Hingga ia akhirnya dapat melihat sebagian wajah dari mata mata tersebut, senyum terukir di wajahnya saat melihat wajah dari mata mata tersebut.
'Kena kau' Kiel melempar belatinya tepat mengenai jantung.
Mata mata itu jatuh tersungkur ia melirik ke arah Kiel yang berjalan ke arahnya, dia sungguh ceroboh hanya karena ingin cepat menyelesaikan misi ia jadi terburu buru dan tidak fokus.
Haha, kematian yang sangat lucu untuknya.
Kiel menatap mata mata yang sudah sekarat di bawah kakinya, ia melangkah meninggalkan tempatnya berdiri.
Dor!
Sebuah peluru tepat mengenai perut bagian kanannya, ia berbalik dan mendapati si mata mata yang di ketahui bernama Ain itu menatapnya dengan mata sayunya dan tangan yang memegang pistol.
"A-aku t-ti.. Dak a-kan mem-biarkan mu.. L-lo.. Los" Setelah mengatakan itu, pistol yang berada di tangannya jatuh. Hingga akhirnya ia benar benar mati.
"Sial" Kiel memegang perutnya yang terluka, ia berjalan dengan tergesa gesa ia tidak mau ketahuan oleh para bodyguard Kiandra, ia harus mencari tempat aman dan mengobati lukanya.
Di sisi Karl ia saat ini sedang bersembunyi, mengintai sebuah rumah yang sedang terjadi keributan di sana.
'Sepertinya sudah di mulai' Karl turun dan mulai menyusuri hutan.
Sejauh ia berjalan yang di lihatnya hanyalah pohon dan sesekali ia akan bertemu dengan bodyguard yang berjaga, ia akan bersembunyi atau memilih jalan lain jika ia melihat seorang bodyguard.
Karl berhenti ketika melihat seorang mayat, ia mendekat memperhatikan mayat tersebut tak jauh dari mayat itu terdapat sebuah pistol.
Karl bangkit ketika ia mendengar suara teriakan seseorang, ia segera menuju sumber suara dengan tergesa gesa.
Kiel mengumpat kesal ketika ketahuan oleh bodyguard yang berjaga, dengan terpaksa ia menendang tulang kering bodyguard itu.
Namun naasnya ia terkena pukulan ia tak sempat menghindar karena tubuhnya yang terluka, tubuhnya menghantam pohon dengan keras.
"Uhg! " Darah keluar dari mulutnya.
Pusing melanda kepalanya, Kiel berusaha menjaga kesadarannya ia bangkit dan menghindar dari tendangan sang bodyguard.
Dor!
Bodyguard itu tumbang dengan darah yang mengalir di dadanya, Kiel terduduk kakinya sudah tidak kuat menahan berat tubuhnya.
Hap!
Karl menangkap tubuh Kiel yang hampir saja jatuh, ia segera menggendong Kiel yang sudah pingsan.
"Ada apa? Apa kau terluka"
"Siapkan taksi, segera?"
"Ha? Apa ada sesuatu yang terjadi di sana? "
"Cepat! "
"O-oke"
Sambungan terputus, Karl menatap wajah adiknya yang pucat dengan keringat di wajah pucatnya.
"Ck, kenapa mereka ada di mana mana? " Karl memilih jalan lain, ia tidak mau bertarung yang lebih penting sekarang ini ialah Kiel.
Butuh sekitar 9 menit untuknya keluar dari pekarangan rumah itu, ia segera menaiki taksi yang sudah di siapkan oleh temannya itu.
"Ke rumah Sakit *****"
"Baik"
Taksi melaju dengan cepat, beruntung jalanan saat ini sepi jadi supir bisa leluasa mengendarai mobil.
"Kita di tinggal lagi nih? " Ucap Leo dengan kesal.
"Udah yok cepat, kek gak tau aja lo gimana sifat dia" Carel mengenakan helmnya dan melajukan motor mengejar taksi yang di tempati Karl.
"Ck" Leo segera memasang helmnya dan menyusul.
Karl berusaha mengurangi pendarahan yang di alami oleh Kiel, sang sulit hanya diam tak berkomentar.
Setelah 15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit, Karl segera memasuki rumah sakit meninggal kan supir taksi yang cengo melihat ke arahnya.
Pihak rumah sakit segera bertindak mereka sudah mendapatkan kabar tadi, suster segera mendorong brangkar yang di tempati Kiel menuju ruang operasi.
"Maaf, anda bisa menunggu di luar. Kami akan berusaha menyelamatkan nyawa korban semaksimal mungkin" Ucap suster itu, lalu menutup pintu ruangan.
Karl terdiam ia menatap pintu itu dengan rasa khawatir yang kentara, ia mondar mandir mencoba berpikir positif.
"Woi, Karl! " Seru Leo dari kejauhan.
Karl menoleh dan menatap Lio tanpa minat, ia duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk menunggu.
"Eh, lo bisa gak! bayar dulu taksinya, baru pergi"
"Untung gue bawa duit" Lanjut Leo, ia menatap Karl dengan kesal.
Karl diam tak menanggapi ia menatap pintu ruang operasi dengan perasaan gelisah, pikirannya tidak bisa di kontrol.
Carel datang ia menatap Karl dan Leo yang terlihat kesal, ia mendekat dan duduk di sebelah Karl.
"Lo kenapa? " Tanya Carel menatap Leo dengan bingung.
"Tu anak, gue harus bayar taksi dia. Mana uang jajan gue tinggal dikit lagi" Jawab Leo menatap Karl dengan sinis, ia duduk di sebelah Carel.
"Lah,lo kan kaya? Tinggal minta sama bokap lo,dah beres" Jawab Karl menatap Leo dengan sinis.
"Gini gini kita harus berhemat! " Ucap nya dengan bangga.
Keduanya hanya memutar bola matanya malas, bilangnya kek gitu tapi buat top up game rela ngeluarin duit jutaan.
"Karl mending lo ganti baju dulu sana" Ucap Carel menatap sahabatnya.
"Benar tu, sana ganti lu kek gembel tau gak" Anak satu ini kalau di ajak ghibah seru keknya.
Karl diam ia sedang tidak ingin ribut dengan Leo, kalau ia menjawab tapi memang kenyataan nya ia seperti gembel sekarang.
Dengan terpaksa Karl beranjak dari sana, ia akan pulang membersihkan diri terlebih dahulu. Ia juga akan mengambil barang barang yang sekiranya di perlukan untuk Kiel.
Kedua sahabatnya menatap Kiel yang pergi menjauh, mereka saling tatap untuk sebentar lalu diam menatap ke arah pintu ruang operasi.
»»————><————««»»————><————««
Yahho~
Maaf ya pendek, sebenarnya bab ini udah selesai tiga hari yang lalu pas mau ku up kuota ku abis, kemaren baru beli kouta pas mau up tinggal 200 kata( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)
Typo!
Jangan lopa vote and coment!
See you(*´︶'*)♡Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Figuran [END]
Teen Fiction[ BROTHERSHIP ] ❗ Remaja bernama Alan berumur 14 tahun ia adalah anak rumahan yang akan keluar jika ada kepentingan saja bahkan bisa di hitung dengan jari dalam setahun ia keluar rumah. Ketika sedang menonton film pada laptop di balkon kamar di tem...