|| HP 41

264 27 8
                                    

•HAPPY READING•

Aaron melambaikan tangannya ke arah Kalung ketika melihat gadis itu memasuki kantin. "LUNA SINI DONG!"

Rama menendang kaki Aaron membuat cowok itu mengaduh. "Cewek lo udah banyak ya, sat. Nggak usah dia juga lu embat!"

"Lah naksir lo?"

Rama hendak menjawab namun ia urungkan ketika seseorang melewati meja mereka. Ia dapat melihat kedua temannya saling beradu tatap tanpa mengeluarkan suara. Sedangkan Rinai hanya berlalu tanpa menyapa.

"Yaelah tegang amat! Santai aja kali udah kayak presiden aja yang lewat." Aaron memukul lengan Rama cukup kencang sehingga cowok itu mengaduh.

"Kenapa muka lo?" Pangeran menaikkan alisnya. "Santai kali, gue sama Aris kan udah fine-fine aja."

"Tetep aja ngeri anjir, tiba-tiba adu jotos kan nggak lucu."

"Lo tetep berhubungan sama Rinai?" Rama bertanya ke Aris namun cowok itu hanya mengangkat bahunya acuh.

"Kenapa?"

"Gue ngerasa salah aja, nggak seharusnya gue berhubungan sama mantan temen gue."

"Nggak bakal jadi mantan kalo bukan gara-gara lo," cibir Aaron.

"Baru ngerasa bersalah?" kata Pangeran.

"Hm." Aris berdecak kesal karena merasa dibully oleh teman-temannya. Sementara ketiganya tertawa puas. Mereka hanya menggoda cowok itu saja agar kesal. Lagian salahnya sendiri kan.

Atensi Pangeran teralihkan ke depan. Dimana seorang gadis mungil tengah berdiri di antrian paling belakang untuk mendapatkan mie ayam. Cowok itu berdiri dan berniat menghampiri Putri di sana.

"Pangeran mau kemana lo?"

"Tugas negara."

"Yaelah."

Pangeran memelankan langkahnya ketika sudah dekat. Dengan jahil ia mencolek lengan gadis itu lalu membukukan tubuhnya agar Putri tidak bisa menemukannya. Sekali lagi ia melakukan hal yang sama di sebelah kiri gadis itu. Hal itu membuat Putri ngedumel sendiri.

Hingga yang terakhir Pangeran kembali mencolek bahu gadis itu tanpa bersembunyi. Tawanya menguar ke udara begitu melihat wajah terkejut gadis itu.

"Nyebelin!"

"Muka lo bingung banget."

"Ngapain sih ganggu aja."

Pangeran memasukkan tangannya ke saku celana. Ia menatap sekelilingnya sejenak. Antriannya masih lumayan panjang karena peminat mie ayam hari ini sangat banyak, tidak seperti biasanya. "Lo nggak mau beli yang lain? Rame banget."

"Lagi ngidam mie ayam."

"Ngidam? Bikin sama gue aja belum."

Putri melotot lalu memukul lengan cowok itu. Yang dipukul hanya tertawa. "Kak!"

"Iya-iya. Minggir."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Pangeran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang