Putri sangat menyukai Pangeran, wakil ketua paskibra di sekolahnya sejak pertama kali melihat cowok itu. Ia kira, mendapatkan hati cowok friendly itu mudah tapi ternyata tidak. Ia perlu melakukan banyak cara untuk menarik perhatian Pangeran. Tapi si...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asupan cogan dulu gaksie
Siap baca part 22?
Ramein comment ya! vote sebelum membaca 😤
•HAPPY READING•
Ucapan Pangeran yang mengatakan akan mengajak Rinai makan seblak itu benar adanya. Cowok itu mengajaknya ke warung seblak yang menurutnya enak. Ia bisa mengetahui tempat ini karena Xabiru. Cowok itu pecinta seblak, dan beberapa kali Pangeran menemani sepupunya itu pergi kesini. Rinai yang ceritanya masih badmood itu hanya diam sejak tadi, ia hanya berbicara ketika Pangeran bertanya padanya.
"Lo mau pesen yang mana?"
"Terserah."
Pangeran mengangguk paham. Kebiasaan gadis itu akan menjawab kata "terserah" setiap moodnya sedang buruk.
"Gue pesen dulu, ya." katanya dan hanya dibalas anggukan oleh gadis itu.
Tidak perlu waktu yang lama Pangeran kembali ke meja tempat mereka duduk. Rinai sengaja menyibukan dirinya dengan bermain ponsel. Selain bingung harus berbicara apa, ia juga gugup.
"Sorry gue nggak bales chat lo tadi."
Rinai mendongakan kepala, menatap cowok itu yang sudah lebih dulu menatapnya. Ia tersenyum tipis. "Lo pacaran sama dia?"
"Kata siapa?"
"Iya?"
"Nggak, gue sama dia cuma sekedar senior dan junior paskib."
"Tapi lo bolos berdua, ke Puncak lagi." Rinai memalingkan wajahnya ke samping. Mengingat hal itu membuatnya sedikit kesal.
Pangeran tertawa kecil. "Bilang aja sih kalo lo cemburu."
Ya iyalah gue cemburu, bego. Sayangnya kata-kata itu hanya mampu Rinai ucapkan di dalam hati.
"Gue sama dia tetangga."
"Sejak kapan?"
"Seminggu yang lalu."
Rinai tersenyum miring, lebih tepatnya tersenyum karena merasa nyeri di hatinya. Sudah selama itu, dan Pangeran tidak memberitahunya sejak awal. "Kok nggak ngomong?"
"Nggak penting, Nai."
Lagi-lagi Rinai tersenyum kecut. Ucapan Pangeran barusan mengarah ke dua kemungkinan. Tidak penting membahas gadis itu, atau tidak penting bagi Pangeran untuk memberitahunya.
"Terus kenapa lo bisa bolos berdua?"
"Dia dateng ke rumah gue pagi-pagi dan minta berangkat bareng, karena gue bangun telat dan jalanan macet jadi kita sampe sekolah waktu gerbang udah ditutup. Karena nggak mau ketahuan ninggalin kelas, Putri ngajak pergi ke Puncak."