𝗣𝗔𝗥𝗧 7

58K 6.9K 32
                                    

"Katakan hukuman apa yang pantas untuk pembunuh seperti mereka."

Claery Navesha Whiston

•••

"N-na-la."

Dengan gerakan cepat Claery memeluk tubuh sahabatnya yang sekarang tak berdaya. Benar dugaannya kalau Nala sedang dalam masalah.

"J-jangan tutup mata lo!"

"C-clae, g-gue sa-ya-"

"Diam, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Claery bersiap mengangkat tubuh mungil Nala.

Hingga pergerakan itu terhenti saat Nala menggeleng lemah tanda tak setuju. Darah segar mengalir memenuhi seragam miliknya, Nala terlihat sangat lemah untuk sekedar menggerakkan bibirnya.

"G-gue gak k-kuat."

Nala tersenyum kecil, matanya sedikit lagi akan tertutup. Sedangkan Claery tak bisa menyembunyikan rasa takut yang mulai memenuhi pikirannya.

Apa Nala akan meninggalkannya?

"Please jangan tinggalin gue, Nala! Lo harus tetap di sini. Kita akan melakukan apapun yang lo ma--"

"NALAAA!!"

Hari itu Nala pergi meninggalkan Claery untuk selama-selamanya. Gadis cerewet dengan banyak  tingkah itu berhasil menggores kembali luka-luka yang harusnya sudah sembuh.

Ditinggalkan?

Claery membenci posisi itu. Sangat!

Claery mendongak melihat ke atas, setidaknya ia harus tahu siapa yang sudah melakukan hal itu pada Nala.

"Apa ia pelakunya?" batin Claery.

•••

Langit seakan menangisi kepergian Nala. Beberapa teman Nala juga datang untuk mengantarkan Nala peristirahatan terakhirnya.

"Turut berduka cita, yah, Clae. Lo yang sabar," Intan mengelus lembut lengan Claery.

"Gue juga gak percaya kalau Nala pergi secepat ini. Padahal dua hari yang lalu ia masih sempat curhat ke gue."

Intan menyeka air matanya yang kembali jatuh. Nala itu anak yang baik, ceria dan baik hati. Tapi sekarang gadis itu telah pergi meninggalkan mereka semua.

Dengan tatapan kosong Claery menelusuri jalan yang tampak sepi. Menikmati hujan yang menerpa wajah cantik miliknya.

"Lo ninggalin gue, Nala. G-gue sendiri," tangis Claery.

Meski baru saja mengenal Nala, Claery tahu bagaimana sosok Nala dalam kehidupan Claery yang asli.

"Mereka sudah melewati batas peringatan gue ternyata."

Claery yang sekarang adalah gadis dingin yang tak tersentuh. Di dunianya dulu semua musuh mengakui kehebatannya dalam bersenjata.

Pembunuh bayaran? Hahaha itulah Claery yang sekarang. Tenang saja, Claery hanya akan menghabisi mereka yang tidak memiliki hati.

Dengan langkah gontai Claery memasuki kediaman Alfi-suaminya. Sepi, itulah yang dirasakan oleh Claery.

Batang hidung Alfi pun tidak terlihat sampai sekarang. Kemana pria itu?

"Baru pulang?" tanya Afi.

Yang baru saja mengambil air dari dapur terkejut melihat penampilan istrinya yang sangat kacau.

"Lo baik-baik saja?" tanya Alfi.

Tidak ada jawaban.

Claery hanya diam dengan tatapan rumit. Orang lain mungkin bisa tertipu tapi tidak dengan Claery.

Ia tidak bisa dibohongi.

"Turut berduka cita atas meninggalnya, Nala. Gue gak nyangka kalau ia pergi secepat itu," ungkap Alfi dengan wajah sedih merasa kehilangan.

Claery mendekat ke arah Alfi yang masih berdiri tak jauh darinya. Hingga tak lama tubuh Alfi menegang saat Claery membisikan sesuatu.

"A-apa maksud ucapan lo?"

Claery tersenyum miring.

Kini ia sudah menaiki tangga tanpa melirik Alfi yang masih terkejut.

"Mari kita bermain-main sedikit," batin Claery.

Hahahay! Guys. Semoga suka yah sama cerita absurd saya hihih. Dan jangan lupa vote yah!

Second Life Of The Antagonist [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang