Next chap of the misery, ups, happiness hehe;3
Here we go! 🧟♀️🧟***
"Ini gimana sih Sha? Ga ngerti gue sumpah! Pinter banget lo ngerti beginian! Emang yah, Bu Siska itu jahat banget! Ngasih materi kok sadis gini, satu soal tapi jawabannya kayak orang ngantri minta sembako tau ga sih?! Panjang bangettt!" cerocos gadis ber-nametag Aura itu.
"Gapapa lah Ra, Bu Siska kan ngasih soal begituan sesuai materi anak SMA kelas 3, ya kali ibu itu ngasih materi anak kelas 3 SD!" sindir seorang murid laki-laki berkacamata, ber-nametag Mario.
Merasa tersindir, Aura mulai mengerocos lagi.
"Apaan sih lo, pu! Gue ga ngomong sama lo ya! Lagian gue tau lah lo kan si paling pick me itu, kalau didepan guru mau tunjuk tangan aja lo terus!" cerca Aura tak kalah pedas. 'Pu' adalah panggilan Aura untuk Mario, alias cupu.
Mario mendelik ketika mendengar balasan sindiran dari Aura, cih, memang dasar situ sendiri yang tidak pernah fokus belajar, taunya gaya-gayaan saja ke sekolah.
"Lo mikir lah! Ini itu di sekolah! Ya jelas lah gue tunjuk tangan kalau ngerti dan ditanya tentang materi, lah elo! Fokus aja kaga! Benerin make-up mulu sih lo! Makanya milih sekolah tu jangan karna favorit aja! Hobby lu tuh, cocoknya masuk sekolah dandan-dandan aja!" sindir Mario semakin keras.
Suasana terasa semakin panas, memang kalau tentang pelajaran, si ambis Mario tidak akan pernah mengalah. Dan beberapa murid seperti Aura dikelas itu yang tidak akan pernah berhenti mengeluh karena materi. Bertolak belakang sekali, bukan?
"Udah Ra, gapapa. Ini kamu salin aja dari catatan matematika aku. Aku udah selesai kok. Tapi mulangin catatan aku hari ini juga ya, soalnya nanti di rumah aku pakai lagi." lerai Vasha.
Jika tidak dilerai seperti itu, maka pertengkaran mereka tidak akan selesai-selesai. Jadi, Vasha sendiri yang harus turun tangan, apalagi kan ini masalahnya Aura tadi berbicara kepada Vasha.
Aura menerima catatan matematika Vasha dengan gembira, memang memiliki sebangku pintar dan tidak pelit merupakan hal yang paling menguntungkan.
"Makasih bangeuutt loh Sha! Lope pwolll gue ke lo." ucap Aura, lalu ia langsung saja lanjut menulis sesuai dengan jawaban yang ada di catatan matematika Vasha.
"Dih, gitu aja lo baru bilang makasih." sindir Mario lagi.
"Diem deh lo!" sarkas Aura.
"Ra! Lo mau ikut ga sama kita ke kantin?" tanya Cleo.
Cleo adalah teman sekelas mereka yang cukup famous di kalangan sekolah dan juga publik, ia bahkan memiliki akun sosial media yang banyak diikuti dan diminati publik. Hal tersebut disebabkan Cleo yang bergabung di dunia model. Bakat Cleo dalam dunia permodelan memang tidak bisa disepelekan, bahkan foto-foto pemotretannya telah ditampilkan di beberapa majalah fashion Indonesia.
Namun, dikarenakan kepopulerannya tersebut ia terkadang bersikap sombong karena kehidupannya yang cukup luxury. Cleo juga suka memilih teman, ya memang masuk akal jika kita ingin memilih teman, tetapi jika diperhatikan teman-teman dekat Cleo hanya dari kalangan ekonomi atas. Tidak tau mengapa ia hanya suka bergaul dengan orang-orang golongan sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...