mengangguk saja. Tak lama minuman mereka datang.

"Bagaimana keluarga anda? Dan anak anda?" Tanya Lyora yang penasaran.

Raden tersenyum dan segera menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Lyora sendiri masih tak menyangka hal itu, dan Lyora rasa ada yang menjanggal di cerita Raden. Lyora diam dan menatap kedua netra yang dulu dirinya suka.

"Saya pulang dulu, Minggu depan saya akan ke Prancis untuk bisnis dan saya akan mampir kerumah anda jika sempat. Permisi." Ucap Lyora kemudian pergi.

Raden menatap kepergian Lyora. Ada sedikit rasa bersalah dan bimbang ketika melihat nya.

"Nia Minggu depan tolong persiapan semua kebutuhan saya untuk pergi ke Prancis. Dan saya akan seminggu tinggal disana, ada hal yang menjanggal yang saya rasakan."

Menjanggal? Ada apa Bu? Apakah saya perlu menyewa beberapa orang penting?”

"Boleh, dan kalau bisa percepat kepergian saya."

“Baik bu.”

Lyora mematikan telponnya dan mulai Menaiki taksi. Tujuan Lyora sekarang adalah pergi kerumah Bryan, sudah satu bulan dia tak pergi ke rumah Bryan. Sebelum pergi kesana Lyora berhenti di toko mainan untuk membelikan beberapa mainan untuk anak Bryan.

"Ini udah cukup, semoga dia senang." Ucap Lyora sambil melihat beberapa barang didalam Tote bag itu. Lyora segera masuk kedalam taksi tadi, Lyora sengaja menyuruh supir tadi menunggu dengan bayaran 2 kali lipat yang akan Lyora berikan nanti.

Tak lama setelah itu Lyora sampai di rumah megah minimalis itu. Lyora bisa mendengar suara suara tawa anak kecil dari dalam halaman rumah itu.

"Permisi."

Lyora Dan Kehidupannya•END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang