•HAPPY READING•
Kirana menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Bagaimana tidak pusing? Sudah tiga hari ini ia sibuk memikirkan nasib butiknya yang telah mengalami kerugian akibat ditipu oleh seseorang. Jumlahnya lumayan banyak, sehingga membuat omset perusahaan menurun drastis. Pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian itu. Ia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ini.
Pekerjaan ini adalah satu-satunya penghasilannya. Ia harus bisa mempertahankan butik ini sebaik mungkin. Ia tidak mau jika ia harus mengorbankan usahanya yang sudah ia jalani selama dua tahun ini. Sebelum almarhum suaminya meninggal Kirana sudah menjalani bisnis ini selama satu tahun, oleh karna itu ia sangat dilanda kebingungan saat ini. Ia juga tidak mau kalau nantinya ia tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan kedua anaknya. Sudah cukup mereka kehilangan Ayahnya, Kirana tidak mau mereka juga merasakan kehilangan kebahagiaan.
"Permisi, Bu. Ibu baik-baik aja? saya liat muka Bu Kiran pucat sekali, mau saya buatkan teh hangat?"
Kirana mengangkat kepalanya menatap salah satu karyawannya yang bernama Lidia. "Its okay nggak usah Lidia, kayaknya saya perlu istirahat aja dirumah."
Lidia mengangguk. "Iya, Bu. Sebenernya Ibu nggak perlu kok tiap hari jagain butik kan udah banyak karyawan yang handle."
"Nggak apa-apa, saya pulang dulu ya." Kirana meraih tas miliknya dan memakainya.
"Ibu bisa pulang sendiri?" tanya Lidia. Khawatir karna mengetahui kondisi bos nya yang sedang tidak enak badan.
"Bisa, bisa. Yaudah saya duluan ya."
Lidia mengangguk patuh. "Hati-hati, Bu."
Kirana keluar dari butik dengan tergesa-gesa. Ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya dirumah. Tetapi baru saja melangkah hingga pintu keluar kepalanya mendadak terasa sangat sakit. Pandangannya terasa buram dan perlahan menjadi gelap. Kirana pingsan.
-oOo-
Putri berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Tadi saat ia masih di sekolah Nando memberinya kabar bahwa Kirana berada di rumah sakit. Putri yang masih menjalani jam pembelajaranpun tidak bisa fokus. Ia terus memikirkan keadaan Bundanya disana. Hingga saat pulang sekolah kedua kakak beradik itu segera pergi menuju rumah sakit Harapan satu menemui sang Bunda.
Nando bisa tahu kabar tersebut dari Mbak Lidia. Karyawan Bunda yang sudah ia kenal lama. Mbak Lidia mengatakan bahwa Kirana memang terlihat tidak enak badan dan sudah memutuskan untuk pulang namun tiba-tiba saat di dekat pintu keluar wanita itu justru pingsan. Lidia dengan cepat membawa bos nya itu ke rumah sakit.
"Itu Mbak Lidia," ujar Nando saat melihat wanita itu sedang duduk di kursi tunggu sendirian. Di depan ruangan ICU.
Putri berlari ke arah wanita itu. Lidia yang menyadari kehadiran anak dari bos nya itu segera berdiri.
"Gimana Bunda, Mbak?" tanya Putri dengan raut khawatir.
"Tenang ya, Bunda kamu nggak apa-apa kok. Cuma pingsan aja."
"Putri mau masuk boleh?"
Lidia mengangguk mengizinkan. Tadi ia sudah sempat masuk ke dalam sebentar dan melihat kondisi Kirana. "Boleh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Pangeran!
Ficção AdolescentePutri sangat menyukai Pangeran, wakil ketua paskibra di sekolahnya sejak pertama kali melihat cowok itu. Ia kira, mendapatkan hati cowok friendly itu mudah tapi ternyata tidak. Ia perlu melakukan banyak cara untuk menarik perhatian Pangeran. Tapi si...