Cerita ini mengisahkan seorang gadis yang terombang-ambing dengan masa lalu kelam nya. Kepribadian yang tak selaras melekat dalam dirinya, saat bersama keluarga gadis itu mampu bercanda tawa namun berbeda saat berada dilingkungan luar dirinya sangat...
Terlalu lelah dengan semua masalah yang ada namun tidak ada pilihan lain, selain bertahan sampai waktunya Tuhan memanggil kita untuk beristirahat. ______________________________________
Hari sudah menunjukkan pukul 14.00 namun Calista dan Renata masih setia berada disekolah. Sekitar sekolah sudah sepi, hanya ada mereka berdua disana. Kini mereka berdua tengah berada di perpustakaan sekolah karena kecerobohan Calista yang lupa mengambil buku di perpustakaan saat istirahat untuk tugas kelompok mereka berdua.
"Buku ini udah, buku ini juga udah. Pulang yuk Ren udah semua nih," ajak Calista setelah menghitung dan memastikan bahwa semua bukunya lengkap.
"Udah semua kan? Gak ada yang kelupaan kan?" tanya Renata memastikan.
Mereka berdua berjalan keluar dari perpustakaan melewati koridor-koridor kelas yang sangat sepi hanya ada suara langkah mereka berdua. Setelah melewati belokan Renata berhenti lalu melihat kebelakang dirinya merasa ada yang mengikuti nya dari belakang.
"Ada apa, Ren?" tanya Calista yang ikut berhenti lalu melihat kebelakang yang sepi.
Mereka melanjutkan langkah yang sempat terhenti namun baru beberapa meter ada yang membekap mulut Calista dan Renata.
"Huftt.." Calista berusaha melepaskan bekapan nya namun penglihatan gadis itu kabur, kepalanya terasa sangat berat.
Sebelum kesadarannya menghilang Calista melihat seseorang yang dia kenali berjalan kearahnya. Setelahnya kesadarannya hilang, Calista ataupun Renata pingsan karena bekapan yang telah ditetesi obat bius. Mereka berdua akhirnya dibawa oleh tiga orang.
>>><<<
Kristan termenung di atas kasur kamar nya. Pikiran nya rumit, kepalanya sangat berisik sekarang karena memikirkan masalah demi masalah yang seperti tidak ada ujungnya. Tiba-tiba bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya jatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras. Laki-laki itu menghampiri bingkai foto yang jatuh, kaca bingkai itu telah hancur berserakan. Kristan mengangkat dengan hati-hati bingkai yang berisi foto nya bersama Calista dan Renata. Kristan menatap foto itu dalam, hati nya risau sekarang. Tatapannya beralih kearah dinding tempat bingkai itu dipajang.
Hati nya tidak tenang dan perasaan itu bertambah saat jam sudah menunjukkan pukul 15.45. Biasanya adik kecilnya akan mengganggunya setelah pulang sekolah atau sekedar membuka pintu kamarnya untuk menyapa. Namun hari ini dirinya belum menjumpai momen itu. Kristan berjalan menuju kamar Calista yang berada didekat kamarnya, saat berada didepan kamar adiknya itu sejenak dirinya berhenti melihat pintu coklat itu lalu membuka knop pintu kamar adik kecilnya.