Shalommm🤍🤍🤍
Next???🧟♀️🧟♂️***
Althan membanting pintu kamarnya, laki-laki itu amat murka. Dengan kasar ia mencampakkan ranselnya ke atas meja belajar miliknya. Lalu tangannya meraih sebuah jaket yang digantungkan di cantolan pakaian. Kemudian ia melangkah keluar dari kamarnya yang bernuansa hitam itu dengan langkah tergesa-gesa.
Pikirannya berkecamuk, sungguh tak menduga bahwa hari ini adalah hari tersialnya. Bagaimana bisa Dania mengancamnya demikian? Wanita itu sungguh diluar nalar.
"Kamu mau kemana Al?!" bentak Dania murka, wanita itu berdiri dari duduknya ketika melihat anak laki-lakinya itu bergegas segera keluar dari rumah itu dan melintasi keduanya.
"Al!!" teriak Dania
"Althan!!" teriaknya sekali lagi, namun Althan tetap tidak menggubris teriakan maminya itu.
Baskara menahan salah satu lengan istrinya itu walau ia tetap duduk. Pria itu sebenarnya sudah amat berang dengan peringai Althan yang semakin buruk, namun pria paruh baya tersebut hanya mencoba untuk menenangkan dirinya agar tidak terpancing untuk menciptakan perkelahian antara keduanya.
"Udah mi, biarin dia pergi." lerai Baskara
"Biarin apaan sih pi?!" protes Dania kesal setengah mati.
"Biarin dia pergi untuk nenangin dirinya sendiri. Papi tau, ini juga terkesan tiba-tiba dan pasti membuat dia terkejut makanya dia tidak terima." jelas Baskara
Dania mendesis kesal. Apa yang diucapkan Baskara memang benar adanya, tetapi perasaannya tetap tidak tenang. Masih ada kekhawatiran disana.
"Mau tidak mau, Althan harus menyetujui perjodohan ini. Mami tenang saja, semuanya pasti akan berjalan sesuai rencana." imbuh Baskara meyakinkan istrinya itu.
Dania menghempaskan dirinya diatas sofa dimana tadi ia duduk sebelumnya dengan kasar. Wanita itu memijit keningnya pening. Mengapa anak itu sungguh keras kepala dan tidak mau menurut padanya dan Baskara?
"Kapan acaranya?" tanya Dania
"Belum ada perencanaan dari Septian." sahut Baskara
"Kalau gitu harus dibicarakan secepatnya. Mami gak mau nunggu lama." pungkas Dania yang diangguki Baskara.
Baskara mengelus pundak istrinya dari samping. Dania tampak sangat stres perihal memikirkan anak mereka. Memang hal ini sungguh tiba-tiba dan reaksi Althan tadi juga wajar. Terlebih laki-laki itu memang sudah memiliki kekasih dan mereka telah menjalin hubungan dalam waktu yang cukup lama. Manusia mana yang tidak akan terkejut apabila dijodohkan secara tiba-tiba begini?
***
Althan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan pekarangan rumah Prawida. Dia benci dengan setiap kejadian yang baru saja terjadi tadi di dalam. Dia benci perkataan Baskara dan Dania. Dia benci dengan kondisinya sekarang ini. Dia benci semuanya.
Laki-laki yang memiliki perawakan tinggi itu dengan cepat menghidupkan mesin motornya lalu menarik pedal gas motornya.
Ia harus pergi untuk saat ini, at least untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau sekarang, bukan lari dari masalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/329145553-288-k78889.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...