Irene melemparkan tubuhnya ke ranjang besar yang ada di kamarnya, matanya menerawang jauh dengan tatapan kosong dan dada yang masih terasa terbakar karena amarah lalu tanpa sadar dia sudah terlelap masuk ke dalam alam mimpinya.
Matanya terbuka perlahan saat dia merasa ada seseorang yang mengusap kepalanya. Senyuman dari seseorang yang selalu bisa menenangkannya dari waktu ke waktu sampai detik ini.
“Ibu..” Ucap Irene lembut sambil menatap ke arah ibunya yang sedang mengusap lembut rambut putri bungsunya.
“Kenapa tidur masih menggunakan pakaian kerja? Kau tidak mandi?”
Irene hanya menggeleng lalu mengambil tangan ibunya untuk letakkan di pipinya.
“Putri ibu sedang patah hati rupanya.”
Irene seketika membuka matanya, bibirnya ingin berontak menolak ucapan ibunya tetapi dia tahu, sejauh apapun dia berbohong itu tidak akan mempan karena ibunya jauh lebih mengenalnya walaupun dia tidak lahir dari rahim wanita cantik yang ada di hadapannya tersebut.
“Aku akan melupakannya, bukan aku yang dia mau.”
“Mandilah, lalu makan malam. Ibu sudah memasak untukmu, kakakmu juga sudah menunggu di bawah.”
Irene menatap ibunya dengan tatapan tanda tanya seolah-olah mempertanyakan kehadiran ayahnya di meja makan mereka.
“Tidak ada ayahmu, hanya kami berdua yang datang.”
Seketika senyum Irene mengembang lalu segera memeluk ibunya.“Ada apa ini?”
“Terimakasih sudah mau menjadi ibuku.” Ucap Irene lembut yang membuat wanita berusia awal 50 tahun tersebut tersenyum sambil mengusap punggung putri bungsunya.
“Terimakasih sudah tumbuh dengan sangat kuat, maaf kalau ibu datang sedikit terlambat saat itu.”
Irene melepaskan pelukan ibunya lalu segera bergegas ke kamar mandi. Ya, mau sedewasa apapun Irene, dia tetap putri bungsu ibunya dan juga adik kesayangan kakaknya.
— — — — — — — — — — — — —
Irene menuruni tangga rumahnya hendak menuju dapur, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Suho ada di meja makan rumahnya.
“Apa ini? Kenapa kau disini?” Tanya Irene dingin saat sudah sampai di dekat meja makan yang tentu saja pertanyaan itu dia tujukan kepada Suho walaupun tatapan matanya tidak mengarah ke suaminya.
“Aku tadi ingin mengambil beberapa barangku di kamar, lalu bertemu ibu mertua dan kakak ipar, mereka memintaku untuk mampir makan malam sebentar.” Jelas Suho dengan nada bicara yang terlihat kaku karena
“Rene, biarkan dia makan malam dulu, setelah itu baru biarkan dia pergi” Ucap Raina lembut sambil meletakkan beberapa makanan yang dia bawa dari dapur di atas meja makan.
Irene menikmati makan malam dengan hanya diam, tidak ada obrolan berarti yang keluar dari bibirnya sampai akhirnya ibu dan kakaknya berpamitan pulang saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
“Kau pulanglah, aku ingin sendiri.” Ucap Irene ketus tanpa memandang Suho lalu berjalan masuk menuju ke dalam rumahnya. Melihat Irene yang sama sekali tidak mau menatapnya, membuat Suho memberanikan diri mengejar Irene dan memeluknya dari belakang.
“Aku minta maaf, tolong jangan seperti ini.” Ucap Suho lembut dengan nada memohon.
Irene terdiam, tubuhnya sedikit terkejut saat Suho memeluknya dari belakang. Isi kepalanya memintanya untuk menolak pelukan tersebut, tetapi badan dan hatinya berkata lain. Irene menghela nafas beberapa kali lalu melepaskan tangan Suho yang melingkar di pinggangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal
FanfictionNiena Irene Pratishta Wicaksono, seorang dokter dan direktur muda di Grandmark Hospital terlibat skandal yang mengharuskannya menikah dengan seorang aktor sekaligus penyanyi ternama, Akhilendra Suho Kaivan Daneswara. Bagaimana kisah perjalanan rumah...