Sumpah gak nyangka banget kalau ceritanya bakal rame. Hikss jadi terhura. Makasih buat kalian pokoknya mah.
mohon maaf lahir dan batin yah, readers :)
•••Hari ini para siswa kembali di hebohkan dengan Shaka dkk yang tidak masuk sekolah. Awalnya Claery diam dan tak begitu peduli.
Sampai tangisan dari beberapa siswi begitu memenuhi pendengaran Claery membuatnya ia ingin muntah.
Hiks... Katanya kak Zefan masuk RS
Aaaaa, suamiku, eh, calon suamiku gak masuk sekolah hiks...hiks
Eh, beneran Black devil kompak gak masuk sekolah?
Iyah, katanya semalam mereka tawuran. Zefan sama Adnan parah sampai masuk RS.
Wah, gila. Sampe segitunya?
Sok jagoan sih, udah tau masih pelajar bukannya pokus belajar malah cari mati.
Yah, hari ini gak liat wajah tampan kak Shaka dong. Aaaa gak seru!!
Claery memutar bola matanya malas. Kembali melanjutkan langkahnya agar segera sampai dikelas. Lebay memang, hanya karena tidak masuk sekolah para gadis itu menangis histeris.
"Mau heran tapi fiksi," gumam Claery malas.
Tidak ada yang harus dilakukan oleh Claery. Membosankan adalah kata yang tepat untuk saat ini. Semua siswa terlihat seperti kehilangan semangat padahal biasanya begitu senang datang ke sekolah.
"Akh, mending gue ke rooftop aja."
Dengan langkah gontai Claery menuju tempat biasa ia menghabiskan waktu. Ia akan menikmati hembusan angin kebetulan awannya sedang mendung.
Dor
"Akh!"
Claery memegang lengannya yang berdarah. Seseorang baru saja menembaknya.
Dengan cepat Claery berlindung dibalik dinding agar tidak terlihat. Ia penasaran siapa yang baru saja melakukannya, Shaka? Bagaimana bisa sedang cowok itu ada rumah sakit bersama teman-temannya.
Dor
Dor
Kali ini Claery memberanikan diri untuk melihat siapa pelakunya. Bukannya takut Claery hanya sedikit kesulitan memegang pistol miliknya.
"Dinda, pemeran utamanya?" batin Claery bertanya.
Meski sedikit sulit mengenali siapa orangnya tetap saja Claery bisa menebak dari postur tubuhnya kalau itu adalah Dinda istri Shaka sekaligus pujaan Alfi, suaminya.
Untuk saat ini Claery harus mencari tempat bersembunyi. Takut? Mana ada. Seorang Claery tidak takut apalagi cuma hal sepele seperti barusan.
"Dia mau balas dendam? Atau ada hal lain? Akh! Gue harus obatin lengan gue dulu." putus Claery segera menuju uks.
•
•
•"Akh! Ssshhh!" pekik Riko.
Claery memutar bola matanya malas, merasa muak melihat tingkah cowok yang sedang kesakitan saat mengobati luka lengannya.
Aneh bukan? Dia yang terluka tapi malah Riko yang meringis kesakitan.
"Sshhh, sakit yah, Clae?" tanya Riko dengan mata sedikit tertutup, takut.
"Lebay lo, Rik. Gue aja yang ditembak santai aja, lah lo!"
"Hehe, santai dong. Matanya gak usah melotot gitu, kan gue nya jadi gemes." Riko tertawa. Apa katanya? Gemes, bohong!
Bukannya gemes wajah Claery malah lebih menyeramkan. Riko hanya takut kalau ia mengatakan yang sebenarnya ia akan mati saat itu juga.
"Rik, menurut lo, Dinda bisa main senjata?" tanya Claery dengan wajah serius.
"Hmm, setau gue enggak sih."
Riko menatap Claery dengan kening berkerut. Merasa heran saat Claery yang tiba-tiba menanyakan cewek lembut itu. Ah, lihat Riko malah merindukan senyum manis milik Dinda.
"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Claery menyelidik.
"Heheh, keinget senyum Dinda aja."
Tingg.
Claery membuka ponselnya, melihat pesan yang baru saja masuk. Tumben? Selama menempati tubuh Claery yang asli tidak ada satupun yang menelpon atau mengirim pesan padanya.
+6281270xxx
Boleh kita ketemu, Clae?
Gue mau ngomong hal penting.Anda
Siapa?+6281270xxx
Gue, Dinda.
Bisa gak?Anda
ok
BisaClaery menutup ponselnya dengan wajah rumit. Entah hal penting apa yang dimaksud oleh Dinda. Ia tidak akan menebak-nebak karena bagi Claery itu hanya akan membuang waktunya.
"Gue keluar sebentar," ucap Claery.
Setelah menyambar kunci motor yang tergantung. Claery memakai jaketnya pelan, lengannya masih sedikit sakit tapi ia masih bisa kalau hanya membawa motor.
"Mau kemana lo?" tanya Riko.
"Keluar, ada urusan penting."
Tanpa melirik Riko, Claery sibuk memakai masker dan juga topi berwarna hitam miliknya. Di luar sana banyak yang akan mengincarnya karena sudah membuat black devil keot.
"Tapi lengan lo masih sakit, Clae!!"
"Hahah, jangan bercanda Rik. Ini hanya luka kecil," kekeh Claery lalu meninggalkan Riko yang masih terkejut dengan mulut sedikit terbuka.
Luka kecil katanya?
"Palamu luka kecil, itu di tembak astaga!!"
•••
Claery mengedarkan pandangannya mencari sosok yang meminta untuk bertemu. Taman yang tak jauh dari rumah Riko cukup ramai dan Claery sangat malas kalau harus mencari Dinda.
Melelahkan.
Alhasil Claery lebih memilih untuk duduk sembari menunggu Dinda yang katanya akan datang secepat mungkin.
"Hey! Maaf gue telat," ujar Dinda dengan wajah bersalahnya.
"Gak masalah. Jadi langsung to the point aja," ucap Claery dengan wajah datar.
Dinda mengangguk kemudian duduk disamping Claery. Setelah mengumpulkan keberaniannya Dinda mengangkat wajahnya untuk melihat Claery yang masih menampilkan wajah datarnya.
"B-ban-tu gue, bantu gue buat lepas dari Shaka." Dinda menghapus air matanya yang lolos begitu saja.
"Kenapa?"
"G-gue takut, gue takut. M-mereka nyiksa gue, please bantu gue buat lepas dari Shaka dkk."
Dinda kini duduk di hadapan Claery dengan menyatukan kedua tangannya seakan memohon agar Claery membantunya.
"Apa imbalannya kalau gue bantu lo?"
Claery tersenyum miring dengan tatapan rumit. Apa yang Dinda bisikkan adalah imbalan yang cukup memuaskan.
TYPO BERTEBARAN GUYS!!
SABTU, 22 APRIL 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life Of The Antagonist [TERBIT]
Genç Kurgu"Akh! Apa ini lelucon?" Gadis itu tersenyum miring. Ia terbangun ditubuh yang sama sekali tak dikenalinya. Meski berkali-kali menyingkirkan pikiran aneh yang mulai memenuhi otaknya, gadis itu tetap terlihat biasa aja. 𝗭𝗲𝗿𝗮𝘆𝗮 memutar bola mat...