|| HP 26

349 87 23
                                    

PPY READING•

Baru saja membuka mata, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan pocong yang berdiri di hadapannya. Putri reflek kembali menutup mata dan merapalkan doa. Beberapa detik kemudian ia tersadar sesuatu. Perlahan ia kembali membuka mata. Pocong yang tadi berdiri di hadapannya kini melompat, mendekatinya. Wajah makhluk itu hitam gosong, dengan sesuatu berwarna putih yang menutupi lubang hidungnya. Ia melotot kearah Putri.

Putri berlari menjauh, tapi beberapa detik kemudian ia menepuk keningnya. "Wing nya!"

Gadis itu memutar badannya kembali, dengan takut-takut ia menatap pocong itu. "Wing, minta wing nya!"

Pocong itu hanya diam. Ia menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri. Lalu tersenyum menyeringai. Putri menyipitkan mata, ia seperti tidak asing dengan wajah pocong itu tapi tidak bisa mengenalinya karena wajahnya yang gosong. Namun sudah dipastikan bahwa yang dihadapannya ini adalah salah satu seniornya yang sedang menyamar.

"Ih lamaa, mana wing nya!"

Kedua mata pocong itu mengarah ke suatu tempat. Seolah menunjukan sesuatu. Putri mengikuti arah pandang tersebut.

"Disana," ucap pocong itu dengan suara berat.

Tanpa mengatakan apapun lagi Putri berlari menghampiri sebuah pos kecil yang berada di dekat empang. Ia merasakan bulu halus di tubuhnya meremang begitu melewati tempat itu. Gelap, sunyi, hanya ada suara jangkrik yang menambah suasana horor membuat Putri semakin ingin cepat-cepat pergi dari sini.

Putri berjalan dengan hati-hati saat berada di pinggir empang, ia takut terjatuh dan berakhir tercebur ke dalam air.

"Nyari apa?" suara berat itu tiba-tiba muncul dari pohon besar di samping pos.

"Astaghfirullah! Bundaaaa!" Putri tersungkur ke tanah begitu sesosok pocong mengejutkannya. Untung bukan nyebur ke dalam air.

Tidak salah lagi, ini pasti pocong yang memegang wing. Putri menelan salivanya dengan kasar. Meskipun ia tahu yang ada di depannya ini hanya hantu jadi-jadian, tapi tetap menyeramkan.

Gadis itu berdeham sebelum mengeluarkan suara. Ia tersenyum manis menatap pocong itu. Tunggu, ini dia harus manggil si pocong dengan sebutan apa?

"Malam, Kak. Eh salah, jam tiga udah pagi kan ya? Pagi kak," ucap Putri dengan gugup. Ia harus bisa membujuk makhluk itu.

"Boleh saya minta wing nya?"

"Wing apa?" tanyanya sambil menatap tajam kearah Putri.

"Wing paskibra... boleh?"

Pocong itu tidak merespons. Justru ia melakukan hal yang kembali membuat jantung Putri berdebar-debar. Sekarang ia tahu kenapa teman-temannya berteriak.

"Ya allah, aku cuma mau minta wing kok suer! Kalo dikasih nanti aku do'ain biar kakaknya tenang di alam sana. Gimana?"

Pocong jadi-jadian itu melotot kearah Putri. Sialan, memangnya ia beneran hantu yang gentayangan?!

"Eh... maksudnya... " Putri jadi bingung sendiri. Seumur-umur ia tidak pernah merayu setan.

"Aku beliin permen milkita deh! Eh tapi makannya gimana kan nggak punya tangan."

Hello, Pangeran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang