"Lyora masuk gk ya nanti?" Ucap Amelya, Queen dan Seana bingung. Memang kenapa tidak berangkat?
"Emang kenapa kalau gk berangkat?" Tanya Seana.
"Dia sakit, gue dikasih tau om Bryan tadi malam." Jawab Amelya dan di angguki oleh keduabya.
"Lagi?"
"Ya udah nanti ke aprtementnya kuy?" Ajak Queen. Dan keduanya mengangguk.
Sedangkan di apartment Lyora dia sedang marah dengan Bryan dan Raden yang memaksanya untuk kembali kerumah sakit. Padahal dia tidak mau, dia lebih suka di apartment nya.
"Lyora Ndak mau papi! Lyora mau disini!" Ucap Lyora dari balik selimut. Bryan menghembuskan nafas nya lelah, bahkan Raden rela tak berangkat sekolah karena Lyora. Tapi Lyora malah marah seperti ini.
"LYORA KALAU KAMU SUSAH DI ATUR, PAPI PERGI!" Teriak Bryan kemudian pergi meninggalkan Lyora dan Raden disana. Lyora yang mendengar itu pun membuka selimut nya dan menatap Raden. Raden yang sudah melihat kedua mata Lyora ingin menumpahkan air mata nya pun mendekat.
"Sudah jangan nangis, ada saya disini."
"Raden aku mau pulang, mau ketemu sama ayah dan ibu." Ucap Lyora sambil sesenggukan. Raden tau perasaan Lyora sekarang.
"Ya udah ayo saya antar, tapi kamu harus janji nanti setelah ketemu ayah dan ibu harus kembali lagi kerumah sakit."
"Ndk mau di rumah sakit, maunya disini aja. Takut di rumah sakit ada hantunya." Raden terkekeh kecil mendengar ucapan Lyora tadi. Anak ini sangat lucu, batin Raden.
"Ya udah tapi besok harus istirahat total ya, nanti saya panggilin mama saya buat kesini."
"Beneran?"
"Iya." Lyora langsung berdiri dan melompat-lopat diatas kasur itu. Bryan yang menyaksikan itu bersama dengan Bastara di sela-sela pintu tersenyum. Lyora tidak pernah sebahagia itu selama hidupnya.
"Raden mungkin cocok untuk Lyora, masalah Reyga biar saya yang urus." Ucap Bastara tiba-tiba. Bryan berdehem.
" Mau sekarang atau nanti?" Tanya Raden.
"Nanti sore aja, ayah kalau jam segini masih kerja." Jawab Lyora.
"Ya udah, mau beli permen gk?" Tawar Raden, tidak di tawari pun dia selalu mau.
"AYO!"
"Kamu ini memang manja atau bagaimana? Kamu sudah 18 Tahun loh." Ujar Raden, dia sendiri juga heran kenapa Lyora selalu bertingkah seperti anak kecil? Apakah inner child nya sedang tidak baik-baik saja? Dalam arti lain, inner child nya mungkin sedang butuh perhatian.
"Emang gk boleh?" Tanya Lyora dengan wajah yang sangat imouttt syekkalliiii.
"Boleh kalau sama saya." Lyora yang awalnya sedih sekarang sudah kembali ceria lagi.
"PAPI! LYORA BOLEH GK BELI PERMEN SAMA RADEN? KALAU PAPI NDK BOLEHIN AKU, AKU NANGIS NIH!" Lyora dan Raden sudah siap dan menunggu Bryan dan Bastara saja. Bastara sendiri semalaman tinggal di apartment Lyora, karena istrinya sedang pulang kekampung halaman nya. Sang istri menyuruhnya agar tetap tinggal di Jakarta dan menjaga Lyora.
"Boleh tapi jangan banyak-banyak." Jawab Bryan.
"Kalau beli sama pabrikannya?boleh?"
"Gk boleh!" Lyora menyengir dan segera menarik tangan Raden agar cepat mereka membeli permen. Bryan tentu tak khawatir jika Lyora pergi dengan Raden, dia sudah tau karakter Raden.
"Jalan kaki aja?" Lyora mengangguk. Dan mengayun-ayunkan gandengan Tangan mereka. Raden gemas melihat tingkah Lyora dari kemarin. Anak itu selalu manja kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyora Dan Kehidupannya•END✓
Teen FictionSEBELUM BACA ATAU SESUDAH BACA DI UTAMAKAN VOTE DULU, ATAU GK FOLLOW DULU BARU BACA, OKE? THANKS FROM AUTHOR. "Yah tapi itu punya ku, kenapa di ambil?" sebal anak perempuan dengan rambut yang di kuncir dua, Lyora Andalyca Putri. "Kamu harus berbagi...