28

8.6K 743 4
                                        

Pintu terbuka masuklah seorang dengan gerak gerik yang mencurigakan, ia menutup pintu kamar tadi secara perlahan lahan berbalik menghadap ke depan. Pandangannya fokus pada seseorang yang berada di kasur.

Dengan perlahan lahan ia mendekati kasur tersebut begitu ia mencapai sisi ranjang, tiba tiba saja pintu kamar mandi terbuka.

Dengan panik ia segera bersembunyi di bawah kolong kasur, menunggu sampai orang itu selesai.

Kriet

"Kiel!!" Teriakan itu datang dari arah pintu depannya.

"A! Maaf" Ucapnya dengan canggung, lalu duduk di atas kasur menunggu adiknya berganti baju.

Tak berselang lama Kiel keluar dengan rambut basah yang masih berantakan, Karl yang melihat hal tersebut merasa gemas dengan sifat malas Kiel itu.

"Kiel keringkan rambutmu" Kiel menggeleng membuat Karl menghela nafas lelah.

"Huft, ayo aku akan membantumu, kamu bisa sakit nanti" Karl menarik Kiel untuk kembali masuk ke ruang walk in clothes.

Melihat mereka pergi sosok tadi keluar dan mengambil sesuatu di dalam sakunya, ia memasukkan sebuah cairan ke dalam susu yang terletak di atas nakas lalu dengan cepat ia keluar tanpa menimbulkan bunyi berisik sedikit pun.

Tak lama setelahnya Karl dan Kiel keluar mereka duduk di atas kasur, Karl menatap Kiel yang tampak linglung.

"Ada apa? Kamu terlihat lemas" Tanya Karl melihat wajah lesu Kiel.

"Tidak, aku baik baik saja" Jawab Kiel membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Karl mengambil gelas berisi susu tadi dan meminumnya tanpa seizin Kiel.

"Itu minuman ku" Kiel bangkit dan merebut gelas susu yang tinggal setengah.

"Maaf, aku haus" Ucap Karl tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Hmp" Kiel memalingkan wajahnya dan meminum susu tadi hingga habis.

Di sisi lain tepatnya di ruang tamu Xander dan Xavier baru saja pulang dari sekolah, wajah mereka terlihat lelah bahkan baju mereka yang biasanya rapi sedikit berantakan.

"Tio dimana Kiel? " Tanya Xavier pada Tio yang berada di tangga.

"Tuan muda Kiel sedang berada di kamar bersama tuan muda Karl" Jawab Tio.

"Oh baiklah" Tio pergi setelah di rasa tidak ada lagi yang harus di lakukan nya.

Xander dan Xavier menaiki lift menuju kamar mereka, sebelum itu mereka menuju kamar adik mereka terlebih dahulu.

"Uhuk! Uhuk!.. "

"Kar- ugh"

Samar Samar mereka mendengar suara adik mereka sebelum membuka pintu, dengan cepat keduanya langsung masuk. Betapa terkejutnya mereka melihat kedua adik mereka yang berlumuran darah.

Xavier segera mendekati keduanya, sedangkan Xander memanggil para pelayan dan bodyguard untuk datang menyiapkan mobil.

"Xander bawa Karl ke mobil" Ucap Xavier menggendong Kiel yang terlihat lemas.

"Tio lakukan dengan baik" Tio mengganguk mengerti.

"Za.. Hra p.. Yan i.. Tu" Gumam Kiel dengan lirih sebelum ia kehilangan kesadarannya.

Xavier semakin panik ia meminta supir untuk mempercepat laju mobil, sesampainya di rumah sakit mereka segera meminta dokter untuk memeriksa keduanya.

Sembari menunggu Xander menelpon orang tuanya untuk memberi tau kejadian tadi. Xavier duduk sambil memainkan jemarinya menunggu dokter keluar.

"Kak coba telpon kepala pelayan, tadi aku sempat mendengar Kiel menyebut nama pelayan itu" Xavier mengeluarkan ponsel nya dan memberikan pada Xander.

Xander menerima ponsel tersebut dan menelpon nomor rumahnya, kenapa ia tidak menggunakan ponselnya saja karena ponselnya kehabisan baterai.

"Zahra kamu tau siapa pelayan yang di maksud Kiel? " Tanya Xander kepada kepalanya pelayan tersebut.

'Ya tuan, saya sedang memantau nya'

"Bagaimana hasilnya? "

'Saya akan memberitahukan hasilnya nanti, untuk sekarang saya sedang menyidang semua pelayan'

"Baiklah aku akan pulang saat makan malam nanti, saat itu beritahu semua yang kau tau"

Telpon berakhir bersamaan dengan keluarnya dokter bersama beberapa perawat yang mendorong brangkar milik Kiel dan Karl keluar.

"Bagaimana? " Tanya Xavier.

"Mereka keracunan, untuk saat ini kondisi keduanya sudah membaik. Tapi untuk berjaga jaga aku akan kembali memeriksa mereka besok, karena kami belum tau jenis racun yang memasuki tubuh mereka" Jelas Oliver mendapat anggukan dari keduanya.

Setelah percakapan singkat tadi keduanya memilih untuk melihat kondisi adik mereka.

Di tempat lain atau lebih tepatnya di sebuah kamar yang terletak di paling ujung di dalamnya terlihat seorang sedang mondar mandir.

"Misiku sudah selesai, sekarang aku harus kabur sebelum mereka menyadarinya" Ia menutup tasnya lalu membuka jendela begitu mendengar keributan dari luar.

"Ck" Ia berdecak sebal karena jendela kamarnya yang susuh untuk di buka.

Tap tap

Mendengar langkah kaki tersebut ia semakin panik, jendela itu terbuka namun naas sebelum ia turun pintu telah di buka.

"Sera" Panggil Zahra kepala pelayan itu menatap Sera dengan curiga.

"Ya? " Jawabnya dengan suara tenang.

Zahra memperhatikan Sera dari atas hingga ke bawah, ketika ia masuk pelayan itu seperti menyembunyikan sesuatu meskipun  ia tadi sedang membersihkan kamarnya.

"Bisa kau ikut dengan ku" Ucap Zahra dengan nada perintah.

"Baiklah" Sera meletakkan sapu yang ia pegang lalu mengikuti Zahra untuk keluar.

Di luar Tio yang berada di belakang mansion atau tepatnya bangunan tempat tinggal para pekerja.

Ia menutup telpon ya saat akan beranjak dari sana ia terkejut mendengar suara benda jatuh di belakangnya, ia berbalik dan menuju sumber suara ia menyibak semak semak yang ada di depannya.

Ia melihat tas berwarna hitam yang cukup besar, ia mengambil tas tersebut dan mendongak di atasnya ada kamar yang jendelanya terbuka berada di lantai 2 lebih tepatnya khusus tempat tinggal pelayan.

"Lebih baik aku berikan ini kepada tuan muda" Tio membawa tas tersebut bersamanya.

»»————><————««»»————><————««
Yahho~

Udah lama ya, maaf ya kalau gak nyambung🤧

Typo!!
See you(*´︶'*)♡Thanks!

The Twins Figuran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang