"Heh~, wanita itu belum mati? " Seorang pria membaca sebuah dokumen yang di berikan asisten nya.
"Iya tuan, ia sekarang berada di Swiss. Saya juga mendengar jika dua minggu lagi dia akan pulang ke Indonesia" Jawab Sang asisten.
"Hem" Pria tadi tersenyum yang terlihat mengerikan.
"Kirim surat ini kepadanya" Pria tadi mengambil amplop yang berada di lacinya, dan memberikannya kepada sang asisten.
"Baik tuan" Setelah menerima surat tersebut asisten tersebut langsung pergi.
'Aku sudah menduga jika dia masih hidup, yah mari kita lihat apa yang akan dia lakukan' pria itu menatap dokumen yang berada di atas mejanya.
'Dia cukup pintar untuk memalsukan identitasnya, mari lihat pertunjukan apa yang akan dia perlihatkan kepadaku' senyuman terbit di wajah nya, terlihat sangat menyeramkan dengan suasana yang mendukung.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Kiel terbangun di kamarnya dengan baju santai, ia bangun dan mengambil gelas yang berada di nakas. Meneguk habis air di dalam gelas dan meletakkan kembali gelas tersebut di atas nakas.
'Jam berapa sekarang' Kiel menatap jam di nakasnya yang menunjukkan pukul 18.20, Kiel menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
Selesai mandi dan berpakaian netra Kiel tertuju pada pintu tempat biasanya Karl masuk, ia melangkah ke arah pintu dan membukanya dapat di lihat kamar Karl yang warnanya hampir sama dengan kamarnya.
Kiel berjalan mendekati ranjang Karl, ia tidak melihat siapapun di sana berkeliling di kamar Karl hingga matanya melihat sesuatu yang menarik.
Ketika akan melangkahkan kakinya ia malah tersandung, naasnya kepalanya membentur meja kaca hingga meja tersebut pecah.
"Eh? "
"Ahkk!! " Jeritan tertahan Kiel ketika serpihan kaca memasuki mata kirinya, Karl yang berada diruang walk in clothes langsung keluar ketika mendengar suara benda pecah.
"K-kiel!! " Teriak Karl kaget, ia segera mendekat dan menekan tombol yang ia gunakan untuk memanggil maid dan bodyguard.
"Kiel, Kiel! Ugh" Karl memejamkan mata kirinya ketika merasa nyeri.
Ia menggendong Kiel yang sudah berlumuran darah keluar dari kamar, panik ia sangat panik di tambah mata kirinya yang perih mungkin efek dari luka yang di alami Kiel.
"Abang! " Teriak menggelegar dari Karl membuat kakaknya yang baru duduk di ruang tengah terjengkit kaget.
"Karl ada ap, Kiel! " Xavier terkejut ketika melihat Kiel yang berlumuran darah.
"Cepat siapkan mobil" Mereka harus ke rumah sakit sekarang, tidak ada banyak waktu adik mereka bisa kehilangan banyak darah nanti.
"Kiel bertahan lah" Ucap Karl di sebelah Xander.
Kiel berada di gendongan Xander yang sekarang berada di dalam mobil, Karl terlihat menahan sakit di bagian mata kirinya jadi Xander mengambil alih Kiel.
"Kak, cepatan" Ucap Xander ia tak tega melihat adiknya yang menderita.
Tak lama mereka sampai di rumah sakit, Xander segera membawa Kiel masuk ke dalam di susul oleh Xavier dan Karl, dokter segera menangani Kiel yang terlihat sudah pucat.
"Masih sakit? " Tanya Xander mengelus rambut Karl.
"Sedikit" Jawab Karl menikmati usapan yang di berikan Xander.
"Mommy sama Daddy udah di telpon bang? " Tanya Karl, penampilannya terlihat berantakan baju yang di penuhi darah dan rambut yang sedikit berantakan.
"Udah, bentar lagi datang" Tak lama setelah Xavier duduk mereka dapat mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Apa yang terjadi? " Tanya Karla dengan panik menatap anak anaknya.
"Karla tenanglah" Ucap Alex menenangkan istrinya.
"Karl kamu baik baik saja? " Tanya Alex melihat Karl yang termenung dengan pandangan kosong.
"Ah, iya" Jawabnya dengan lirih. Entah kenapa firasatnya sangat buruk.
Karla terdiam melihat mata Karl yang berkaca kaca, ia segera melepaskan pegangan Alex dan memeluk Karl dengan tangan yang tak berhenti mengelus punggung nya dengan lembut.
"Maafkan mommy sayang, Kiel pasti baik baik saja" Karla mencoba menenangkan Karl yang menangis tanpa suara.
Satu jam berlalu tapi pintu di depan mereka belum terbuka juga, Karla sudah mondar mandir seperti setrika saking khawatirnya tak beda jauh dengan yang lain hanya saja mereka tak seperti Karla.
Pintu terbuka terlihatlah dokter dengan keringat yang membanjiri wajahnya yang tampak lelah.
"Bagaimana keadaan anak saya? " Tanya Karla dengan wajah khawatirnya sangat kentara.
"Kami kekurangan stok darah, ada bisa mendonorkan darah untuk pasien? " Ucap dokter tersebut mereka terdiam sejenak.
"Saya bisa! " Ucap Karl secara tiba tiba.
Mereka menatap Karl dengan kaget, sedang kan dokter tersebut mengangguk mengerti.
"Baik silahkan ikuti saya, kita akan langsung mengambilnya operasinya tak bisa di tunda lebih lama lagi" Karl mengangguk lalu mengikuti dokter tersebut masuk ke dalam ruang operasi.
Karla ingin protes tapi di hentikan oleh Alex, ini demi kebaikan anak mereka dan Karl juga dengan suka rela menyumbangkan darahnya untuk Kiel.
Dua jam berlalu lampu di atas pintu telah mati, dokter keluar dengan keringat yang membasahi wajah lelahnya.
"Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat" Dokter itu atau sebut saja Oliver duduk di kursi sebelah Xander.
"Bagaimana keadaan mereka? " Tanya Alex, Oliver menghela nafas lelah ia hampir saja mati jika Karl tidak mendonorkan darahnya.
"Biarkan aku beristirahat sebentar, aku hampir mati karena menjalan kan operasi ini" Alex hanya mengangguk saja, istri dan anaknya sudah menuju ruang rawat keduanya yang tentu saja VVIP.
"Huft, kita bicarakan di ruangan ku" Oliver menuju ruangannya di ikuti oleh Alex di belakangnya.
»»————><————««»»————><————««
Yahho~Aku sengaja gak nulis part Karl ngasih hukuman buat sahabatnya, kalian bisa bayangin sendiri karena ya udah tau lah hukuman mereke itu seperti apa.
Typo!
See you(*´︶'*)♡Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Figuran [END]
Teen Fiction[ BROTHERSHIP ] ❗ Remaja bernama Alan berumur 14 tahun ia adalah anak rumahan yang akan keluar jika ada kepentingan saja bahkan bisa di hitung dengan jari dalam setahun ia keluar rumah. Ketika sedang menonton film pada laptop di balkon kamar di tem...