Selama pelajaran Kiel hanya tidur, Karl juga tak masalah dengan itu ia hanya membiarkan Kiel tidur karena adiknya masih demam,hingga jam istirahat tiba.
Karl membangunkan Kiel dengan cara menepuk pipi adiknya beberapa kali, Kiel mengerjabkan matanya beberapa kali dan menatap Karl dengan bingung.
"Ayo ke kantin" Kiel yang di tarik hanya pasrah, ia bingung baru saja bangun tidur ia sudah berada di sekolah kalau gak salah ingat ia tadi tidur memeluk sang mommy.
Sampai di kantin Karl mendudukkan Kiel di sampingnya, Xavier mengelus rambut Kiel ia terkekeh pelan melihat wajah linglung adiknya ini.
"Mau pesan apa dek? " Tanya Xander, memberikan buku menu untuk adiknya.
Dengan asal Kiel menunjuk menu yang di berikan Xander " Arl pesan apa? "Tanya Xavier masih mengelus rambut si bungsu.
"Nasi goreng, cake lemon minuman jus apel" Jawab Karl, setelah mencatat menu keduanya Xander memberikan pada pelayan.
Kiel menatap sekeliling yang ramai, dapat di lihat matanya yang tadi hitam kini terlihat sedikit kekuningan, tak ada yang menyadari hal itu seorang pun.
Kiel mengedipkan matanya beberapa kali ketika pandangannya sedikit buram tak lama kemudian ia mendengar suara Tsukasa.
"Kiel aku mau keluar sebentar, aku ingin mencoba makanan yang kau pesan! "
Kiel tanpak berpikir sebentar, ia sempat melirik seseorang yang ia benci, jadi tanpa pikir panjang mengiyakan ucapan Tsukasa "trimakasih" Setelah mengucapkan itu Kiel sudah berada di alam bawah sadarnya bersama Amane yang terlihat syok.
Karl yang sedari tadi memperhatikan Kiel dari ia melamun hingga kini ia tersenyum kecil, Karl tentu saja kaget melihat Kiel yang tersenyum seperti itu seketika pikiran aneh pun muncul di benaknya.
Karena khawatir Karl pun menepuk pundak Kiel membuat anak itu menoleh dan menatap Karl bingung, Karl juga sama bingungnya tak lama setelahnya ia terkejut karena pikirannya benar.
Di depannya bukanlah Kiel tapi Tsukasa yang sepenuhnya sudah mengendalikan tubuh adiknya, ia melirik Xander di sebelahnya lalu tersenyum yang terlihat sekali di paksakan.
"Kenapa? "
"Gak ada, tuh makanan udah datang" Kiel, ah tidak Tsukasa menatap pelayan yang membawa nampan berisi pesanan mereka.
Tsukasa yang mengendalikan tubuh Kiel terlihat bersemangat meskipun ia mempunyai tujuan lain tapi ia juga penasaran dengan makanan yang di pesan Kiel, Tsukasa melirik ke sebuah meja yang berada tak jauh dari meja mereka dengan sinis lalu kembali fokus dengan makanannya.
Setelah pelayan tadi pergi ia pun menyantap makannya, rasanya cukup enak ia tidak tau nama makanan itu bentuknya sedikit aneh sih menurutnya. Tanpa di duga kejadian yang hampir sama persis terjadi.
Ya seorang siswi yang sedang membawa nampan makannya terjatuh dan menyenggol meja mereka, Tsukasa melirik siswi itu dengan sinis apakah dia tidak bisa berjalan dengan benar? Apa perlu di ajari lagi?
"Akhh" Siswi tersebut memegang siku kanannya yang terkena ujung meja, semua mata kini memandang ke arahnya ada yang menatap sinis, iba dan biasa saja.
"M-maaf kak" Ucapnya melihat baju Xander yang kotor karena kecerobohan nya.
'Ck, siapa lagi dia? Apa dia mau mengambil pion ku? Tidak akan ku biarkan itu' Tsukasa menatap pemandangan itu dengan datar, semakin di biarkan siswi itu semakin menjadi jadi!
Lihatlah ia dengan tidak sopan nya memegang tangan Xander, hei apa dia tak merasakan aura tak senang dari sebelahnya? Bahkan Karl sudah panik melihat Tsukasa yang hanya diam.
"Ck" Tsukasa bangkit lalu pergi dari sana, sebelum itu ia menyempatkan untuk menendang kaki siswi itu.
"Kiel kenapa? " Tanya Ray menatap kepergian Tsukasa bingung.
Brak
Karl menggebrak meja lalu menarik kedua tangan kakaknya, sebelum itu ia menatap tajam siswi tadi lalu pergi dari kantin.
"Kita di tinggal nih? " Ken menatap tak suka pada adekel yang kini menunduk.
"Lain kali kalau jalan tu ati ati, perlu di ajarin lagi gak? " Ucap Angga, memutar bola matanya males.
"Biasalah anak manja, dah biasa di gendong kemana mana, jadi lupa deh cara jalan, ups! " Ferli menutup mulutnya, membuat Ken dan Angga tertawa.
Arga terlihat menahan tawanya, Ray dan Ansa hanya diam menatap siswi tersebut datar. Keizia Silvia Delson, ia cukup populer karena sifat polos dan imutnya karena sudah biasa di manja oleh kedua ortunya.
Keizia menatap mereka dengan mata berkaca kaca, lalu pergi dari sana dengan rasa malu.
"Yah, pergi deh"
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Di taman belakang terlihat Tsukasa yang sedang komat kamit dengan pisau lipat yang selalu di bawa oleh Kiel, ia terlihat mengukir batang pohon dengan tubuh yang bergetar menahan amarah.
"Siapa anjing tadi? Karenanya selera makan ku hilang" Tsukasa terus menusuk pohon di depannya, ia tidak tau jika ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon itu.
"Ahk!"
Kegiatan tadi berhenti Tsukasa menatap pohon di depannya dengan tajam, tak lama setelahnya ia tersenyum karena menemukan target baru.
'Dia berhenti?, apa dia sudah pergi? ' batinnya, Serry yang sejak tadi berada di sana meluapkan kekesalannya seketika berhenti ketika melihat seseorang datang.
Sekarang ia terjebak di sini, ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara namun sialnya ia malah di gigit oleh semut merah, ia dengan perlahan keluar dari tempat persembunyiannya ia bernafas lega ketika tidak menemukan seorang pun di sana.
"Yo!" Tsukasa menodongkan pisau di depan leher Serry.
Ia menegang kala pikirannya salah besar, Serry melirik pisau yang berada di depan lehernya dengan takut, keringat dingin mulai membasahi wajahnya.
"Mau bermain dengan ku? " Tsukasa menyeringai begitu targetnya menggeleng dengan ribut.
"Ayolah! Hanya petak umpet kau yang jaga oke" Ia tak bisa mengelak, akhirnya Serry mengangguk mengiyakan.
"Yosh, aku akan menutup matamu" Tsukasa menutup mata Serry dengan sapu tangannya.
"Nah mari bermain"
Di sisi lain Karl dan kedua kakaknya sedang mencari Kiel, mereka bahkan sudah mencari di berbagai tempat hanya satu yang belum yaitu taman belakang sekolah.
"Arl kau yakin, kalau itu Tsukasa? " Tanya Xavier.
"Aku yakin, abang kan tau sifat Kiel tidak seperti itu" Jawab Karl.
"Ayo cepat sebelum dia melukai seseorang" Keduanya mengangguk, mereka tidak peduli dengan siswa siswi yang menatap mereka dengan bingung.
Tsukasa tersenyum senang melihat targetnya yang kebingungan, ya dia juga mengikat tangan nya dengan tali yang ia dapat entah dari mana.
"Nah ayo ikut aku" Serry bingung kenapa tangannya harus di ikat? Jika begini ia tak akan bisa kabur.
Siapa pun tolong!!
»»————><————««»»————><————««
Yahho~Maaf ya lama, mungkin up nya bakal lama, aku ke habisan ide!! Maaf ya🙏🙂
Typo!
See you(*´︶'*)♡Thanks!

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Figuran [END]
Teen Fiction[ BROTHERSHIP ] ❗ Remaja bernama Alan berumur 14 tahun ia adalah anak rumahan yang akan keluar jika ada kepentingan saja bahkan bisa di hitung dengan jari dalam setahun ia keluar rumah. Ketika sedang menonton film pada laptop di balkon kamar di tem...