|| HP 33

237 38 9
                                    


•HAPPY READING•


"Dari mana kamu?" Rajendra menatap seseorang yang baru saja memasuki rumah.

Pangeran menghentikan langkah ketika mendengar suara pria itu. Tadi sepulang sekolah Rinai terus memintanya untuk jalan-jalan, mau tidak mau ia menuruti permintaan gadis itu agar tidak ngambek.

"Kata Xabiru kamu punya pacar?" Rajendra tertawa kecil. "Bisa-bisanya kamu hidup nyantai setelah kejadian satu tahun lalu? Harusnya kamu cemas, bukan malah enak-enakan pacaran."

"Bukan urusan Papa," jawab Pangeran.

Plakk!

"Begitu cara berterimakasih kamu sama saya? Kalo bukan karena saya kamu mungkin udah ada di penjara!"

"PANGERAN NGGAK PERNAH MINTA PAPA LAKUIN ITU!" Sentak Pangeran marah. Tangannya terkepal kuat.

"Asal Papa tau, semenjak tau apa yang Papa lakuin dibelakang Pangeran itu malah ngebuat Pangeran ngerasa semakin bersalah!"

"Lalu kamu mau diam saja, hah?! Kamu mau menyerahkan diri kamu? Kenapa nggak dari awal kamu lompat dari mobil dan nolongin orang itu kalau kamu memang merasa bersalah!" Rajendra marah. Selama ini ia berusaha melindungi Pangeran dibalik semua sikapnya seolah membenci anaknya itu.

Pangeran terdiam. Ia terduduk lemas di lantai dengan pandangan kosong. Kejadian satu tahun yang lalu. Sebelum kecelakaan besar yang mengakibatkan Arjuna meninggal mobil mereka sempat menabrak mobil lain.

"Tapi bukan Pangeran yang nabrak!"

"Tetap saja kamu bisa dinyatakan bersalah karena memilih kabur dan posisinya adalah kamu berada di mobil yang sama dengan Arjuna."

Pangeran terdiam. Ia terduduk lemas di lantai dengan pandangan kosong. Kejadian satu tahun yang lalu. Sebelum kecelakaan besar yang mengakibatkan Arjuna meninggal mobil mereka sempat menabrak mobil lain.

Dan satu minggu yang lalu Pangeran baru mengetahui fakta bahwa seseorang yang terlibat dalam kecelakaan mobil itu adalah Ayahnya Putri. Hal itu membuat Pangeran syok berat sehingga memutuskan untuk menjaga jarak dari gadis itu.

Satu minggu yang lalu, ketika Pangeran berbicara berdua dengan Rajendra.

"Papa hanya melakukan apa yang harusnya Papa lakukan."

"Maksudnya?"

"Kamu nggak perlu banyak tau, ini urusan Papa."

"Kenapa Pangeran nggak boleh tau?" Wajah cowok itu terlihat serius.

Ia terkekeh pelan. "Papa nggak selingkuh kan?"

"Jaga bicara kamu!" Rajendra memukul meja dengan kencang. Menurutnya Pangeran cukup lancang mengatakan hal itu kepadanya. Kehilangan sosok Rinjani yang sehat saja sudah membuat dirinya kehilangan setengah hidupnya. Ia sama sekali tidak punya niat untuk mencari perempuan lain.

"Terus buat apa?"

"Nggak penting buat apa, yang jelas ini juga saya lakuin buat kamu. Kurang baik apa saya?" Rajendra tersenyum.

Hello, Pangeran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang