𝗣𝗔𝗥𝗧 4

64.9K 7.6K 39
                                    

∆Happy Reading guys∆


Kalau biasanya Claery menghabiskan ahadnya untuk mencari perhatian Shaka yang sayangnya tidak direspon sama sekali.

Beda halnya dengan Claery yang sekarang. Ia sedang santai sembari memakan cemilan.

"Tumben."

Alfi mendudukkan pantatnya di sofa maroon. Matanya tak pernah lepas dari Claery yang tidak menyadari keberadaanya.

"Ekhem."

Alfi membuang nafasnya pelan. Ia kira Claery memang sudah berubah. Ternyata masih sama seperti dulu, mengabaikannya.

"Eh, lo disini? Sejak kapan?" tanya Claery yang terkejut saat mendapati Alfi sedang duduk disampingnya.

"Tadi."

"Lah, kok gue gak tau?"

"Hmmm."

Claery mengerutkan alisnya. Wajah datar Alfi terlihat menggemaskan dimatanya. Ah, tokoh antagonis itu menarik perhatiannya sekali.

Claery bergeser agar mendekat pada Alfi. Kenapa Claery yang asli sangat bodoh? Ia lebih memilih Shaka yang tidak ada apa-apanya dibanding Alfi yang nyatanya sangat sempurna.

"Mau ngapain?" tanya Alfi masih dengan wajah datarnya.

"Al, lo kok ganteng sih?" tanya Claery sembari mendekatkan wajahnya pada Alfi.

Sedangkan Alfi membulatkan matanya. Ucapan Claery sontak membuat wajah bahkan telinga Alfi memerah.

Cup

Claery berlari setelah mendaratkan satu kecupan di pipi Alfi. sangat senang menjahili pria datar itu.

"CLAERY!!!!"

Alfi memegang dadanya yang semakin tak terkendali. Dan apa itu? Claery menciumnya. Bahkan selama ini Claery enggan untuk sekedar melihat wajahnya.

"Akh, jantung gue!" batin Alfi.

•••••

Semua mata menatap tak suka ke arah Claery yang sedang berjalan menuju kelas. Sang antagonis yang sangat kejam, tidak memiliki hati sama sekali.

BRAK!

"Akh, s-sakit," ringis gadis berambut sepinggang itu.

Mendengar suara tangisan kecil itu semua siswa berkumpul hanya untuk menyaksikan apa yang akan dilakukan Claery selanjutnya.

"M-maaf, Clae. Aku g-gak. Senga-"

"Gak masalah," potong Claery menatap tak minat ke arah Adinda.

"Beneran aku gak sengaja, Clae. M-maafin aku, yah," ucap Adinda lagi.

Wajah yang sudah memerah dan jangan lupakan air mata yang sudah membasahi wajah Adinda. Gadis cantik itu kembali menunduk dengan tubuh yang sedikit gemetar.

"Gue bilang gak masalah. Jadi, gak usah buang air mata lo."

Setelah itu Claery kembali melanjutkan langkahnya. Mengabaikan ucapan yang mulai memenuhi telinganya.

"Buang-buang waktu gue," batin Calery tak suka.

Kembali ke Adinda.

Ia tertegun saat melihat perubahan Claery. Biasanya ia akan mendapat amukan dari Claery. Tapi sekarang? Bahkan Claery seakan tidak tertarik untuk sekedar melihat wajahnya.

Ada apa?

"Kamu kenapa, hm?"

Shaka mengelus lembut lengan Adinda. Melihat kerumunan siswa Shaka yang kebetulan sedang lewat depan kelas Adinda merasa khawatir.

"Gapapa kok, aku baik-baik aja."

"Dia kamu gangguin lagi?" tanya Shaka.

"Enggak, Claery gak lakuin apa-apa. Udah, sekarang kita ke kelas," ajak Adinda menarik lengan Shaka dengan lembut.

Keduanya berjalan memasuki kelas dengan wajah bahagia. Semua orang tahu kalau Shaka sangat mencintai Adinda begitupun sebaliknya.

•••••

"Kapan lo bakal habisin dia?"

Claery menghentikan langkahnya. Dengan pelan ia berjalan ke arah pintu yang sedikit terbuka, mendengarkan dengan baik-baik apa yang sedang orang itu bicarakan.

"Sebentar lagi," ucap laki-laki tersebut dengan senyum miring.

Sejenak tak ada lagi suara yang Claery dengar. Namun begitu, Claery masih setia menunggu kelanjutannya.

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Claery dalam hati.

Meski ragu Claery memberanikan diri untuk mengintip siapa yang berada didalam sana. Dan yap ia bisa melihat mereka dengan sangat jelas.

"Mereka?" gumam Claery.

"Pastikan gadis itu tidak akan hidup tenang setelah ini. Ia benar-benar pengganggu." ucap seseorang dari dalam sana.

"Haha, gue pikir ia agak berbeda."

"Apa gue melewatkan sesuatu?"

"Tidak. Tapi, ia memang sedikit berbeda."

"Buat ia tersiksa sampai memilih untuk tiada."

Kebenaran yang sangat mengejutkan. Claery tersenyum mirirng setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya. Mulai sekarang ia harus berhati-hati, karena musuh ternyata sangat dekat dengannya.

"Ternyata alurnya tidak berubah sama sekali, yah,?" tanya Claery masih belum percaya.

Claery yang malang. Di akhir cerita ia akan mati di tangan Shaka karena berusaha untuk mencelekai Adinda.

Claery mengambil ponsel yang berada disaku bajunya. Ia tersenyum saat mendapatkan apa yang ia cari. Sekarang ia tinggal menunggu mereka untuk memperlihat wajah yang asli.

"Mau bermain-main ternyata," guman Claery.

𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗟𝗨𝗣𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗦𝗔𝗠𝗔 𝗩𝗢𝗧𝗘 𝗬𝗔𝗛. 𝗧𝗘𝗥𝗜𝗠𝗔 𝗞𝗔𝗦𝗜𝗛 𝗦𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗠𝗔𝗠𝗣𝗜𝗥!


Second Life Of The Antagonist [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang