Iyah, sih, rada gaje emang. Tapi, gue niat kok buat tamatin ceritanya. Kalau emang gak suka di skip aja.
•••
Untuk pertama kalinya Claery menginjakkan kakinya di kediaman Whiston selaku orang tua asli Claery.Mension yang sangat mewah melebihi apapun. Claery merasa takjub tapi hanya beberapa detik saja.
Tak ingin membuang-buang waktu Claery memasuki mension dengan wajah datar.
"Masih ingat orang tua ternyata."
Claery menghentikan langkahnya saat mendengar suara tanpa wujud. Hantu? Bagaimana mungkin mension mewah seperti ini ada hantunya!
"Oh, tuan Whiston. Bagaimana kabar anda?"
"Baik, tentu saja."
Whiston berjalan ke arah Claery dengan wajah tak kalah datarnya. Wajah tampan itu mampu membuat Claery mematung.
Ingatkan Claery kalau itu adalah ayahnya.
"Apa yang membuatmu kemari? Apa sesuatu terjadi?"
Di luar dugaan.
Claery pikir orang tua Claery seperti di cerita lain yang juga membenci anaknya sendiri. Ternyata dugaannya salah. sepertinya Whiston sangat menyayangi anaknya.
"Aku bai--"
"AYAAAAAHHH!! YUHUU DINDA DATANG!!"
Claery dan Whiston melihat ke arah Dinda yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Dinda di tinggal di sini?" batin Claery bertanya.
"Eh, ada Claery. Udah lama?" tanya Dinda sedikit terkejut saat melihat Adanya Claery di samping Whiston.
Claery hanya diam sembari menatap Whiston penuh tanya. Sepertinya ia melewatkan sesuatu, untung saja ia berinisiatif mendatangi kediaman whiston.
Dan mengetahui sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Dinda adalah anak angkat Whiston Lexander dan Liviena Crisson.
Setelah pernikahan Claery dan Alfi Liviena merasa kesepian. Saat itu ia tak sengaja bertemu dengan Dinda yang sedang duduk sendiri dengan mata sembab.
Karena merasa suka dengan Dinda yang selalu berbicara lembut Liviena mengangkat Dinda sebagai anaknya. Apalagi saat mengetahui kalau Dinda hidup sendiri tanpa kedua orang tua.
Dan Whiston menyetujunya dengan harapan setelah itu istrinya senang dan tidak bersedih lagi.
"BUNDAAAA, DINDA PULANG!!!"
"JANGAN TERIAK, NANTI LEHER KAMU SAKITT!!"
"IH, BUNDA JUGA TERIAK YAH!!"
"JANGAN BANDEL, DIN!!"
Dinda menghentak-hentakkan kakinya dengan wajah kesal layaknya anak kecil. Hubungan Dinda dengan Liviena memang sedekat itu.
Melihat itu Claery hanya diam.
Ia masih memperhatikan gerak gerik Dinda dengan tatapan tajam. Namun tidak berlangsung lama karena Whiston menarik tangannya menuju dapur.
"Bund, ada Claery, loh!"
"Jangan ngawur kamu. Anak itu semenjak menikah sudah melupakan orang tuanya," ucap Liviena dengan wajah tak suka.
"Ih, tapi Dinda gak bohong. Bund!"
"Tuh, liat. Dia bareng Ayah kesini." Dinda menunjuk Claery dan Whiston dengan dagunya.
Claery menanutkan alisnya saat melihat respon Liviena tak sesuai harapan sebagai seorang anak. Terlihat jelas kalau Liviena menatapnya tajam penuh kebencian.
Kenapa?
"Bund, Clae da--"
"Masih ingat orang tua kamu? Kenapa gak sekalian aja datang pas Bunda udah terbaring kaku."
Whiston dan Dinda hanya diam menyaksikan. Sedangkan Clae lebih memilih diam sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Mama udah punya Dinda, jadi kamu gak perlu datang lagi."
"LIVI!"
Merasa tak suka dengan ucapan Liviena tanpa sadar Whiston membentak istrinya. Whiston menyayangi keduanya.
"Kenapa? Anak ini memang keterlaluan. Semenjak menikah ia tidak pernah menanyakan kabar orang tuanya apalagi berkunjung. Dan sekarang datang tiba-tiba apa itu tidak mencurigakan?"
Whiston mengusap wajahnya dengan kasar. Ucapan istrinya memang benar, putri mereka satu-satunya tidak pernah menanyakan kabar orang tuanya sejak pernikahan malam itu.
Dinda mengelus lembut lengan Liviena agar lebih tenang. Hal itu tak pernah lepas dari tatapan tajam Claery tentu saja secara diam-diam.
Sekarang Claery sudah mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Whiston.
"Hahahah! Jangan bertingkah seakan Claery sudah melakukan kesalahan besar, Nyonya Livieana. Anda tahu alasan apa Claery melakukan hal itu?"
Claery melipat tangannya depan dada dengan tatapan menusuk ke arah Livieana yang sepertinya masih terkejut.
"Pernikahan yang kalian maksud adalah gerbang menuju penderitaan Claery. Apa kalian juga pernah bertanya kabar Claery setelah pernikahan? Bahagia atau tidak? Tidak sama sekali."
Semua diam.
Claery kini menatap tajam ke arah Whiston yang juga menatapnya tajam. Berbeda dengan Liviena yang sudah menangis dalam pelukan Dinda.
"Nyonya Liviena, anak anda tersiksa dengan pernikahan konyol yang kalian rencanakan itu. Ia menderita baik fisik maupun mental. Dan kalian tahu penyebabnya siapa?"
Kini Claery kembali menatap Dinda lekat. Ada banyak luka yang selama ini Claery asli sembunyikan. Dan Claery yang sekarang merasakan itu.
"DIA! GADIS LICIK INI YANG SUDAH BERANI MEMPERMAINKAN HIDUP CALERY!!"
"MULAI DARI MEREBUT SHAKA SAHABAT KECIL CLAERY SEKARANG IA JUGA MEREBUT ORANG TUA CLAERY!!"
"DAN PERNIKAHAN GUE SAMA ALFI. LO JUGA IKUT DALAM PERMAINAN ITU GADIS LICIK!!"
Claery tersenyum miring saat melihat perubahan wajah dari Dinda. Sepertinya sebentar lagi Dinda akan menunjukan siapa dirinya.
"Jangan pikir gue gak tau dengan akal busuk lo Dinda!! Lo bisa bermain-main dengan orang lain. Tapi, sedikit saja lo usik ketenangan gue, gue gak bisa bayangin akhir hidup yang bakal lo rasain."
Whiston masih diam membiarkan Claery yang sekarang. Ia cukup terkejut dengan perubahan putrinya. Claery yang sekarang memang berbeda.
"STOPP!! DINDA ANAK BUNDA. DIA ANAK YANG BAIK, TIDAK SEPERTIMU CLAERYYY!!" teriak Livieana tepat di wajah Claery.
Bukannya marah Claery malah tertawa hambar. Tidak bisa dipungkiri kalau hatinya sedikit sakit. Memangnya siapa yang mau dibandingkan dengan orang lain?
"Baik? Bahkan dia sangat licik dari yang gue pikirin. Tuan Whiston setelah ini sebaiknya jaga istri anda baik-baik. Musuh sudah mengintai sejak lama dan menjadikan nyonya Livieana sebagai target balas dendam."
"Gue benarkan Dinda?"
TYPO BERTEBARAN.
BUAT YANG NANYA KENAPA KELUARGA CLAE GAK PERNAH MUNCUL. SEMOGA PART KALI INI CUKUP YAH!!MENERIMA KRITIK DAN SARAN YAH!
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life Of The Antagonist [TERBIT]
Teen Fiction"Akh! Apa ini lelucon?" Gadis itu tersenyum miring. Ia terbangun ditubuh yang sama sekali tak dikenalinya. Meski berkali-kali menyingkirkan pikiran aneh yang mulai memenuhi otaknya, gadis itu tetap terlihat biasa aja. 𝗭𝗲𝗿𝗮𝘆𝗮 memutar bola mat...