•Happy reading guys•
•
•
Dari atas sana semua siswa terlihat kecil. Claery mendongakkan kepalanya menatap langit yang mendung. Sejak jam pertama ia tidak masuk kelas. Untuk apa? Belajar, cih. Claery terlalu malas.Claery lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di rooftop sekolah sembari menyusun rencananya. Ini memang bukan dunianya tapi ia juga harus bertahan hidup.
"CLAERY!"
Claery membalikkan tubuhnya melihat ke arah suara yang baru saja memanggilnya. Nala, gadis itu berdiri tak jauh darinya dengan wajah yang dipenuhi keringat.
"Yah?"
"Astaga, Clae! Gue cariin lo dari tadi!" kesal Nala berjalan mendekat ke arah Calery.
"Ada apa?" tanya Claery.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." Nala kini berdiri disamping sahabatnya itu dengan wajah khawatir yang terlihat jelas.
Beberapa detik tak ada yang bersuara.
Nala menatap kosong ke arah segerombol siswa yang sedang asik tertawa dibawah sana. Tepatnya Shaka dkk.
"Jauhi mereka, Clae," ucap Nala namun masih fokus melihat ke arah yang sama.
"Kenapa?"
Claery mengikuti arah pandang Nala. Tanpa disuruh ia akan melakukannya, tapi jika mereka mengusik ketenangannya maka Claery tidak akan diam saja.
"Mereka berniat jahat sama lo, Clae. Jauhi mereka, gue mohon. Lupain soal hati lo yang cinta sama Shaka, dia gak pantes buat lo. Dia jahat, dia kejam."
Nala memegang tangan Claery dengan wajah memohon. Ia tak ingin sahabatnya itu kenapa-kenapa. Hanya Claery yang ia punya. Kedua orang tuanya sudah tiada semenjak ia masih kecil.
"Gue mohon, Clae. Jauhin Shaka, jauhi semua yang berurusan dengan mereka. Terutama si Adinda!"
Claery mengangguk setelah itu ia tersenyum tulus. Nala adalah orang baik, selain Nala, ia meragukan semua orang yang berada di dunia novel ini.
"Lo gak perlu khawatir, gue bisa jaga di baik-baik."
"Gak, Clae. Gue beneran takut, mere-"
"Ini kenapa?"
Claery menunjuk lengan Nala yang sedikit terluka. Sedangkan gadis itu masih diam dengan tatapan rumit.
"Kenapa, Nala?" tanya Claery lagi.
"Ini, ini hanya luka kecil, Clae," jawab Nala. Melihat tatapan tajam Claery, membuat Nala sedikit takut.
Dengan anggukan kecil, Claery mengeluarkan ponselnya lagi. Gadis berambut sebahu tersenyum miring dengan tatapan tajam seakan siap menerkam orang yang mulai mengusiknya.
"Malam ini benda itu harus ada," ucap Claery pada orang diseberang sana.
"Baik, malam nanti sudah sampai."
Tut
Nala hanya diam mengamati Claery yang sedang berbicara entah dengan siapa di telpon. Setahunya Claery tidak memiliki banyak kenalan selain ia dan juga Shaka dkk. Ah, jangan lupa Alfi.
"Siapa?" tanya Nala penasaran.
"Bukan siapa-siapa."
"Katakan dengan jujur, kenapa lo bisa terluka?"
"G-gu-"
"Lo kasih tau, atau gue yang cari tau sendiri," ancam Claery tak main-main.
"Hiks... Mereka, mereka yang udah buat gue luka Clae." Nala menunjuk ke arah Shaka yang sedang duduk dibangku dekat lapangan.
"G-gue gak sengaja nabrak Dinda. Sumpah gak sengaja beneran, eh sih kampret malah datang dan langsung marah-marah. Gue di dorong sama, nih!"
Nala menunjuk pipinya yang sedikit memerah. Shaka menampar dan juga mendorongnya hingga terjatuh.
"Aws, sakit, Clae!"
•••••••
Shaka mengelus lembut rambut Adinda dengan penuh hati-hati. Sedangkan sahabatnya di buat gedek dengan kebucinan sahabat mereka itu.
"Eh, si nenek lampir gak keliatan, yah?" tanya Riko.
"Iyah, bener. Kok gue baru sadar. Tumben-tumbenan dia gak nempel sama si Shaka?" timpal Zefan yang juga merasa heran.
"Bagus, seharusnya dari dulu dia menjauhi Shaka dan berhenti mengganggu Dinda."
Semua menatap ke arah cowok yang sedang duduk dengan wajah datar.
"Lo cemburu Clae ngejar-ngejar Shaka? Sedangkan lo suaminya?"
Alfi tersenyum miring.
Mengabaikan pernyataan Riko. Bukan urusan mereka jika ia cemburu ataupun tidak.
"Lo beneran gak suka sama Clae? Secara dia kan cantik pake banget." kini Adnan duduk disamping Alfi.
"Yoi, gue aja sampai pangling. Tuh anak cantik banget cuman ketutup aja ama sifat jeleknya," ujar Zefan yang di angguki oleh Riko dan juga Adnan.
Shaka?
Cowok itu seakan tuli dan lebih memilih menatap wajah damai Adinda yabg sudah tertidur beberapa menit yang lalu.
"Dia cantik bahkan saat sedang tertidur." batin seseorang menatap lekat ke arah Dinda.
𝗧𝗬𝗣𝗢 𝗕𝗘𝗥𝗧𝗘𝗕𝗔𝗥𝗔𝗡!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life Of The Antagonist [TERBIT]
Teen Fiction"Akh! Apa ini lelucon?" Gadis itu tersenyum miring. Ia terbangun ditubuh yang sama sekali tak dikenalinya. Meski berkali-kali menyingkirkan pikiran aneh yang mulai memenuhi otaknya, gadis itu tetap terlihat biasa aja. 𝗭𝗲𝗿𝗮𝘆𝗮 memutar bola mat...