|| HP 20

414 98 182
                                    

HAPPY READING•

Putri menenteng sepatunya dan berjalan memasuki rumah. Hari ini cukup melelahkan karna pelajaran terakhir adalah olahraga. Rasanya ia ingin cepat-cepat merebahkan dirinya diatas kasur.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab seseorang yang sedang berkutat di dapur. Putri terheran melihat Kirana sudah ada dirumah karna biasanya wanita itu pulang malam.

"Bunda kok udah pulang?"

"Iyaa, Bunda mau banyakin waktu dirumah." Kirana tersenyum tipis.

Putri tersenyum, senang mendengarnya. Ia meletakkan tas nya diatas meja makan dan mendekati Kirana. "Masak apa, Bun?"

"Ayam kecap, kesukaan kamu kan?" Putri mengangguk semangat. Ia sangat merindukan masakan Bundanya.

"Enak banget!"

Kirana terkekeh pelan. Putri meraih tas nya, hendak membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum menikmati masakan Bunda. Namun ucapan Kirana membuat ia kembali menatap kearah sang Bunda.

"Tadi Bunda ke makam, Ayah."

Putri tersenyum kecil.

Kirana berbalik badan setelah mematikan kompornya. Ia menatap Putrinya dengan tatapan sendu. "Maafin Bunda karena selalu nolak ajakan kamu sama Abang. Bunda cuma takut... "

Putri menyentuh kedua bahu Kirana. Menatap wajahnya Ibunya dengan lekat. "Bun... "

"Bunda sadar, ini salah. Ayah pasti sedih–"

"Bunda, denger. Nggak ada yang salah, Putri tau kok Bunda cuma perlu waktu."

Kirana menarik nafas panjang. Ia meraih tangan Putri dan menggenggamnya dengan erat. "Kapan-kapan kita pergi bertiga ya?"

"Pasti. Ayah pasti seneng."

Kirana meneteskan air matanya. "Bunda udah minta polisi buat ngelanjutin penyelidikan kecelakaan Ayah kamu."

Putri menelan salivanya susah payah. Sudah satu tahun, satu tahun keluarganya mencari keadilan atas Ayahnya namun polisi belum bisa mengungkap kebenarannya. Ntah memang tidak ada bukti, atau pelaku yang sengaja menutupinya dengan rapat. Semuanya terasa abu-abu dan polisi sempat menutup kasus itu karna tidak ada kemajuan selama satu tahun. Hal itu yang membuat Kirana semakin frustasi. Tapi mereka tidak akan menyerah, bagaimanapun pelaku tabrak lari itu harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat.

"Semoga semuanya berjalan dengan baik," ujar Putri.

"Aamiin."

Kirana menepuk bahu gadis itu. "Bunda masak banyak, nanti sekalian kamu anter ke rumah kakak kelas kamu itu ya? nggak enak udah seminggu disini tapi Bunda belum sempet mampir kesana."

Putri mengangguk mengiyakan. Tentu dengan semangat 45 ia akan melakukan perintah Bundanya itu. "Siap, Bunda!"

-oOo-

Putri menatap rumah besar di hadapannya dengan ragu. Ia menggigit bibir bawahnya sembari berfikir. Kata Aurora Papanya jarang dirumah karena bekerja tapi bagaimana jika hari ini calon mertuanya itu ada dirumah?

Hello, Pangeran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang