Kiel terdiam ia kembali berada di ruangan putih tanpa batas ini yah masih bagus dari pada ruangan gelap tanpa cahaya sedikitpun.
Tiba tiba ruangan tersebut berubah menjadi padang rumput yang sangat menyegarkan mata, Kiel duduk menatap langit biru dengan mata kosong miliknya.
"Hei" Kiel menetap ke depan ia melihat seseorang yang sangat ia rindukan.
"Aflan?! " Ucapnya dengan lirih, tanpa sadar air matanya jatuh.
"Alan, maaf meninggalkan mu sendirian dulu" Pemuda yang di ketahui bernama Aflan itu mendekat.
Ia menghapus air mata yang berada di sudut mata Kiel ah tidak, lebih baik kita memanggilnya Alan.
"Af aku sangat merindukan mu" Alan memeluk kembarannya dengan erat.
Ya Aflan adalah kakak kembar dari Alan Alexander yang mati karena kecelakaan ketika berumur 11 tahun.
"Maaf"
"Hm, kenapa kamu di sini? " Tanya Alan setelah merasakan tangisnya, ia tengah bermanja dengan kembarannya itu.
Aflan tertawa kecil ia mengelus rambut Alan dengan lembut, ia menoleh pada Alan yang sedang tiduran di pangkuannya.
"Aku tau kita sudah mati, tapi jiwamu masih tinggal di anak yang bernama Kiel itu" Alan terdiam mendengar ucapan itu, ia menunggu Aflan melanjutkan ucapannya sambil menikmati elusan dari sang kembaran.
"Alan, kamu dan Kiel itu sama aku dan Karl juga sama. Kita satu jiwa yang berbeda raga aku akan selalu ada di sisimu,jadi jangan merasa kamu sendiri di duniamu sekarang. Amane juga ikut dengan mu di dunia tempat kamu berada sekarang"
"Apa maksudmu?Amane ikut dengan ku? " Tanya Alan menatap Aflan dengan bingung.
Aflan tersenyum kecil ia mengecup kening Alan singkat dan kembali mengelus rambut Alan dengan lembut.
"Kamu akan tau nanti, untuk sekarang berhati hati lah. Jangan membiarkan Tsukasa mengambil alih tubuhmu tanpa seizin dari mu" Alan hanya mengangguk meski ia tak mengerti sepenuhnya tapi ia sedikit mengerti ucapan Aflan tadi.
"Waktu ku tidak banyak, kembalilah! ingat perkataan ku tadi" Aflan mengecup kedua pipi dan dahi adiknya, ia juga mengecup ujung bibir Alan yang sudah menjadi kebiasaan sedari kecil.
"Eh?! "
"Sampai jumpa! aku akan menunggu mu, semoga kamu menyelesaikan nya dengan baik" Ucap Aflan dan bergumam di akhir kalimatnya.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Sudah hampir dua minggu tapi mata itu masih tertutup rapat, Karl menatap sendu ke arah kembarannya. Ia tiba tiba teringat akan ucapan Oliver seminggu lalu.
"Maaf, kamu harus seperti ini maaf kan aku" Karl menangis, tangannya mengelus tangan Kiel yang terpasang oleh infus dengan lembut.
Tak lama ia merasakan pergerakan pada tangan Kiel, Karl segera menghapus air matanya dan menekan tombol di samping ranjang Kiel.
Mata itu terbuka meski hanya sebelah kanan karena mata kirinya yang di perban, Karl menatap Kiel dengan wajah berseri seri.
"Aflan" Gumam nya lirih, sangat lirih bahkan Karl tak dapat mendengarnya ia hanya melihat pergerakan bibir Kiel di balik masker oksigen yang terpasang apik di wajahnya.
Ceklek.
Pintu terbuka memperlihatkan Oliver dan dua perawat Karl menyingkir dari sana membiarkan Oliver memeriksa keadaan Kiel.
Tak lama masuklah kedua orang tuanya bersama kedua kakaknya, mereka mendekati Karl yang terlihat lebih bersemangat dari biasanya.
"Untuk sekarang keadaan pasien sudah membaik, pasien harus rutin meminum obat dan lebih banyak beristirahat. Sore nanti kami akan mengganti perban pasien" Alex mengangguk mengerti.
"Kalau begitu kami pergi dulu" Oliver keluar bersama kedua perawat tadi.
"Kiel ada yang sakit? " Tanya Karl, menaikkan bed yang di gunakan Kiel.
Kiel menggeleng, walaupun mata kirinya sakit ia tak mau terkena pertanyaan bertubi tubi dari mereka.
"Sayang, makan dulu ya" Karla meletakkan nampan berisi makanan di depan Kiel.
"Ugh" Kiel menautkan alisnya melihat makanan rumah sakit itu, tidak bisakah ia memakan roti tawar saja dari pada bubur kental tersebut.
Kiel menerima air yang di berikan Karl padanya, matanya melirik ke arah buah yang berada di nampan tersebut.
"Ayo aa.." Kiel menolehkan wajahnya melihat sendok berisi bubur itu akan memasuki mulutnya.
"Makan dulu ya sesuap saja ya" Karla mencoba membujuk Kiel namun tak berhasil, ia malah di cuekin.
"Kalau gak mau makan bubur, makan buah aja ya" Ucap Karl, ia sempat melihat Kiel melirik ke arah pisang yang berada di nampan.
"Nih" Alex meletakkan roti tawar yang di belikan Theo.
Kiel akhirnya memakan roti tawar yang di bawakan Alex, selesai makan ia meminum obat yang membuatnya heran ialah kenapa banyak sekali jenis obat yang di harus dia makan?!
Ada sekitar delapan jenis obat yang harus ia makan, Kiel menelan empat jenis obat terlebih dahulu lalu menelan sisanya.
Ugh, apa dia harus memakan obat itu setiap hari? Untungnya obat itu hanya di makan satu kali sehari, Kiel menatap Karl yang sedang membereskan nampan selesai ia makan tadi.
"Karl, Iel kenapa bisa di sini? " Tanya Kiel, Karl terdiam ia menatap Kiel lalu duduk di sisi ranjang Kiel.
"Kamu jatuh di kamar ku, kepalamu terluka dan.. " Karl menggantung ucapannya membuat Kiel semakin penasaran.
"Huft.. " Ia menghembuskan nafas sejenak lalu menatap Kiel sendu.
"Mata kirimu buta karena serpihan kaca yang masuk di matamu" Ucap Karl, Kiel membeku ceroboh sekali dirinya masih untung sebelah jika keduanya ia tak bisa membayangkannya.
"Lalu kenapa obat yang ku minum banyak sekali? " Tanya Kiel setelah memaki dirinya yang ceroboh.
"Itu.. "
»»————><————««»»————><————««
Yahho~
Maaf ya kalau gak nyambung, ini aku bosan bangat gak ada kerjaan baca novel gk ada yg sesuai sama selera, buka WA gk ada yang chat. Udah lah ini mau di buat panjang tapi ide ku hilang karena adek ku berisik di samping ku ⋌༼ •̀ ⌂ •́ ༽⋋
Typo!
See you(*´︶'*)♡Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Figuran [END]
Teen Fiction[ BROTHERSHIP ] ❗ Remaja bernama Alan berumur 14 tahun ia adalah anak rumahan yang akan keluar jika ada kepentingan saja bahkan bisa di hitung dengan jari dalam setahun ia keluar rumah. Ketika sedang menonton film pada laptop di balkon kamar di tem...