∆Happy reading guys∆
•
•Claery menatap tajam motor besar Alfi yang mulai meninggalkan mansion mereka. Sekarang ia bisa keluar tanpa harus ketahuan. Malam ini Claery akan memberi peringatan pada mereka yang sudah melewati garis peringatan.
"Mari kita mulai permainannya."
Claery memakai masker hitam dan juga topi yang senada. Hal ini ia lakukan semata agar tidak ketahuan oleh siapapun.
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan Claery berjalan ke arah markas yang bertulis Black Devil
"Wah, bagus juga markas mereka," puji Claery tersenyum miring.
Mengedarkan pandangan untuk mencari tempat yang pas, Claery akhirnya menemukan tempatnya.
Disinilah Claery berada, di atas gedung yang tidak jauh dari markas Black Devil
Perlahan Claery mulai mengeluarkan senjata yang ia pesan beberapa hari yang lalu. Dan sekarang ia akan menggunakannya sebaik mungkin.
Dibawah sana terlihat beberapa anak mudah sedang tertawa menikmati minuman mereka. Sedangkan beberapa yang lain hanya diam seakan menjadi penyimak sejati.
"Kira-kira gue tembak yang mana dulu?" tanya Claery entah pada siapa.
Setelah puas memperhatikan. Claery memutuskan untuk mengarahkan senjata miliknya ke arah cowok yang sedang asyik memainkan ponsel tanpa peduli sekitarnya.
Shaka Argio. Cowok itulah yang menjadi sasaran utama Claery malam ini.
Dor
Tidak tepat sasaran, sengaja Claery melakukannya. Untuk melihat respon anak mudah dibawah sana.
Di tempat lain.
Anggota geng Black Devil sedang berkumpul. Kebetulan beberapa menit yang lalu mereka baru menyelesaikan pertemuan sesama anggota.
"Zef, lo gak minun?" Riko kembali memasukan minuman ke mulutnya.
"Gaklah, lo tau gue gak suka."
"Aelah, anak mami yah, gitu. Udah gede masa gitu aja gak bisa?" Adnan tersenyum mengejek ke arah Zefan.
"Gede palamu. Gue jelas anak mami emang selama ini gue anak apaan? Dugong?"
HAHAHAHA
Semua tertawa mendengar ucapan Zefan yang kelewat kesal. Mereka selalu begitu setiap bertemu bawaannya adu mulut terus.
"Kalau diliat-liat lo emang cocok, agak mirip emang."
"Kampret lo, Nan!!"
Dor
Semua terkejut. Sedikit lagi peluru itu mengenai lengan Shaka yang sedang duduk memainkan ponselnya. Entah siapa pelakunya.
Mereka saling bertatapan seakan apa yang mereka pikirkan sama.
"SIAPA YANG BERANI MELAKUKA–"
Dor
Dor
Dua anggota Black Devil Seketika tumbang saat peluru mengenai tepat di kepala mereka. Sedangkan yang lain sudah keluar untuk menyelamatkan diri.
"AKH! CEPAT CARI SIAPA YANG SUDAH BERANI MELAKUKANNYA!!"
"ALFI! BAWA MEREKA YANG SUDAH TERKAPAR!!" perintah Shaka yang langsung di angguki oleh sahabatnya.
"Riko apa ada yang mencurigakan?"
Riko diam.
Ia juga tidak tahu, sejauh ini tidak ada yang berani untuk mendekat ke markas mereka apalagi sampai sejauh ini. Dan Riko berpikir kalau orang yang melakukannya cukup berani.
"Sejauh ini tidak ada. Para musuh sudah mengakui kekalahan mereka," jawab Riko dengan wajah serius.
Dalam waktu singkat markas mereka sudah seperti kapal pecah. Adnan dan Zefan sedang melakukan tugas mereka. Berbeda dengan Alfi yang diam-diam menaruh curiga pada sosok yang sedang berada di atas gedung tepat disamping Markas mereka.
Di tempat Claery.
Gadis berambut sebahu itu tersenyum puas saat melihat betapa kacaunya mereka. Claery hanya ingin bermain-main tapi mereka seheboh itu.
"Wah, apa gue terburu-buru?"
Dengan gerakan pelan Claery kembali mengarahkan senjatanya ke arah bawah. Hingga terhenti pada sosok yang sedang menatapnya tajam.
"Alfi?"
"Dia liat gue? Hahaha sepertinya. Gimana kalau gue kasih lo satu peluru?"
"Ah, mari kita coba."
Dor
Tepat sasaran.
Dari jauh Claery bisa lihat kalau Alfi jatuh dengan tangan yang memegangi lengan miliknya. Suaminya itu sedang menahan sakit. Melihat itu beberapa anggota Black Devilmengangkat Alfi agar segera mendapat pertolongan.
"Selamat menikmati suamiku."
huhuhu, jangan lupa vote yah guys.
TYPO BERTEBARAN!
SABTU, 25 APRIL 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life Of The Antagonist [TERBIT]
Teen Fiction"Akh! Apa ini lelucon?" Gadis itu tersenyum miring. Ia terbangun ditubuh yang sama sekali tak dikenalinya. Meski berkali-kali menyingkirkan pikiran aneh yang mulai memenuhi otaknya, gadis itu tetap terlihat biasa aja. 𝗭𝗲𝗿𝗮𝘆𝗮 memutar bola mat...