|| HP 30

307 56 8
                                    

Udah pencet tombol bintang?

Udah?

Oke, lanjut baca

•HAPPY READING•



Hari pertama ujian semester dimulai. Putri sengaja datang lebih awal agar bisa membaca buku sebelum bel masuk. Ia mengingat perkataan Bunda tempo hari. Mengingat usaha wanita itu yang berusaha keras untuknya membuat Putri bertekad untuk membuat Kirana bangga kepadanya. Salah satunya mendapatkan nilai ujian yang bagus. Ia tidak mau mengecewakan Bunda yang sudah bekerja keras mencari uang untuk membayar biaya sekolahnya. Meskipun sebenarnya, Putri masih merasa galau. Namun lagi-lagi ia mengingat ucapan sahabat dan Bundanya, haruskah ia melupakan Pangeran mulai saat ini?

Sepertinya sudah tidak ada lagi harapan untuknya. Kemarin malam ia melihat story cowok itu yang dengan bangga memposting foto Rinai, kekasihnya. Tanpa memperdulikan jika ada satu hati yang teramat patah melihatnya. Terlihat jahat? mungkin tidak. Seseorang berhak menentukan apa yang menjadi pilihannya.

Namun yang ia sesali disini adalah, ia merasa sangat malu. Malu karena selama ini ia terlalu terang-terangan dan terlihat tidak tahu malu mengejar lelaki itu yang bahkan Pangeran tidak memiliki perasaan yang sama untuknya. Gadis itu berjalan sambil menundukan kepala melihat kedua kakinya. Rasanya sangat tidak bersemangat, tapi ia harus memaksakan dirinya.

"Ck, pasti gue di mata dia nggak tau malu banget! Arghh bego, bego! Lagian kenapa sih gue harus punya sifat cegil kayak gitu?! Malu-maluin sumpah," ujarnya sambil menendang tong sampah yang ada di sampingnya.

"Mau di taro mana muka gue kalo ketemu Kak Pangeran?!"

"Apa gue pura-pura nggak kenal aja? Arrghhh!" Putri mengacak-acak rambutnya. Ia terlihat seperti orang gila yang mengoceh sendirian.

"Ekhem." Seseorang yang memperhatikan gadis itu sejak tadi berjalan mendekat dan berdiri di samping Putri.

"Eh?"

"Ujian belum mulai tapi lo keliatan udah frustasi banget?" Shaka tertawa kecil.

Putri mengubah raut wajahnya. "Nggak, biasa aja tuh."

"Hahaha."

Shaka mengeluarkan selembar kertas dari saku kemejanya lalu menyodorkan benda itu. Putri menautkan alisnya merasa bingung. Untuk apa?

"Gue peramal, dan gue tebak lo lagi nggak semangat hari ini."

"Sok tau."

Shaka terkekeh. "Buka."

Karena penasaran gadis itu membuka lipatan kertas yang diberikan oleh Shaka. Terlihat tiga ucapan semangat yang berurutan. Putri kembali mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?"

"Semangat buat lo. Yang pertama semangat untuk hari ini, yang kedua semangat untuk ujiannya, dan yang ketiga... " Shaka menjeda ucapannya, "semangat untuk patah hatinya."

Putri ingin menangis rasanya. Ntah kenapa tiba-tiba ia merasa sedih. "Kak... "

"Gue nggak punya cara buat ngehibur orang yang galau, jadi gue transfer semangat aja. Kalau kurang bilang aja, nanti gue tambahin jadi lima eh atau sepuluh?"

Hello, Pangeran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang