Gak tau sumpah ceritanya gaje bener. Ini aja dipaksain nulis biar gak berhenti nih cerita.
HAPPY READING
••••••••Claery membuang nafasnya pelan. Menikmati hembusan angin menerpa wajah cantik miliknya. Suasana taman belakang terbilang sangat sepi, maklum hanya beberapa orang yang suka ke taman.
Ia tak menyangka kalau Riko adalah sahabat kecil Claery yang asli. Padahal dari semua teman Shaka, Riko lah yang paling membencinya.
"Gue gak nyangka. Akh, tapi dalam cerita novelnya gak disebutin kalau Clae adalah sahabat kecil Riko."
Claery mengacak rambutnya frustasi. Dan apa tadi? Riko curiga kalau ia bukan Claery yang asli.
Semua benar-benar melenceng.
Bell pulang sudah berbunyi dengan cepat Claery mengambil tasnya. Ia ingin pulang sekarang. Dan yah, ia harus mencari sesuatu di kamar milik Claery.
••••
"Ekhem."
Claery menghentikan langkahnya saat sosok Alfi muncul dengan lengan yang diperban. Wajah tampan itu kini kembali terlihat oleh Claery setelah beberapa hari menginap di rumah sakit.
"Udah pulang lo?"
"Lo gak jengukin gue, Clae?"
Meski terlihat datar namun dari suara Alfi terdengar lirih. Hatinya sedikit sakit saat Claery istrinya sama sekali tak datang atau sekedar menanyakan kabarnya.
"Buat apa? Lo taukan kalau gue gak suka sama lo!"
Benar kan?
Claery asli mencintai Shaka. Sedangkan Claery yang sekarang tidak ada urusan dengan cowok dihadapannya.
"Seenggaknya lo nanya kabar gue, Clae!" bentak Alfi dengan wajah memerah.
Cukup, ia tidak terima dengan ucapan Claery. Tidak bisakah gadis itu berbohong? Setidaknya untuk menjaga perasaan Alfi.
"Jangan berharap Al, lo taukan dari dulu Clae sukanya sama siapa?"
Claery tersenyum kecil setelah itu ia duduk disamping Alfi yang sedang menatap tajam ke arahnya.
"Lo pikir gue gak tau hah! Lo dan Shaka itu kerja sama buat habisin gue? Bahkan gue tau kalau lo juga suka sama Dinda yang notabennya adalah istri sahabat lo sendiri. Jadi buat apa gue buang waktu untuk hal gak penting!"
Seketika Alfi menegang.
Alfi tetaplah Alfi yang sangat pandai mengubah kembali wajah terkejutnya. Ia menunduk setelah itu kembali menatap wajah cantik Claery yang datar tanpa senyum.
"G-gue gak ngerti maksud lo," ucap Alfi dengan suara renda.
Sedangkan Claery?
Gadis itu tersenyum miring. Jangan pikir ia bodoh dan tak tahu kalau sekarang Alfi sedang berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa.
Ternyata benar, kita harus berhati-hati karena biasanya musuh yang paling berbahaya itu ada di dekat kita.
"Mau gue jelasin biar ngerti, hm?" tanya Claery yang langsung di angguki oleh Alfi.
"Kalian pembunuh! Kalian udah ngebunuh Nala, sahabat Gue!!" bentak Claery dengan tatapan tajam.
"Lo pikir gue gak tau rencana busuk kalian hah! Hanya karena Nala gak sengaja nabrak Dinda dan kalian langsung akh!!"
Claery mengacak rambutnya berkali-kali. Mengingat bagaimana mereka melakukan hal sejahat itu pada gadis lemah seperti Nala.
Keterlaluan.
"Oh, jadi lo udah tau semuanya?"
Inilah Alfi yang sebenarnya. Cowok datar melebihi siapapun yang tidak segan-segan menghabisi siapa saja yang berani menyentuh Dinda pujaan hatinya.
"Hahaha akhirnya lo buka topeng juga. Udah capek?"
Claery mengabaikan tatapan maut dari Alfi. Ia sama sekali tidak terusik akan hal itu.
"Jadi apa mau lo sekarang? Mau nyusul Nala?"
Alfi bangkit dari duduknya. Mendekat ke arah Claery yang kini sedang berdiri santai. Tak habis pikir, jika musuh di luar sana ketakutan lantas kenapa Claery tampak biasa saja?
"Yakin lo kalau gue yang bakal nyusul Nala? Gimana kalau kalian yang bakalan mati?" tanya Claery balik.
Untuk beberapa detik keduanya sama-sama diam. Untung saja pembantu mereka sudah izin jadi tak ada yang melihat keduanya dalam mode menegangkan.
"Gue bisa bunuh lo sekarang juga kalau gue mau, Al. Tapi, kayaknya gak seru kalau terburu-buru. Ah, nanti gue bakal buat kalian ngerasain hal yang sama seperti Nala," bisik Claery tak lupa mengelus wajah tampan Alfi.
Tampan? Cih dasar iblis.
TYPO BETEBARAN!!
SELASA, 18 APRIL 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life Of The Antagonist [TERBIT]
Teen Fiction"Akh! Apa ini lelucon?" Gadis itu tersenyum miring. Ia terbangun ditubuh yang sama sekali tak dikenalinya. Meski berkali-kali menyingkirkan pikiran aneh yang mulai memenuhi otaknya, gadis itu tetap terlihat biasa aja. 𝗭𝗲𝗿𝗮𝘆𝗮 memutar bola mat...