29.Ujian sekolah atau hidup? [✓]

56 5 0
                                    

Tak disangka murid kelas 12 sudah melakukan ujian. Lyora, Amelya, Queen dan Seana santai karena mereka sudah menguasai materi yang ada didalam ujian. Hari ini adalah hari pertama mereka ujian, Lyora sengaja berangkat ke sekolah lebih awal untuk meminjam beberapa buku di perpustakaan dan temannya di kelas lain.

Lyora yang sudah berada di ruangan yang penuh buku itu mencoba fokus kepada buku yang dia cari. Untung saja perpustakaannya selalu buka lebih awal jadi siapa pun yang membutuhkan buku akan kesana tanpa harus menunggu.

Lyora sudah menemukan buku yang dicarinya, dan dia juga mengambil 3 buku untuknya belajar dirumah. Dia segera mengeluarkan kartu untuk meminjam buku dan segera pergi dari sana.

Tak satu atau dua siswa dan siswi menyapanya, Lyora hanya tersenyum untuk menjawab itu. Tapi saat dia sampai di perempatan koridor dia melihat Reyga dari depan. Lyora hanya acuh saja untuk hal itu, dia juga sudah mendapatkan bukti dari anak buahnya beberapa hari yang lalu.

Saat berpas-pasan, Reyga menyenggol bahu Lyora yang mengakibatkan buku yang ada di tangannya jatuh. Lyora yang sudah tersulut emosi, menarik seragam sekolah Reyga.

"Ngajak ribut Lo sama gue?" Tanya Lyora.

"Lo yang mulai." Jawab Reyga remeh.

"HEH BANGSAT SADAR DIRI DONG! PUNYA KACA GK LO?" Tanya Lyora dengan nada yang sudah tinggi. Geano hanya menatap Lyora dan Reyga dari jauh saja. Bahkan orang-orang yang ada di sana ngeri ketika mendengar itu, takut Lyora akan masuk rumah sakit saat pulang.

"Ck! Dasar orang gila."

"LO NGATAIN GUE GILA! SADAR! APA PERLU GUE TAMPAR BARU LO SADAR?" Reyga meninggalkan Lyora disana yang masih menatapnya tajam dan penuh amarah. Tapi disisi lain Lyora tersenyum miring.

"Lihat aja pembalasan gue, gue gk bakal biarin Lo tenang di dunia ini."

Lyora segera mengambil i buku-buku yang jatuh tadi. Reyga adalah orang yang berhasil membuat mood nya jelek hari ini. Tanpa Lyora sadari Geano sudah berdiri didepannya, Lyora menatap tajam Geano.

"Minggir Lo, gk usah ngajak ribut juga." Ucap Lyora dan pergi meninggalkan Geano yang masih disana menatapnya datar.

"Raden hari ini gk berangkat, Lo gk mau nanya soal dia?" Seketika Lyora berhenti didepan lift. Lyora membalikan badannya dan menatap Geano.

"Kenapa gk berangkat? Kan hari ini ujian?" Tanya Lyora heran.

"Tanya aja langsung, gue gk berhak atas ini. Gue cuma ngasih tau Lo aja, dan dia juga udah nitipin Lo ke gue."

"Dih, gue bisa jaga diri gue sendiri." Jawab Lyora dan kemudian masuk kedalam lift. Agak sedikit kepikiran tentang apa yang ucapan Geano tadi. Lyora akan meminta penjelasan kepada Raden nanti setelah dia sampai di ruang ujiannya.

Tak lama setelah itu, bel berbunyi dan ujian sudah dimulai. Lyora tidak bisa fokus karena ucapan Geano tadi pagi dan dia juga sudah mengirimkan pesan kepada Raden tapi tak ada balasan sama sekali.

Queen yang menyadari bahwa Lyora sedang melamun itu memanggil Lyora. Queen bertanya ada apa, tapi hanya gelengan yang dia lihat. Queen mengedikan bahunya acuh, Lyora segera menyelesaikan ujiannya dan setelah selesai dia akan izin ke toilet untuk memeriksa handphone nya.

Lyora memeriksa kertas jawaban nya, jika dia rasa sudah benar semuanya. Lyora segera meminta izin.

Lyora duduk di depan bangku toilet sekolahnya dan membuka Rom chat, tak ada jawaban sama sekali dari Raden. Bahkan hp Raden tidak aktif hanya centang satu saja.

"Kamu kemana sih?"

****

Ujian hari pertama kini sudah selesai dan Lyora memutuskan untuk pulang kerumah Luke. Dia juga sudah memberi tau Bryan.

"Lo kenapa kak? Loyo banget? Di Tinggal pacar Lo?" Tanya Thyara yang baru saja turun dari kamar dan melihat Lyora yang sedang duduk sendirian di ruang keluarga dengan wajah yang kusut.

"Raden susah dihubungi."

"Selingkuh kali."

"Mulut mu, mana ada orang kek kulkas gitu selingkuh." Ucap Lyora yang segera berdiri dan masuk kekamar neneknya. Dia bisa melihat neneknya sedang tertidur pulas di ranjang besar miliknya. Lyora menghampiri nya dan mengelus Surai sang nenek.

"Nek, nenek gk bakal ninggalin aku kan sebelum nenek lihat aku nikah?" Ucap Lyora pelan sambil mengelus rambut yang sudah agak putih.

"Nenek tau gak? Walau Lyora dulu selalu cuek dengan nenek dan bodo amat dengan nenek, tapi Lyora selalu sayang sama nenek."

"Makasih ya nek atas bantuannya, Lyora sayang nenek." Lyora mengecup kening Kinaya dan keluar dari kamar yang mewah itu. Tanpa Lyora sadari Kinaya menangis ketika mendengar semua ucapan cucunya itu.

"Maafin nenek Lyora."

****

Malam sudah datang, kini dikediaman Rumah Luke sedang makan malam dengan bercanda tawa. Lyora hanya tersenyum ketika mendengar candaan dari keluarganya.

Mengetahui Lyora yang sedang sedih, Fano menanyai sang anak.

"Kamu kenapa? Ayah perhatiin dari tadi kamu hanya senyum saja dan makan tanpa semangat? Ada masalah?" Tanya Fano.

"Gapapa kok yah, aku udah kenyang. Aku kekamar dulu ya, mau belajar." Fano mengangguk dan melirik kearah Thyara meminta penjelasan tentang kakaknya itu.

"Biasa yah dicuekin sama Raden, ya kayak gitu."

"Loh mereka ada masalah apa emang?" Tanya Luna penasaran, pasalnya ketika dilihat-lihat Lyora dan Raden selalu akur dan tak ada masalah. Kinaya juga heran dengan cucunya itu.

Disisi lain Lyora sedang sibuk dengan semua buku-bukunya dan tak menyadari Bryan menelfonnya. Lyora memang sengaja men-silent handphone agar dia bisa fokus kepada belajarnya.

Besok dia akan ujian dengan 3 mapel, diantaranya Fisika, Matematika dan juga Geografi. Jadi Lyora akan belajar dengan sungguh-sungguh agar nilainya sempurna, walau Fano sudah tidak pernah menuntut tapi dirinya sendiri selalu menuntut untuk mendapatkan nilai yang sempurna.

"Ini gimana coba? Belum ngerti lagi, mau tanya siapa ya? Kak Sastra aja kali ya? Dia kan pintar, tapi kak Angga juga sih tapi sama kak Sastra aja deh."

Erlangga, dan Sastra sudah mengetahui tentang Lyora yang sudah kembali. Mereka awalnya sangat marah kepada Lyora karena tidak pernah memberi kabar, bahkan Sastra muak dengan Erlangga yang selalu mengeluh tentang Lyora.

Lyora terkejut ketika melihat panggilan tak terjawab banyak dari  Bryan.

"Eh? Papi? Kenapa nelfon aku sebanyak ini?" Gumam Lyora heran. Lyora segera menelfon Bryan balik, takut kalau ada apa-apa.

"Hallo Pi, ada apa kok telfon aku?"

“....”

"Ck! Pi jangan bercanda deh, Raden gk mungkin ninggalin aku."

“....”

"Kok dia gk bilang sih pi sama aku? Terus dia dimana sekarang?"

“....”

Tut... Tut...

Lyora mematikan telfonnya dan tak mau lagi mendengarkan penjelasan Bryan tentang Raden. Lyora menatap fotonya dan Raden yang terpajang di meja belajarnya. Lyora menangis ketika menatap wajah Raden.

"Jahat kamu den sama aku, kamu sama aja kayak Reyga."

****

See you next part 💌💝

Lyora Dan Kehidupannya•END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang