Pagi hari yg indah ini, di sebuah kamar, Karl terlihat sedang mengelus rambut adiknya yg masih tertidur.
"El, bangun udah pagi" Karl menepuk pipi adiknya beberapa kali.
"Um.. " Kiel bergumam menanggapi.
Kiel duduk dengan mata yg masih setengah terbuka, Karl hanya tersenyum melihat tingkah Kiel.
"Aku ke kamar, mandilah dulu" Karl mengecup pipi Kiel lalu pergi menuju kamarnya.
Kiel menghidupkan lampu kamarnya dan mematikan lampu tidur, ia berjalan menuju kamar mandi dengan lunglai dengan mata yg masih setengah terbuka ia beberapa kali menabrak dinding.
"Uhh.." Kiel memegang kepalanya yg terasa pusing.
'Hari apa sekarang? ' Kiel menatap pantulan dirinya di cermin wastafel, terlihat dahinya yg memerah dan darah yg mengalir di hidung nya.
'Sejak kapan' Kiel memegang hidungnya yg mengeluarkan darah tanpa ia ketahui.
Tiba tiba kepalanya terasa ada yg menghantamnya dengan batu besar, tak lama setelah itu Kiel kehilangan kesadarannya.
Karl kembali ke kamar Kiel, ia duduk menunggu Kiel selesai.
10 menit
15 menit
20 menitKiel tidak juga keluar, merasa khawatir Karl segera menyusul Kiel ke kamar mandi.
"Kiel kau baik baik saja?" Ucap Karl, ia mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali, namun tak ada jawaban.
Ia membuka pintu kamar mandi yg ternyata tidak terkunci, baru saja di buka ia melihat Kiel yg terbaring di lantai dengan noda darah di sekitarnya.
"Kiel!! " Karl segera memangku Kiel, dapat di lihat dahinya berdarah serta darah yg mengering di hidungnya.
Karl menggendong Kiel dan membaringkannya di kasur, ia segera memanggil pelayan dan bodyguard yg berjaga.
"Cepat panggil dokter" Ucap Karl kepada seorang bodyguard.
"Baik tuan muda"
"Ambilkan air hangat dan kain bersih" Perintahnya kepada pelayan yg ada di sana.
"Baik"
Setelah pelayan tersebut pergi Karl mengganti baju Kiel yg terkena darah tadi dengan pakaian yg bersih.
Ceklek
"Karl"
"Apa yg terjadi" Tanya Xavier mendekat.
"..." Karl tak menjawab, membuat keduanya mengerti.
"Ini, tuan muda" Pelayan tadi memberikan apa yg di minta Karl, setelahnya dia keluar.
Karl membersihkan wajah Kiel dengan air hangat dan kain tadi, ia juga membersihkan luka di dahi Kiel dengan hati hati, Xander dan Xavier hanya melihat saja mereka menunggu dokter keluarga untuk datang.
Brak!
Pintu di dobrak masuklah dokter dan kedua orang tua mereka ke dalam.
"Apa yg terjadi? " Tanya Alex.
Alex menatap ke arah putra bungsunya yg terbaring di kasur dengan wajah pucat, ia menatap ketiga anaknya yg diam sambil menatap adik mereka yg sedang di periksa oleh dokter.
Dokter mengobati luka Kiel terlebih dahulu setelahnya ia memasang infus di tangan kiri Kiel, dan kembali memeriksa Kiel, terlihat kerutan di wajahnya membuat Karla cemas.
Selesai memeriksa Kiel ia langsung di serbu oleh pertanyaan yg di lontarkan Karla.
"Apa yg terjadi? Kiel baik baik saja kan? El baik baik saja kan? Kan? "
"Mom" Panggil Xander menyadarkan Karla.
"Penyakitnya kambuh lagi? " Tanya Alex yg mendapat anggukan dari dokter yg bernama Oliver tersebut.
"Aku akan memberikan resep obat, lalu Kiel harus rutin untuk pemeriksaan sekali dua minggu" Ucap Oliver.
"Apa tidak ada cara lain? " Tanya Karla.
"Tidak ada, Kiel sudah pernah di operasi untuk mengangkat penyakitnya, namun komplikasinya kanker tadi tetap tumbuh. Kali ini di tempat yg berbeda, untuk pencegahan usahakan Kiel untuk berolahraga pagi selama 15 menit"
Jelas Oliver."Baiklah" Ucap Alex.
"Aku akan mengirim obatnya nanti" Oliver keluar dari sana meninggalkan mereka yg menatap sendu ke arah Kiel.
Kiel menderita penyakit leukemia sejak berumur enam tahun, namun mereka tidak tau akan penyakit Kiel karena sifatnya yg tertutup tersebut.
Mereka mengetahui Kiel terkena penyakit leukemia ketika ia berumur 12 tahun, waktu itu Karl yg curiga karena Kiel terus mengalami mimisan di sekolah.
Kecurigaan Karl terbukti ketika pemeriksaan kesehatan yg rutin di lakukan setiap sekali enam bulan di sekolah mereka, Kiel hanya diam setelah dokter mengatakan hal tersebut.
Sampai di rumah Karl langsung memberi tahu kedua orang tuanya, mereka yg mendengar hal tersebut segera menuju kamar Kiel, namun sesampainya di sana yg mereka dapat adalah Kiel yg terduduk lemah dengan darah yg keluar dari mulutnya.
Karla langsung histeris ia segera memanggil bodyguard dan menggendong badan Kiel yg kecil, tubuh anaknya terasa lebih ringan membuatnya tambah cemas.
Sesampai di rumah sakit Kiel segera di tangani oleh Oliver, ia mengatakan jika Kiel perlu di operasi keduanya langsung mendatangkan surat izin.
Setelah di operasi Kiel mengalami koma selama dua minggu, Oliver juga mengatakan jika penyakit Kiel sudah parah untungnya ia segera di bawa ke rumah sakit.
"Kiel akan baik baik saja kan" Gumam Karl, Xander dan Xavier menatap Karl.
"Dia akan baik baik saja" Ucap Xavier mengelus kepala adiknya, Karl mendongak menatap Xavier yg lebih tinggi darinya.
"Ayo, kita bisa terlambat nanti" Xander meninggalkan keduanya dan menuju ruang makan.
"Ayo" Karl mengangguk lesu lalu mengikuti kedua kakaknya.
"Kamu juga sana" Ucap Karla, Alex menghela nafas sebentar lalu pergi.
Sampai di ruang makan ketiga duduk dan sarapan dengan keadaan hening, tak lama Alex datang dan bergabung bersama anak anaknya.
"Kalian berangkat bareng lagi? " Tanya Alex.
Xander dan Xavier melirik Karl yg diam tak menjawab, setelahnya mereka mengangguk.
"Ya, dia bisa saja kecelakaan kalau berkendara nanti" Jawab Xander, menyadarkan Karl dari lamunannya.
"Apa? " Karl menatap Xander dengan sengit.
"Sudahlah, kita akan berangkat bersama hari ini" Ucap Xavier.
"Tidak ada bantahan" Lanjutnya melihat Karl yg akan protes.
"Baiklah, hati hati" Ucap Alex, mendapat anggukan dari ketiganya.
"Kami berangkat dulu" Alex mengangguk sebagai respon.
Setelahnya ia juga pergi menuju garasi mobil, dan berangkat menuju kantor.
»»————><————««»»————><————««
Yahho~Typo!
See you! (*´︶'*)♡Thanks!

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins Figuran [END]
Novela Juvenil[ BROTHERSHIP ] ❗ Remaja bernama Alan berumur 14 tahun ia adalah anak rumahan yang akan keluar jika ada kepentingan saja bahkan bisa di hitung dengan jari dalam setahun ia keluar rumah. Ketika sedang menonton film pada laptop di balkon kamar di tem...