Lyora kini sedang berada di samping makam Rachel. Lyora menatap nisan itu Lamat Lamat, tanpa henti. Pikirannya kosong saat ini hanya ada dua pilihan, kembali ke Indonesia atau menetap disini. Tapi jika dia menetap disini, Rachel akan sedih jika mengetahui nya.
"Nona ay-"
"Siapkan penerbangan saya ke Jakarta, dan urus semua sekolah saya. Saya ingin malam ini juga." Bryan yang berdiri di belakang Lyora mengangguk dan sedikit menjauh untuk memberitahu anak buah nya untuk segera mengurus. Lyora berdiri dari duduknya dan berjalan menuju mobil yang sudah menantinya sejak tadi.
Bryan tau perasaan Lyora sekarang. Sebelum Rachel pergi sikap Lyora seperti anak kecil dan sangat hangat jika berada di samping nya, tapi sekarang dia merasakan aura berbeda di diri Lyora. Mungkin itu hanya perasaannya saja, dia menatap Lyora dari kaca di atasnya. Masih saja tak bergumam sama sekali, hanya menatap kearah jendela dengan tatapan kosong.
"Menurut kamu saya harus bagaimana?saya sudah muak dengan ini semua, tapi dia tak ingin saya membalas dendam kepada mereka." Bryan tersenyum miring. Dia tentu sudah tau bagaimana sifat dan karakter Rachel, bohong jika Rachel tak ingin Lyora membalaskan dendam nya kepada mereka. Rachel bahkan selalu ingin sekali membalaskan dendam nya tapi dia tak tau harus bagaimana, dan saat tau tentang Lyora. Bryan dan Rachel sudah mempunyai rencana dan memulainya.
"Jika Nona sudah muak balaskan saja, Rachel tidak seperti apa yang Nona lihat." Lyora menatap Bryan dan tak lupa dengan senyum miring yang menghiasi wajah cantiknya.
"Let's start this game."
****
"Thyara, ada teman kamu di bawah." itu Luna. Bahkan setelah kepergian Lyora selama setahun dia tetap tak peduli dengan Lyora, Fano dan Kinaya pun sama. Berbeda dengan Luke yang sekarang masih mencari tau dimana keberadaan Lyora. Thyara keluar dari kamarnya dan menemui teman-teman nya.
"Ini Ra gue balikin buku tugas Lo, makasih ya."-Zee Alea Lentara, yang sering di panggil Zee atau Alea. Dia adalah sahabat Thyara sejak SMP. Thyara tersenyum dan menyuruh agar Zee duduk dulu, tapi dia tak mau dengan alasan dia ada acara yang harus dia kunjungi bersama dengan keluarga nya nanti.
"Eh Ra btw gue dengar-dengar kemarin dari kakak kelas besok ada murid baru pindahan dari Amerika,"
"Ya terus?" Tanya Thyara dengan nada yang bodo amat.
"Ya elah, siapa itu itu kakak lo."
"Udah deh gk usah aneh-aneh, kakak gue udah hilang mana mungkin pulang lagi kesini. Lagi pun gue juga gk peduli lagi, karena dia kakek sekarang gk sayang sama gue lagi." Zee mengangguk dan segera pamit, keluar dari perkarangan rumah mewah itu.
Thyara sekarang sudah duduk di SMA kelas 1 dan dia juga sekolah dimana Lyora sekolah dulu. Thyara menatap kepergian sahabat nya itu, dia masih memikirkan perkataan Zee tadi. Jika benar? apa hal yang akan terjadi? ah sudah lah tidak perlu dipikirkan, mari pikiran bagaimana tugas dari guru selesai dengan cepat.
Thyara masuk kedalam kamarnya-kamar Lyora yang dia rebut dulu, dia mengambil figura yang di dalamnya ada fotonya dan Lyora sedang akur. Walau Lyora tak pernah tersenyum kepadanya.
"Jika kakak kembali lagi, apa semuanya akan baik-baik saja?"
****
Setelah semalam perjalanan yang cukup melelahkan untuk semua anak buah Rachel dan juga Lyora. Kini dia sedang berada di ruang kepala sekolah, banyak guru yang tertegun dan kagum dengannya. Bahkan wali kelasnya dulu juga kaget dan langsung memeluknya.
"Ha, belajar lah dengan giat dan jangan membuat keributan di awal sekolah." peringat Bryan, tapi setelah beberapa detik keduanya tertawa. Bryan menepuk kepala Lyora, dan saat Lyora masuk kedalam kelas. Dan benar saja dugaannya semuanya tercengang dan segera menghampiri Lyora di depan.
"Lo dari mana aja bangke?"
"Setahun ini Lo kemana?"
"Gue chat Lo gk Lo bales, dan Lo sekarang?"
"Emang setan Lo ya, tiba tiba ngilang tiba tiba datang."
Dan banyak sekali pertanyaan yang keluar dari murid kelas 12 IPS itu, ya kelasnya yang sekarang masih sama dengan kelas sebelumnya. Tapi percayalah ketika dia melihat raut wajah Maura, musuhnya dulu, dia tersenyum miring. Dia akan membalas semua perilaku Maura terhadap dirinya saat dulu.
Pelajaran sudah di mulai sejak 10 menit yang lalu. Saat guru bertanya dan Lyora selalu menjawabnya dengan benar dan jelas. Karena saat di Amerika, pelajaran itu sudah sangat lah terlewat jauh. Dan Lyora juga sudah memahami nya dengan baik.
"Kantin kuy." ajak Amelya. Ketiganya mengangguk dan pergi meninggalkan kelas. Saat mereka memasuki perkarangan kantin mereka berpas-Pasan dengan dengan seseorang yang tak asing bagi mereka. Lyora berhenti dan berucap sesuatu kepada anak itu.
"Ternyata Lo gk berubah ya dari dulu, bilang sama ayah gue bakal balik dengan kejutan yang akan mengejutkan kalian." Ucap Lyora dan kemudian berjalan, anak tadi adalah Thyara. Sungguh dia sangat kesal dengan Lyora, dia masih menaruh dendam kepada Lyora. Thyara mengepalkan tangannya kuat dan segera menarik seragam kakaknya itu.
"MAKSUD LO APA?!" semua orang yang ada di kantin terkejut dengan suara teriakan itu. Begitupun dengan Amelya, Queen dan Seana. Lyora memerintahkan ketiganya agar diam saja, dia tak ingin urusan ini di campuri orang lain.
"Waduh udah berani panggil Lo gue ternyata."
PLAK!
Lyora menoleh ke kanan dan sambil memegangi pipinya yang sangat panas. Hening, hanya itu yang bisa di rasakan. Di balik wajahnya yang tertutup dengan rambut panjangnya itu, dia tersenyum dan tertawa.
"Aduh, gk sakit nih. Ayo tampar lagi dong, biar nanti, gue juga akan balas lebih kejam lagi. Eh iya lupa deh, kalau Lo kan anak KESAYANGANNYA ayah. Aduh jadi takut nanti di pukuli lagi." Thyara semakin marah. Lyora tertawa dan kemudian dia merubah raut wajahnya menjadi datar. Amelya, Queen dan Seana tak pernah melihat perubahan raut wajah Lyora dengan cepat.
"HEI SEMUANYA SINI DENGERIN GUE!! GUE EMANG KAKAKNYA THYARA, TAPI KALIAN TAU GK KALAU THYARA INI ADALAH ANAK KESAYANGAN KELUARGA GUE DAN SAAT GUE GK NGELAKUIN KESALAHAN APAPUN AYAH SELALU MEMUKULIN GUE TANPA AMPUN. DAN DENGAN SENANGNYA DIA, IYA THYARA ANAK INI TIDUR DI KASUR EMPUK DAN GUE HANYA TIDUR DI LANTAI YANG DINGIN!"
Semuanya menjadi riwuh, Amelya sedikit bangga dengan Lyora karena dia sudah berani mengeluarkan unek-unek nya selama ini.
"OH IYA LUPA, JIKA KALIAN PERNAH MELIHAT GUE BERANGKAT SEKOLAH DENGAN WAJAH YANG PENUH DENGAN LUKA ITU KARENA KESALAHAN DIA. DENGAN BANGGA NYA DIA NAMPAR GUE KAYAK TADI, SEDANGKAN SAAT DIA SEDANG DI AMBANG KEMATIAN GUE YANG UDAH NYELAMATIN DIA."
Thyara tertegun, jadi saat dulu, saat dirinya sedang kecelakaan dengan kedua orangtuanya. Jadi dia yang mendonorkan darah nya untuk dirinya?
"ih parah banget!"
"jadi adik kok gitu sih?"
"cih dasar tak berguna!"
"seharusnya Lyora tak usah menolongnya, biarkan saja dia mati."
"mati saja sana!"
Dan masih banyak lagi hinaan lainnya. Sedangkan Bryan yang mengawasi dari jauh tersenyum puas mendengar ucapan Lyora tadi. Percayalah Thyara saat ini sedang menahan rasa malunya dan Lyora menatapnya dengan penuh kemenangan. Lyora mendekat dan berbicara tepat di telinga Thyara.
"Jangan macam-macam sama gue, gue bisa ngelakuin apapun yang gue suka sekarang. Meskipun gue harus buat Lo, ayah, ibu sengsara."
****
Seneng banget sama Lyora yang sekarang.
Heheh.
Hari ini up 2 ya heheh.
See you next part 💌💝
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyora Dan Kehidupannya•END✓
Teen FictionSEBELUM BACA ATAU SESUDAH BACA DI UTAMAKAN VOTE DULU, ATAU GK FOLLOW DULU BARU BACA, OKE? THANKS FROM AUTHOR. "Yah tapi itu punya ku, kenapa di ambil?" sebal anak perempuan dengan rambut yang di kuncir dua, Lyora Andalyca Putri. "Kamu harus berbagi...