30.Dia benar-benar pergi? [✓]

93 5 0
                                    

Satu jam Lyora memberantakan kamarnya, bahkan buku-buku nya juga berserakan dimana-mana. Mendengar kabar bahwa Raden dijodohkan dengan orang lain dan pergi keluar negri membuatnya gila. Mengapa dia tidak bilang?

Kamar yang awalnya rapi kini berantakan bahkan Lyora sendiri juga berantakan. Orang yang selalu ia percayai sekarang benar-benar pergi. Lyora berdiri didepan kaca besar yang ada di kamarnya, menatap dirinya.

"Aku benci dunia ini!" Lyora memukul kaca besar itu sampai pecah, dan hal itu membuat seluruh keluarganya khwatir. Fano dari tadi berusaha membuka pintu kamar Lyora tapi tidak bisa-bisa, dan cara terakhir nya adalah mendobrak pintu kamar Lyora dengan beberapa bodyguard yang ada dirumah itu.

"Kalau tau bakal gini mending dulu aku gk usah Nerima tulang sumsum nenek, jika orang yang sudah aku anggap sebagai tempat ternyaman aku pergi begitu saja."

Lyora masuk kedalam kamar mandi dan menenggelamkan dirinya di bathtub yang sudah terisi air penuh. Bahkan Lyora tak lupa membawa pecahan kaca dan mulai melukai pergelangannya.

BRAK!

Thyara yang mendengar suara air dari dalam kamar mandi pun segera masuk kesana dan benar saja, Lyora sudah kacau dan bahkan bathub tadi sudah terisi air penuh tadi sudah berubah warna menjadi merah.

"KAKAK!" Thyara berteriak dan segera mengambil pecahan kaca yang ada digenggamnya tak peduli dengan telapak tangan nya yang juga sudah tergores dengan kaca tadi.

"Astaghfirullah Lyora!" Luna langsung menghampiri Lyora dan juga Thyara. Fano dengan sekuat tenaga menggendong anak sulung nya itu keluar dari bathtub. Lyora sudah tak sadarkan diri dengan pergelangan yang masih mengeluarkan darah.

"Bawa kerumah sakit dekat sini, aku akan menelfon Bryan untuk menyusul." Ucap Luna dan Fano segera menggendong Lyora. Alaska dan Bastara juga sudah tidak bekerja disana, Kinaya memecat semua bodyguard dan hanya tersisa 10 orang saja.

Kinaya yang sudah tidak kuat berjalan jauh kini dia duduk di kursi dan memegangi dadanya yang sesak. Pembantu disana membantu Kinaya mengambilkan obat dan minum.

"Non Lyora tidak akan kenapa-kenapa kan nyonya?" Tanya pembantu itu sambil menatap khawatir majikannya.

"Dia akan baik-baik saja, saya tau dia kuat." Ucap Kinaya sambil melihat kearah pintu utama rumah mereka.

Fano dengan cepat membawa Lyora masuk dan untung saja masih dapat dilayani, karena hari sudah larut malam jadi dia pikir akan susah mendapatkan pelayanan.

Luna sendiri masih dirumah, karena dia tidak mungkin meninggalkan Kinaya seperti ini. Luna juga sudah memberitahu Bryan tentang Lyora.

"Bryan?"

"Bagaimana kondisi Lyora? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Bryan dengan wajah yang cemas. Dia baru saja selesai Meeting dengan beberapa klien dari luar negri dan Luna mengabarinya bahwa Lyora masuk rumah sakit.

Tak lama setelah itu dokter yang memeriksa Lyora keluar dengan dua suster.

"Keluarga pasien?" Panggil dokter itu, Fano dan Bryan menjawab bersamaan.

"Begini pak, anak bapak membutuhkan donor darah karena luka yang ada di pergelangan tangan nya cukup dalam dan membuat anak bapak kekurangan darah."

"Dok biar saya aja, darah saya cocok kok dengan kakak saya." Fano dan Bryan menatap Thyara. Thyara mengangguk dan tersenyum, ini semua untuk menebus kesalahannya.

“Kak tolong jangan tinggalin aku, aku gk mau kehilangan kakak untuk kedua kalinya. Bertahan demi keluarga kita.”

****

"Asal anda tau saya menikahi anda karena terpaksa, bukan karena cinta. Cinta saya hanya kepada Lyora bukan anda." Gadis remaja yang seumuran dengannya, yang berada tepat di hadapannya itu tertawa.

Raden benar-benar pergi dari Indonesia dan pergi keluar negeri, karena saat Rvian ingin membunuh ada seorang polisi dan Rvian memohon kepada polisi tersebut agar tak mem-penjarakannya.

Karena dia mengancam akan mencelakai keluarganya membuat Rvian memohon. Bagi Rvian keluarganya adalah hal yang berharga, lagi pun dia juga sudah khilaf tak akan membunuh lagi tapi karena satu faktor yang membuatnya ingin membunuh jadi dia seperti itu.

Tapi polisi tersebut meminta syarat agar Rvian menikahkan Raden dengan putrinya.

Rvian sendiri dia sudah kenal dengan polisi tersebut, dengan berat hati dia menerima hal itu. Raden awalnya menolak tapi dengan begitu Raden dan juga Rvian akan bebas melakukan apa saja, tapi Raden masih tak terima jika dia disuruh menikah dengan orang yang tak dia cintai sama sekali.

"Sesempurna apa sih dia? Sampai kamu benar-benar mencintai nya." Herannya.

"Yang pasti bukan wanita murahan seperti anda." Memang menyakitkan tapi gadis yang berada didepannya itu acuh saja.

"Dan satu, jangan harap saya akan menyentuh anda. Saya tak Sudi menyentuh anda."

"Kalau begitu kamu juga ingin Papa mu masuk penjara? Jika kamu tidak ingin menyentuhku." Jawab remaja tadi dengan tersenyum miring.

“Wanita gila! Apapun nanti aku akan pergi dari sini.”

****

"Lyora? Lo goblok apa gimana sih dongo, kita masih ujian Lo udah masuk RS aja. Demen banget Lo tinggal disini." Cerca Amelya yang sudah muak dengan sahabatnya itu yang bolak-balik ke rumah sakit. Amelya mengerti perasaan Lyora tapi Lyora seharusnya tak melakukan hal itu.

Seana dan Queen juga ikut kesana, mereka sudah pulang dari 20 menit yang lalu. Lyora hanya menatap Amelya dengan datar.

"Gk usah sok cuek Lo, jelek muka Lo kalau kayak gitu." Ucap Queen yang berada di samping kiri Lyora. Mereka semua memang dikabari oleh Bryan pagi tadi, Bryan sendiri datang kesekolah untuk meminta izin.

"Dunia memang jahat tapi Lo jangan ikut jahat juga, gue tau dunia Lo lagi gk baik-baik aja. Tapi Lo harus sembuh dan Lo harus membuka lembaran baru untuk memulai semuanya dari awal." Ucap Seana yang duduk di sebelah Amelya.

"Lo gk boleh terlarut-larut dalam luka itu, keluarga Lo udah utuh, udah balik ke Lo, dan semuanya sudah berubah dengan sesuai dengan yang Lo mau. Lo harus bisa berubah Ra, gue percaya Lo anak yang kuat tapi Lo masih punya kita yang bisa jagain Lo."

"Gue mau setelah lulus nanti Lo harus bahagia, buka lembar baru lagi." Lyora menatap Seana dari tadi, tak sadar airmatanya keluar dan Amelya dan Queen langsung memeluk Lyora.

"Gue capek, dunia selalu gk adil di gue." Ucap Lyora yang sudah menangis. Dia benar-benar lelah dengan semuanya. Dia selalu tidak beruntung dalam hal apapun.

"Gapapa dunia gk adil sama Lo, tapi kita selalu adil buat Lo. Jangan nangis, kita bakal bantuin sembuhin luka Lo pelan-pelan." Mereka berempat berpelukan, Geano yang dari tadi memperhatikan keempat nya terharu. Dia juga kasihan dengan Lyora tapi dia juga kasihan dengan Raden yang dipaksa nikah dengan orang yang tak dia cintai.

Beberapa hari lalu Raden memberitahu nya tentang yang dia rasakan. Geano sendiri juga geram ketika mendengar cerita Raden. Dia sendiri juga tak terima dengan hal itu, apalagi dengan Lyora yang akan tau hal itu.

“Lo harus sembuh Ra dari luka Lo, gue gk mau Lo tambah sakit setelah Lo tau semua tentang Raden.”

****

See you next part 💌💝

Lyora Dan Kehidupannya•END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang