Bab 25

2.7K 171 33
                                    

Besok, tepat 3 tahun kepergian Irene menjadi relawan. Tidak ada banyak kabar darinya, kecuali kabar kepada Raina yang diminta untuk memberitahu ibunya bahwa Irene dalam kondisi baik-baik saja.

 Tidak ada banyak kabar darinya, kecuali kabar kepada Raina yang diminta untuk memberitahu ibunya bahwa Irene dalam kondisi baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang.. sayang.." teriak nyonya Alena memanggil suaminya yang ada di dalam kamar mandi.

"Ada apa? Kenapa berteriak?"

"Putriku akan pulang besok." Ucap nyonya Alena bersemangat.

"Tidak bisakah dia menjadi putri kita?"

Mendengar pertanyaan suaminya, nyonya Alena segera mendekat ke arah suaminya.

"Maksudku putri kita, dia akan pulang besok." Ucapnya lembut lalu mendapat senyuman dan pelukan dari suaminya.

"Apa kau bahagia?"

Nyonya Alena hanya mengangguk, entah kenapa dia begitu bahagia mendengar kabar putrinya akan segera pulang.

Keesokan harinya, sekitar pukul 9 pagi Raina, nyonya Alena dan Uncle Sam sudah ada di bandara, mereka menyambut kepulangan Irene setelah 3 tahun lebih tidak melihatnya secara langsung.

"Apa putriku baik-baik saja?" Tanya dr Alena sambil memeluk erat Irene.

"Seperti yang ibu lihat, aku baik-baik saja." Jawab Irene sambil memeluk Raina kemudian.

"Kakak, dimana keponakanku?"

"Di rumah, aku tidak membawanya."

"Dia pasti sudah besar sekarang."

"Dia baru berusia 2 tahun sekitar 3 bulan yang lalu." Ucap Raina sambil memandang adiknya lekat seolah-olah tidak percaya karena Irene kembali menjadi dirinya yang dahulu di matanya.

"Kita pulang sekarang." Ucap Uncle Sam sambil membawa barang milik Irene.

Sesampainya di rumah, Irene terkesima melihat seorang anak kecil sedang bermain di taman belakang rumah utama.

"Siapa anak cantik ini?" Tanya Irene saat melihat Malika Chindaga putri Adhiyaksa sedang bermain dengan bahagianya.

"Mata indahnya seperti milikmu." Bisik Raina kepada Irene.

"Bagaimana bisa? Bukankah mata indah itu milik mendiang mama? Kau tahu kan mata cantik kita warisan dari mendiang mama?" Ucap Irene kepada Raina yang hanya mendapat senyuman dari Raina.

"Mungkin kalau putraku masih ada, mereka bisa bermain bersama." Ucap Irene sambil menatap nanar anak kecil yang sedang bermain tersebut.

The Scandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang