|| HP 19

411 107 169
                                    

•HAPPY READING•

Rajendra tak henti-hentinya melayangkan pukulan terhadap Pangeran. Pria itu sangat marah. Ia menatap Pangeran dengan tatapan murka. Sedangkan Pangeran hanya meringis merasakan ngilu akibat pukulan Papanya.

"Sudah saya katakan berkali-kali, jangan dekat-dekat sama anak saya!" ucapnya marah.

Anak saya. Dua kalimat menyakitkan yang sudah biasa Pangeran dengar. Namun tetap menggores hatinya.

"Pangeran juga anak Papa."

"Nggak! Anak saya cuma dua. Arjuna dan Aurora."

"Tiga, Pa!"

Jendra mencengkram lengan Pangeran dengan lumayan kencang. Seolah belum puas setelah membuat luka lebam di wajah lelaki itu. "Kamu berani deketin Aurora lagi, habis kamu sama saya."

"Pangeran nggak sengaja, Pa."

"Itu emang karna kamu pembawa sial! nggak lupa kan apa yang udah kamu lakuin ke istri saya sama Arjuna?"

Pangeran menggeleng lemah. Matanya berkaca-kaca. Bukan berarti ia tidak bisa melawan Papanya, hanya saja Pangeran tidak ingin. Ia tidak ingin melawan Papanya. Biarlah urusan sakit ia yang merasakannya sendiri.

"Bukan salah Pangeran."

"Bacot!" Jendra menendang tubuh anaknya dengan tega. Tanpa memperdulikan Pangeran yang terlihat kesakitan.

"Om udah, om!" Xabiru melebarkan mata dan berlari menghampiri sepupunya.

"Om gila?! Mau sampe kapan om kayak gini hah?!"

"Kamu nggak usah ikut-ikut urusan saya, Biru." Jendra menatapnya dengan tajam.

"Udah, Ran. Ayo gue bantu." Xabiru mengalungkan tanganya ke leher cowok itu, membantunya berdiri. Sebelum benar-benar pergi ia sempat melirik Rajendra dengan tatapan tajam.

"Kamu nggak takut kena sial, Ru?"

"Pangeran sepupu saya, dan nggak ada alasan buat saya jauhin dia."

Rajendra terkekeh pelan. "Oke."

Xabiru malas meladeni om nya yang tak waras itu. Ia membawa Pangeran ke kamarnya. Sebenarnya Pangeran tidak selemah itu, ia sudah menolak Xabiru namun cowok itu tetap memaksa. Sesampainya disana Pangeran duduk diatas kasur, sementara Xabiru mencari sesuatu untuk mengobati wajah Pangeran.

"Lo ngapain sampe buat om Jendra marah?"

Pangeran menghela nafas berat. "Tadi gue nggak sengaja bentak Olla, karna nggak tega liat dia sedih jadi gue ajak dia main basket. Terus dia nggak sengaja jatoh, Papa liat."

"Ck, lo gimana sih? Kan bisa kabarin gue dulu."

"Dia maunya sama gue, Ru."

Xabiru duduk di sebelah Pangeran dengan membawa kotak P3K. Ia menuang alkohol dan mengobati wajah Pangeran. "Untung gue kerumah lo."

Ya, itulah alasan Xabiru sering bermain kerumah Pangeran. Karna ia ingin memastikan sepupunya baik-baik saja. Ia juga ingin menemani adik kecilnya, Aurora. Ayah Xabiru adalah adik kandung Rajendra. Namun hubungan keduanya nampak tidak akur.

"Makasih, sorry ngerepotin."

"Najis, kayak sama siapa aja lo."

"Gue serius, makasih Ru."

Xabiru terdiam. Tiba-tiba ia merasa sedih. "Sama-sama."

"Gue kangen Mama," ujar Pangeran pelan.

"Lo udah nengokin Tante Rinjani?" tanya Xabiru dan dibalas gelengan oleh Pangeran.

Hello, Pangeran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang