Bab 45

2.3K 159 14
                                    

"masih tidak berkomunikasi dengan kakak ipar?" Tanya Sehun sambil memberikan segelas wine untuk Suho.

"dia benar-benar keras kepala." jawab Suho masih dengan ekspresi kesalnya, sedangkan Sehun justru tertawa kecil melihat kakaknya.

"jangan samakan istrimu dengan wanita-wanita yang pernah ada di hidupmu, dia berbeda" Ucap Sehun sambil duduk di sofa yang ada di belakang Suho, sedangkan Suho yang semula berfokus ke arah dinding kaca apartemen Sehun seketika mengalihkan fokusnya ke arah adiknya.

"dia baik, dia cantik, dia pintar, dia tau caranya membagi prioritasnya dan yang terpenting dia punya prinsip, itulah daya tariknya di mata laki-laki di luaran sana. Dan aku yakin, kalau kau melepaskannya, akan ada ratusan lelaki diluar sana yang siap untuk menggantikan posisimu, setidaknya itu hal yang aku dan Tania setujui tentang sosok Irene." lanjut Sehun santai menjelaskan pandangannya tentang kakak iparnya.

"aku tahu kau sedang cemburu, tetapi menuduh seorang Irene berbagi ranjang dengan lelaki lain, itu terlalu kejam brother, istrimu bukan wanita seperti itu, jangan samakan dia dengan Elaine, kelasnya jelas berbeda" ucap Sehun sambil menjelaskan dimana letak kesalahan kakaknya.

"pulanglah, dan pikirkan kesalahanmu. Lagipula besok mereka akan pulang kan? Jadi aku harap kau tidak membuat keributan saat besok kakak ipar pulang."

Sedangkan di tempat pengungsian bencana alam, semua sudah lebih tertata mulai dari makanan hingga fasilitas pengungsian setelah hampir 2 minggu para relawan disana.

"Rene? Ada yang kau pikirkan?" tanya Minho sambil memberikan segelas teh hangat lalu duduk di sisi kiri Irene dimana pemandangan di depan mereka adalah posko pengungsian yang ramai dengan orang.

Irene hanya tersenyum kaku saat menerima teh hangat dari Minho, "tidak ada" jawabnya pelan sambil mencoba kembali tersenyum.

"oppa, boleh aku bertanya?"

"tentu" jawab Minho sambil menatap ke arah Irene.

"apa selama 3 tahun kita menjadi relawan, kau pernah tertarik denganku?"

Minho menatap Irene lekat, sebenarnya dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Irene, tetapi akhirnya dia tersenyum lalu melempar pandangannya ke arah posko pengungsian yang ada di depan mereka berdua.

"Tentu saja. Kau pintar, kau cantik, kau bahkan seorang direktur, tidak mungkin tidak ada yang tertarik kepadamu.  Hanya orang bodoh yang tidak tertarik kepadamu, dan masalahnya aku bukan orang bodoh" jawab Minho sambil tertawa kecil, sedangkan Irene dia hanya tersenyum kaku karena kalimat Minho mengingatkannya dengan Suho saat Leo membuat keributan dengan mendatangi rumah mereka saat itu.

"bukan itu, maksudku tertarik..." Irene menjeda ucapannya seolah-olah dia ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"apa? Tertarik sebagai wanita?" Minho yang mengerti arah pembicaraan mereka segera menebak apa yang ingin ditanyakan oleh Irene, dan Irene hanya mengiyakannya.

Minho terlihat memainkan gelas kertas berisi teh hangat yang ada di tangannya,

"Bohong kalau aku tidak pernah tertarik padamu sebagai seorang wanita"

Mendengar ucapan Minho, Irene tentu saja sedikit terkejut, karena bukan ini jawaban yang dia harapkan.

Minho menghela nafasnya lalu melanjutkan kalimatnya yang sempat dia jeda,
"Terutama saat mendengar alasanmu pergi menjadi relawan karena saat itu kau sedang dalam proses perceraian, tentu saja jiwa laki-lakiku bergejolak ingin mendekatimu. Tetapi semakin kita dekat, aku justru semakin tahu kalau aku tidak mungkin menggeser posisinya dari hatimu." jelas Minho sambil tersenyum dan melirik ke arah wanita yang ada di sisinya.

The Scandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang