38

4.9K 344 0
                                    

Sudah dua jam berlalu, operasi Kiel akhirnya selesai. Dokter keluar dari ruang operasi ia berharap bisa menghirup udara segar, namun malah di limpahi oleh pertanyaan dari keluarga pasien.

"Bagaimana? Apa operasinya berjalan lancar?! "

"Apa Kiel bisa di selamatkan? "

"Kiel selamat kan? Operasinya berjalan dengan baik kan? "

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang di lontarkan oleh keluarga Gerdan itu kepadanya.

"Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu, untuk info lebih lanjut mohon kedua orang tua pasien mengikuti saya" Ucap Oliver dokter yang menangani Kiel atau lebih tepatnya dokter yang bekerja dengan keluarga Gerdan.

"Baiklah" Karla dan Alex mengikuti Oliver dengan seorang perawat di sampingnya.

Karl dan yang lainnya,  menuju ruang rawat Kiel yang tentu saja mereka mengambil kamar VIP.

Di sisi Kiel saat ini, ia berada di alam bawah sadarnya tidak ada siapa pun di sana hanya dirinya di ruangan hampa tanpa kehidupan.

Dimana Amane dan Tsukasa? Ia tidak tau lagi pula ia lebih suka sendiri, menikmati kesendiriannya di ruangan hampa ini.

Hingga akhirnya sebuah cahaya menyilaukan mata muncul entah dari mana Kiel memejamkan matanya, ia membuka matanya begitu di rasa cahaya itu sudah berhenti.

Matanya di manjakan oleh pemandangan yang indah, rumput  hijau dan bunga yang segar dengan berbagai jenis kupu kupu yang beterbangan.

Matanya terpaku melihat sebuah pohon besar, di sana juga ada beberapa orang yang bermain mereka tampak bahagia, gelak tawa menghiasi wajah mereka memberi kesan tersendiri pada diri mereka.

Kiel diam di tempatnya memperhatikan mereka tanpa ada niat untuk bergabung di sana, hingga ia melihat wajah yang sangat familiar sedang tertidur di atas pohon.

Itu sahabatnya, dengan perasaan campur aduk Kiel memperhatikan mereka ia ingin mendekat namun pikirannya membuatnya mengurungkan niat tersebut.

Elvino Yuzuki sahabatnya yang meninggal ketika ia berusia 13 tahun karena kecelakaan, ia tidak menyangka akan bertemu dengan nya di sini.

Tapi tunggu, ini sangat aneh! Kenapa mereka ada di alam bawah sadarnya? Kiel terus memperhatikan mereka yang asik berbincang satu sama lain.

"Aku senang, kita beristirahat dengan tenang sekarang"

"Hum, aku bersyukur dia bisa melakukannya! "

Perbincangan mereka berdua membangun kan Elvino yang tidur di atas pohon, ia mengucek matanya dan berkedip beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya.

Ia duduk, pandangannya terpaku ke arah Kiel yang diam di tempatnya. Mata mereka bertemu Elvino terdiam sejak, dia pasti sedang bermimpi.

Elvino mencubit pipinya untuk memastikan bahwa ia sudah bangun.

"Aw" Ini sakit, berarti ini bukan mimpi.

Dengan segera ia turun ke bawah dan berlari ke arah Kiel, temannya yang di bawah di buat terkejut oleh tingkah Elvino yang tidak biasa.

"Alan!! " Serunya dengan wajah yang terlihat bahagia.

Ia memeluk tubuh Kiel, ah bukan lebih tepatnya tubuh Alan dengan erat.

Alan diam untuk sesaat ia dengan ragu mulai membalas pelukan Elvino, ia menatap ke arah beberapa orang yang berada di depannya, mereka hanya tersenyum melihat ke arahnya dan Elvino.

"Maaf aku pergi tanpa berpamitan" Kiel diam tak menanggapi, ia masih bingung.

Ia hanya mampu mengelus punggung Elvino mencoba menenangkan sahabatnya yang menangis, Alan diam ia tidak tau cara menghibur orang.

Setelah beberapa menit akhirnya Elvino melepas pelukannya, ia mengajak Alan menuju beberapa remaja yang menatapnya. Alan diam mengikuti ia tidak tau harus berkata apa, ini terasa seperti mimpi.

Tunggu, mimpi? Ia menatap pergelangan tangan yang di gandeng oleh Elvino lalu menatap Elvino, sekilas ia melihat tubuh Elvino menjadi transparan.

Alan berhenti membuat Elvino menatapnya dengan bingung, ia melepas gandengan tangan mereka dan berbalik menatap Alan.

"Apa ada yang salah? Alan" Alan mendongak tubuh Elvino menjadi transparan dan kembali seperti semula selama beberapa menit.

"Alan? " Vino mendekat, tanpa sadar Alan mundur seolah ia menghindar dari Vino.

"Ahahaha" Suara tawa yang terdengar familiar di telinganya.

"A-alan!" Vino dan remaja yang bermain di bawah pohon tersebut menatap ke arah Alan dengan mata bergetar.

Vino segera menarik Alan, namun Alan tidak bergerak sedikit pun seperti ada lem di kakinya.

'Ada apa ini? ' batin Alan bingung dengan keadaannya sekarang.

"Alan! Sadarlah, jangan biarkan mereka mengendalikan mu! " Itu suara Vino tapi kenapa ia tidak bisa melihatnya?

Tunggu! Kenapa ia di sini? Ruangan ini, tidak , ia harus keluar. Alan berlari mencari pintu keluar, namun nihil ia tidak menemukan apapun.

Sejauh kakinya melangkah hanya ruangan hitam tanpa tanda tanda kehidupan yang ia dapati, dimana ini?!.

'Sialan ada apa ini?! ' Alan mengatur nafasnya, nafasnya tak karuan karena berlari di ruangan tanpa ujung ini.

Ia duduk dan menatap sekeliling dengan perasaan yang campur aduk, matanya bergetar dengan keringat dingin membasahi wajahnya.

'Tenang Alan, pasti ada yang salah di sini' ia mengusap wajahnya dengan kasar.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Sudah tiga hari tapi Kiel belum juga bagun dari komanya, Karl selalu mengunjungi Kiel sebelum berangkat ke sekolah dan akan menatap si sana sepulang sekolah.

"Karl ayo makan" Ucap Xavier yang datang dengan kantong plastik di tangannya.

Karl tak menjawab ia masih diam menatap wajah tenang sang adik yang terbaring dengan banyak alat penunjang kehidupan di tubuhnya.

"Ini" Xavier meletakkan kantong plastik tersebut di nakas lalu menuju sofa.

Karl melirik sekilas, ia sibuk dengan pikirannya bahkan ia tidak sadar bahwa keluarga nya masuk ke ruang rawat Kiel.

"Karl, apa yang sedang kamu pikirkan? " Kiel tersadar ia menoleh dan mendapati keluarga besarnya berada di sana.

"Ada apa? " Tanya sang oma Juliat Veny Gerdan.

"Jangan khawatir Kiel pasti akan bangun" Ucap Albert Von Gerdan, adik ayahnya.

"Dia benar" Timpal ayah dari sang mommy, Hendra Veran.

Karl terdiam ia hanya mengangguk sebagai tanggapan dari ucapan keluarganya, tangannya mengelus tangan Kiel yang tak di infus dengan lembut.

"Nah, makan" Arganta Zelfan Gerdan, kaka sepupunya. Anak dari Diandra Von Gerdan kakak ayahnya.

Karl akhirnya mengangguk, ia beranjak dari duduknya menuju sofa dan mulai memakan makanannya dengan tenang, sesekali ia akan melirik ke arah Kiel.

Keluarganya hanya bisa tersenyum kecil, akhirnya Karl mau makan tanpa harus di paksa.

»»————><————««»»————><————««

Yahho~

Typo!

Maaf ya kalau tulisannya amburadul🙏

See you(*´︶'*)♡Thanks!



The Twins Figuran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang