30 || Faint

139 3 0
                                    

Heihooo :)

Pakabar gesss??

Ramekan yaaa🤗

Masih mau lanjut baca? 😌

Next?🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

***

Dukk

"Awsshh!" ringisnya dengan tangan menyentuh keningnya yang terbentur ke meja dengan kuat. Suara benturan terdengar cukup kuat, dapat membuat setiap orang yang mendengarnya merasakan ngilu yang mungkin dirasakan oleh orang yang merasakannya.

Berdarah. Keningnya berdarah. Gadis itu memejamkan matanya menahan rasa perih pada keningnya.

Althan menatap gadis itu tanpa iba. Ia tau bahwa kening gadis itu terbentur dan akhirnya mengeluarkan darah. Namun yang anehnya, ia tidak merasa bersalah atau kasihan melihat hal tersebut.

Althan berdiri dan tetap menatap Vasha dengan tatapan kesalnya. "Itu buat lo yang suka sok bersikap baik di depan gue." ucapnya dengan telunjuk yang mengarah pada Vasha.

Laki-laki itu berjalan pergi dari ruangan tersebut dan memasuki kamar tidurnya tanpa memikirkan apapun tentang luka yang ia berikan pada Vasha. Vasha meringis menurunkan tangan nya.

Dengan tangan bergetar gadis itu mengambil kasa lalu meletakkan nya pada luka di kening bertujuan untuk meredakan darah yang mengalir deras.

"Awshh" ringis nya lagi menekan giginya demi menahan rasa sakit dan perih yang terasa sangat menyiksa secara bersamaan. Matanya yang sedari tadi selalu mengembun mulai menurunkan air mata. Gadis itu menangis lagi. Mengapa semuanya terasa menyakitkan? Apakah ia memiliki kesalahan yang fatal hingga Althan bersikap demikian padanya? Hati nuraninya yang menggerakkan dirinya untuk membantu laki-laki itu mengobati luka-lukanya. Tidak pernah sedikit pun Vasha berpikiran untuk berpura-pura atau pencitraan di hadapan Althan.

Dadanya sesak, jika dapat mengutarakan perasaannya, Vasha akan mengatakan pada Althan bahwa fitnahan nya sungguh menyakiti hatinya.

"Ya Tuhan maafkan Althan.."

***

Matahari terasa sangat terik. Sinar nya bagaikan menyengat kulit setiap manusia yang berdiri dibawah nya tanpa berteduh. Uh, rasanya rambut orang-orang akan panas seperti mendidih apabila tidak segera berlindung dibawah sesuatu yang dapat melindungi kepala mereka dari sinar matahari yang secara langsung menyinari.

"Aduh panas banget nih Sha. Gak tahan gue, tapi yang lebih gak tahan itu kulit gue nih! Lihat tuh kan, gosong gini. Ihh! Nyebelin ah gue udah skincare'an padahal tadi di rumah. Nih pak Kevin juga lama banget elah!!" keluh siapa lagi kalau bukan Aura.

Vasha memindahkan atensinya pada Aura. Gadis itu terlihat BT dengan Kevin, guru olahraga mereka. Pasalnya jam mata pelajaran olahraga mereka itu ada hampir di jam terakhir. Dan jam-jam terakhir itu jatuhnya angka besar yaitu di siang hari.

Peluh tampak membanjiri setiap kening dan tubuh murid XI MIPA-1. Tak terkecuali Vasha dan Aura.

Materi mereka sekarang mengenai bola besar yakni basket. Huh! Menyebalkan, mengapa harus mendekati jam terakhir sih mata pelajaran olahraga mereka. Aura mencebikkan bibirnya. Kalau begini gak sampai 1 jam lagi kulitnya pasti bakalan hitam arang.

MORTAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang