17

16.6K 1.5K 16
                                        

Ketiga nya sampai di taman belakang namun mereka tidak menemukan siapapun di sana, Karl menatap sekeliling hingga pandangannya jatuh pada pohon yang terdapat ukiran abstrak.

"Bang lihat" Mereka melihat pohon tersebut dengan seksama.

"Ini baru di buat, berarti ada orang di sini tadi" Ucap Xander, membuat keduanya menoleh.

Xavier yang tak sengaja melihat jepit rambut di tanah langsung mengambilnya, ia kemudian menyimpannya dan mendekati keduanya.

"Coba lihat CCTV dulu, ada orang lain selain Kiel di sini" Karl dan Xander mengangguk setuju, ketiganya akhirnya menuju ruang CCTV.

Sampai di sana mereka segera melihat CCTV belakang sekolah, benar apa yang di ucapkan oleh Xavier di sana ada orang lain selain Kiel dan mereka seperti menuju gudang sekolah yang sudah tak terpakai.

"Kita harus cepat, sebelum dia mati" Ucap Karl, setelah melihat rekaman tadi. Sebenarnya ia senang sih karena yang menjadi target Tsukasa adalah siswi yang sangat ia benci.

"Kau khawatir atau senang sih? " Tanya Xavier yang bingung dengan adiknya, perkataannya tidak sesuai dengan wajahnya yang tersenyum senang.

"Hehe" Karl hanya bisa tersenyum canggung mendengar perkataan abangnya, kalau boleh jujur ia senang sih tapi akan lebih senang kalau dia mati.

"Sudah ayo" Xander akhirnya buka suara, ia tak mengerti lagi dengan keduanya yang sifatnya tak jauh beda.

"Oke"

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

"Hei, apa aku sudah boleh membuka ini? " Tanya Serry, namun tak ada jawaban yang ia dengar.

"Hei? "

"Hn? Kau ingin melihat wajahku? Kita belum memulai permainannya, jika sudah selesai aku akan membukanya" Tsukasa sibuk mencari sesuatu di dalam gudang terbengkalai itu.

Serry tak bisa diam ia gelisah matanya di tutup tangannya di ikat, dan juga suara berisik yang terdengar tak jauh darinya membuatnya semakin gelisah. Pikiran pikiran buruk mulai terbesit di benaknya, membuatnya semakin gelisah bahkan keringat dingin mulai membanjiri wajahnya.

'Kebetulan yang sangat menguntungkan! Baiklah mari lakukan seperti biasa' Tsukasa mendekati Serry yang duduk gelisah di sofa lusuh yang ada di sana.

Di tangannya terdapat gunting yang sudah berkarat dan lakban, kebetulan sekali di sini tempatnya gelap tempat yang cocok untuk merusak mental targetnya.

"Karena kamu akan berisik nanti jadi aku akan menutup mulutmu" Sebelum mendapat jawaban dari orang di depannya, ia sudah melakban mulut sang target.

"Nee, kau tau teman mu hanya memanfaat kan mu loh, oh! Kau pasti tidak tau itu karena sifatmu yang menyebalkan itu. Mereka bahkan sering membicarakan mu saat kau tak bersama mereka, kasihan sekali kau" Apakah yang di ucapkan Tsukasa itu benar? Kita tidak tau tapi yang pasti sebagian warga sekolah tidak menyukainya.

'Apa? Itu tidak mungkin, dia pasti bohong kan mereka tidak mungkin membicarakan ku'

"Yah aku tau kau takkan percaya, tapi yang jelas itu fakta yang harus kau terima. Haa.., sekarang mari kita bermain" Ucap Tsukasa dengan seringai lebar di wajahnya.

"Hmp??!! " Tsukasa mulai mengukir di paha targetnya, ia dengan sengaja menggunakan gunting berkarat yang ia dapatkan tadi.

"Hei, rambut mu bagus juga, tapi akan lebih bagus jika rambut mu pendek. Mau ku bantu? Baiklah kau tak perlu berterimakasih pada ku" Dengan tak berperasaan Tsukasa menjambak rambut Serry dan memotongnya dengan asal.

Air mata mengalir di pipinya menahan rasa sakit, ingin berteriak tapi tidak bisa mulutnya di lakban membuatnya semakin tersiksa.

Nafasnya terasa sesak belum rasa sakit yang ia rasakan di tambah dengan suara Tsukasa yang menyeramkan, ia juga terus terpikirkan dengan perkataan Tsukasa tadi.

"Hahaha, sepertinya kau menikmatinya" Bosan dengan pisau dan guntingnya, ia bangkit dari duduknya.

"Oi apa kau mendengarkan ku?! " Tsukasa menarik kerah baju Serry dan melemparnya hingga mengenai tembok.

"Ukh!! "

"Hahaha" Belum puas dengan itu Tsukasa menarik rambut Serry dan mengantuk kan kepalanya ke dinding.

Tsukasa membuka tutup mata Serry sehingga memperlihatkan wajahnya yang berantakan, mata merah dan sembab karena menangis di tambah dengan darah yang mengalir deras dari dahinya.

Brak!

Pintu di dobrak terlihat ketiga kakaknya yang terkejut, Tsukasa menoleh matanya yang semula berwarna hitam pekat berubah menjadi kuning ember, dengan senyum lebar ia berlari ke arah Karl dan memeluknya.

Karl yang mendapat serangan mendadak itu hampir kehilangan ke seimbangan nya jika tidak di tahan oleh Xander, Xavier masuk ke dalam terlihat di sana ada siswi yang mereka lihat di rekaman CCTV yang sudah pingsan dengan penampilan yang berantakan.

"Urus dia" Ucap Xavier, seketika datang lah seorang pria dengan baju serba hitam dengan wajah yang tertutup oleh masker.

"Tsukasa? " Karl mengelus punggung Kiel yang di kendalikan Tsukasa.

"Ya? " Tsukasa mendongak menatap wajah Karl, ia cukup kesal sih karena lehernya sakit harus mendongak menatap mereka yang tinggi seperti titan.

"Kau tidak membunuhnya kan? "

"Tidak, tapi tidak tau kedepannya"

"Hah.., sudah lah ayo pulang" Xander menggendong Kiel ia tidak peduli bajunya yang kotor karena darah yang ada di tangan sang adik.

"Hoam.. " Tangan kecilnya menutup mulutnya yang menguap lebar.

"Dah, aku tidur dulu" Setelah itu hanya ada suara dengkuran selama perjalanan mereka menuju parkiran.

»»————><————««»»————><————««

Yahho~

Maaf pendek, aku usahain up sekarang karena seminggu besok sibuk sama ujian dan pendaftaran masuk sekolah. Makin pusing dah tu pala, moga lulus dan keterima di sekolah baru Aamin.

See you (*´︶'*)♡Thanks!

The Twins Figuran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang