Hi!!🧟♀️
Curious?
Let's go!🧟♂️🧟♀️***
"Selamat pagi! Siswi yang bernama Ovasha Kheina, kelas XI MIPA-1 harap segera datang ke ruang BK. Sekali lagi, siswi yang bernama Ovasha Kheina, kelas XI MIPA-1 diharapkan datang ke ruang BK. Terimakasih!" suara seseorang yang memberikan pengumuman yaitu sebuah perintah berkumandang di telinga setiap siswa-siswi dan warga sekolah Cakrawala.
"Sha! Lo mau pergi sendirian? Atau perlu gue temenin??" tanya seseorang di sebelah Vasha. Suara gadis itu menginterupsi pikiran Vasha.
Vasha menggeleng pelan dan dengan segera ia melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju tempat yang diperintahkan suara dari speaker tadi.
Siapa pun yang dapat melihat, akan dapat mengetahui kondisi Vasha. Gadis itu tampak lemas. Wajahnya pucat, warna bibir yang biasanya merah muda, kini tampak pudar karena pucat juga.
Dalam hati Vasha merapalkan doa-doanya agar hari ini tidak akan menjadi seperti yang ia bayangkan sedari semalam.
Kulit wajahnya yang putih langsung merasakan terpaan udara sejuk ketika kakinya mulai menginjak lantai keramik ruang BK. Hal itu tentu bukannya membuat hatinya tenang, melainkan semakin cemas.
Tetapi, yang lebih membuat dirinya merasakan cemas adalah ketika kedua matanya dapat melihat dua orang yang sedang duduk menghadap Arini, guru BK CAKRAWALA. Dua orang yang sangat Vasha kenali, walau wajah keduanya tidak melihat kearahnya, dan walaupun gadis itu hanya melihat mereka dari samping.
Ayah dan bundanya.
Seperti terdapat pusaran yang berada di dalam perutnya, hingga perut gadis itu terasa memulas. Peluh di pelipisnya terasa dingin dan ruangan itu juga tampak mencekam.
Melihat kedatangan siswi yang sedari tadi ditunggu, Arini menatap kearahnya.
"Silahkan Ovasha, duduk nak." perintah wanita tersebut
Sesaat setelah ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang telah disediakan, Vasha memandang kedua wajah orang tuanya itu. Septian menampilkan wajah datarnya, namun tersirat tatapan kecewa di matanya yang Vasha dapat lihat. Melainkan Nasya, wanita yang merupakan ibunya, menatap dirinya dengan sungguh khawatir.
"Baiklah, karena bapak dan ibu beserta Ovasha telah hadir disini. Saya akan memulai. Selamat pagi pak dan bu." ucap Arini sembari mengulurkan tangan kanannya yang disambut Septian dan Nasya dengan baik.
"Jadi begini pak, bu. Kami, pihak sekolah, semalam telah melihat beberapa foto yang beredar di media sosial SMA CAKRAWALA, bahwasanya foto-foto tersebut menampilkan anak bapak dan ibu yang tertangkap kamera sedang bersama seorang laki-laki yang memiliki tatto di lengan kanan. Dari foto tersebut kami dapat melihat, interaksi keduanya yang tampak diluar batas, atau bisa dikatakan berbuat asusila." jelas Arini yang membuat kedua orang dihadapannya membelalakkan mata.
"F-foto?? Foto apa bu?? Maksudnya apa??" tanya Nasya cemas.
Arini kemudian mengambil handphonenya yang terletak diatas meja dimana mereka sedang berbicara.
Beberapa detik kemudian, Arini menunjukkan gambar-gambar yang tadi ia bicarakan pada mereka.
Nasya dengan cepat mengambil alih handphone tersebut dari Arini. Wanita paruh baya itu tampak memperhatikan, apakah benar gadis yang ada di gambar itu adalah Vasha, putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...