Sudah sekitar 5 hari Lyora selalu lembur di kantor karena proyek baru yang dia buat. Sastra juga terkadang khawatir kepada Lyora, tapi mau bagaimana lagi Lyora selalu keras kepala kalau di bilangi.
"Permisi Bu, ini dokumen yang di kirimkan dari beberapa dedektif yang meneliti tentang keluarga Pak Raden." Ucap Nia, Lyora mengangguk saja.
"Saya lihat dulu, kamu duduk aja dulu disini, lagi gk ada kerjaan kan?"
"Gk ada Bu." Lyora segera membaca semua informasi yang dia dapatkan dari dedektif sewaannya. Dia terkejut ketika melihat itu, ternyata Abel bukan lah anak kandung Raden. Dan itu adalah anak dari omnya Arabella, Lyora tersenyum miring.
"Saya punya rencana untuk ini, tolong siapkan semuanya. Dan jangan lupa duplikat dokumen itu."
"Baik Bu." Nia langsung keluar dari ruangan Lyora, tanpa Lyora sadari Sastra ada di sana dengan kotak makanan di tangannya.
"Ada apa lagi? Saya sedang sibuk."
"Udah waktunya makan siang Bu, ini ada makanan dari Pak Sastra." Lyora yang merasa tidak asing dengan suara itu pun mendongak dan itu adalah Sastra yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Eh suami aku, heheh sini masuk." Lyora langsung berdiri dari duduknya dan menggandeng tangan Sastra menuju sofa yang ada di ruangannya.
"Maaf ya udah repotin kamu terus." Ucap Lyora.
"Gapapa, aku tau kamu sibuk kok. Ini hari terakhir kan? Besok udah free berarti?" Lyora mengangguk.
"Ya udah, nih makan dulu aku buatin spaghetti saus kesukaan kamu." Lyora mengangguk dan segera membuka dan memakannya dengan lahap, Sastra tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Lyora pelan. Lyora tersenyum ala khasnya.
"Nanti gk pulang lagi?" Tanya Sastra yang melihat ada banyak sekali berkas yang tertumpuk di meja Lyora.
"Pulang lah, ini kan hari terakhir aku di sini. So aku harus selesai in ini sebelum malam."jawab Lyora.
"Kamu terlalu bekerja keras hingga lupa kesehatan kamu, untung ada aku." Ucap Sastra ketika dia ingat Lyora sering keluar masuk rumah sakit gara - gara telat makan dan Maag.
"Iya, dulu ada Papi yang selalu ada sekarang ada kamu yang selalu ada buat aku dan jagain aku." Sastra tersenyum.
"Mau aku bantuin gk?" Tanya Sastra.
"Boleh deh, aku mau istirahat sebentar." Sastra mengangguk dan segera duduk di kursi kerja Lyora, sedangkan Lyora masih sibuk dengan makanannya. Ruangan kerja Lyora juga hening saat itu, Lyora sendiri tidak ingin mengganggu Sastra.
Sekitar 15 menit an Lyora menyuruh Sastra untuk berhenti, Lyora akan menyelesaikan itu sendiri.
"Kamu pulang aja, aku sebentar lagi mau pergi ada acara sama orang penting."
"Ya udah kalau gitu, Kiss sama peluk dulu sini." Lyora tersenyum dan menghampiri Sastra, Lyora memeluk dan mendongak sambil tersenyum yang membuat Sastra gemas sendiri.
Cup!
"Gemes deh sama istri aku." Lyora terkekeh dan masih memeluk Sastra. Entahlah Sastra merasa aneh ketika Lyora memeluknya sangat lama.
"Sayang? You okey?" Lyora melepaskan pelukannya dan menatap Sastra lekat.
"Maaf ya kalau aku pernah nyakitin hati kamu." Ucap Lyora tiba-tiba.
"Kenapa tiba-tiba?" Heran Sastra.
"Gk papa, ya udah sana gih pulang aku juga mau berangkat." Ucap Lyora dan mengurai pelukan keduanya.
Cup!
Sastra tersenyum ketika Lyora mencium bibirnya sekilas.
"Nge-goda aku ya?" Tanya Sastra sambil menarik turunkan kedua alisnya.
"Apaan sih gk ya, udah sana pulang." Jawab Lyora malu-malu horse, gk deh bercanda.
"Ngusir nih ceritanya?"
"Enggak sayang, ih."
"Ya udah aku pulang dulu ya, bye-bye istri ku." Pamit Sastra dengan melambaikan tangannya dan di balas oleh oleh Lyora. Lyora segera menyelesaikan pekerjaan dan segera pergi dari kantornya.
****
"Saya takut kalau habis ini saya malah jatuh cinta lagi pada Raden." Ucap Lyora sambil menatap keluar jendela mobil. Nia tersenyum sekilas, dia tau perasaan Lyora saat ini.
"Kalau begitu biar saya aja yang kedalam, Bu bos di sini aja. Nanti pas saya masuk kan ada kamera yang nyambung ke mobil ini, ibu bisa lihat saya dan kondisi di dalam." Jelas Nia, Lyora mengangguk.
"Terimakasih ya Nia, saya akan naikan gaji kamu 3 kali lipat setelah ini."
"Terimakasih Bu tapi tidak perlu, gaji saya yang sekarang sudah lebih dari cukup Bu. Saya sendiri senang bisa bekerja dengan ibu." Lyora terkekeh kecil. Tak lama setelah itu keduanya sampai di gedung yang tadi Nia pesan. Nia segera masuk kedalam, Lyora menunggu saja di mobil. Ada perasaan bersalah di benak Lyora saat itu.
Lyora menatap layar yang ada di depannya, dia bisa melihat ada Raden dan seluruh keluarganya disana. Entah angin dari mana Lyora tiba-tiba menangis.
Nia menjalankan semuanya sesuai rencana, dia juga tidak lupa membawa dua bodyguard untuk berjaga-jaga.
“Itu semua bohong! Dia hanya fintah aku!”
PLAK!
“JELAS JELAS ITU ANDA! ANDA BUTA KAH?!” teriak Raden, atmosfir disana terasa berbeda. Bahkan Rvian sendiri kaget begitupun dengan Violet.
“Saya akan menceraikan Anda besok juga, saya tidak Sudi punya istri jalang seperti anda!” teriak Raden, bahkan kedua orangtua Arabella pun tak percaya dengan hal itu.
“Raden jangan! Aku mohon! Aku cinta sama kamu!”
Disisi lain Lyora tersenyum miring ketika mendengar hal itu.
"Aku juga cinta sama dia tapi anda merebutnya dari saya Nona." Lyora mematikan rekaman itu. Lyora menelfon Nia untuk segera kembali ke mobil. Nia terkejut ketika melihat atasannya itu dengan mata yang merah.
"Bu bos gapapa?"
"Gapapa, saya pulang naik taksi aja. Kamu selesaikan tugas di kantor ya." Nia pun mengangguk, Lyora segera pergi ke tepi jalan untuk mencari taksi. Lyora memutuskan untuk pulang saja ke apartemen nya saja. Dia lelah, lelah dengan dunianya, kerja yang tak tau waktu, dan masalah percintaannya membuat dirinya lelah.
Lyora tersenyum ketika melihat Sastra yang membuka kan pintu apartemennya, Lyora langsung memeluk Sastra erat dengan isakan. Sastra sendiri sudah tau semuanya, Nia sengaja memberi tau semuanya kepada Sastra. Lyora juga sudah tau bahwa Sastra mengetahui tujuannya tinggal di Perancis dalam waktu seminggu.
"Gapapa ini semua takdir jadi ini bukan salah kamu. Aku ngerti perasaan kamu, aku tau kamu masih sayang sama Raden, aku juga tau maksud kamu apa, aku tau semuanya. Jangan pernah nyembunyiin masalah kayak gini dari aku, aku akan coba pahami perasaan kamu kok jangan seolah-olah aku itu Reyga."
Lyora malah semakin terisak dan mengeratkan pelukannya pada Sastra. Dia merasa bersalah dengan Sastra, dirinya itu memang bodoh. Sudah punya suami tapi masih memikirkan dan peduli dengan orang lain yang jelas-jelas sudah membuat dirinya kacau.
"Ma-maafin aku, aku gk mau buat kamu sakit."
"Justru kalau kamu gk ngomong sama aku, aku malah sakit Lyora. Aku berasa bukan rumah bagi kamu dan suami kamu."
"Maafin aku kak." Sastra dari tadi juga sudah menangis, dia juga sama sakitnya. Keduanya sama-sama tersakiti karena satu masalah. Lyora melepaskan pelukannya dari Sastra.
"Kamu sayang kan sama aku?" Tanya Lyora, Sastra tersenyum dan memeluk Lyora lagi.
"Iya, aku sayang kamu sampai kapan pun. Kamu itu harta aku satu-satunya, walau kamu nyakitin aku, aku tetap sayang sama kamu sampai nanti."
****
See you next part 💙☁️
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyora Dan Kehidupannya•END✓
Teen FictionSEBELUM BACA ATAU SESUDAH BACA DI UTAMAKAN VOTE DULU, ATAU GK FOLLOW DULU BARU BACA, OKE? THANKS FROM AUTHOR. "Yah tapi itu punya ku, kenapa di ambil?" sebal anak perempuan dengan rambut yang di kuncir dua, Lyora Andalyca Putri. "Kamu harus berbagi...