Hi!
🧟🧟♀️***
Seorang lelaki tegap yang mengenakan jas berlari tergesa-gesa ke dalam rumah sakit, tampaknya ia sedang khawatir, tampak dengan cara ia berlari dan terkadang menubruk orang-orang yang berlalu lalang di dalam gedung rumah sakit.
"Maaf, maaf!" ucapnya kepada orang yang baru saja ditabraknya lalu ia bergegas lari.
Setelah sampai pada meja resepsionis rumah sakit tersebut, ia mulai mengambil nafas.
"Suster! Anak saya yang, huhh, huhh, ber- huhh" ucapnya dengan nafas tersenggal-senggal karena berlari tadi.
"Tarik nafas dulu pak," nasihat suster yang ia panggil tadi.
"Iya, anak saya yang bernama, Althanio Giovanni Prawidha! Tolong carikan, dimana ruangannya!" ucapnya setelah mengambil nafas.
Suster tersebut kemudian mulai mengetikkan nama yang disebutkan lelaki tadi, dan ia menemukannya.
"Althanio Giovanni Prawidha, anak laki-laki berusia 10 tahun, dirawat di ruangan Jasmine nomor 19" ucapnya
"Terimakasih suster.." ucap laki-laki tersebut lalu berlari menuju ruangan yang suster tadi katakan.
***
"Masih ada yang sakit lagi Al?" tanya wanita tersebut sembari menggenggam telapak tangan kanan anak laki-laki yang dipanggil Al itu.
Anak itu kemudian menggeleng kecil.
"Kam-"
"Althan! Dania!" panggil laki-laki yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan beraroma khas obat-obatan tersebut.
"Ya ampun Al!! Kamu gapapa nak?" tanyanya khawatir, ia berjalan mendekat ke arah brankar anak tersebut.
Anak tersebut hanya diam dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Ini tadi kenapa mi? Tolong mami ceritain ke papi, papi khawatir banget, papi kirain Althan tertab-"
"Pi!" tegur Dania dengan keras.
Kening lelaki itu berkerut, apa yang salah dengan perkataannya? Biasanya jika istrinya itu menegurnya seperti itu, berarti ada masalah yang sedang terjadi, atau perkataannya adalah salah.
"Sayang, kamu disini dulu ya, mami mau beliin kamu bubur kacang hijau kesukaan kamu dulu di bawah. Okay? ucap Dania pada Althan sembari menyentuh lengan kanannya yang baik-baik saja.
"I-iya mami." jawab Althan, kemudian anak itu mulai menutup matanya.
"Ayo pi." ajak Dania, yang diikuti oleh suaminya.
Setelah berada diluar ruangan atau berada di lorong rumah sakit, Dania duduk di bangku rumah sakit yang telah disediakan.
Laki-laki itu melihat Dania yang terduduk lunglai, ia pun mulai mendekat, dan duduk disebelah Dania, ia mengusap bahu wanita itu pelan.
"Althan gapapa pi, tapi.." ucap Dania setengah.
"Tapi apa mi?" tanya laki-laki itu khawatir
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...