Shalom Wattpad citizens! 💋✨
Gmna kbr? Sehat???
Hopefully healthy as always yeah 😇💙
Jam brp bcanya???
Bacanya marathon apa di skip²?
Next??? 🧟🧟🧟
***
PLAKKK
Dua pasang mata manusia agak tolol itu berkedip dengan cepat slay nya. Askha langsung nyengir tak jelas. Begitu pula dengan Aeres yang menggaruk tengkuknya walau tak gatal.
Althan baru saja masuk ke dalam ruangan yang merupakan ruangan basecamp khusus anak inti Aluxes, namun dirinya langsung disambut dengan lemparan sendal jepit bau busuk milik Askha. Maklum, Askha mandi aja ngaret, apalagi nyuci sendal, ya palingan sekali dalam 1 dekade.
Beruntungnya dia adalah salah satu orang yang cekatan dan siaga. Jadi, sebelum sendal jepit dekil Askha melayang ke wajahnya, tangan kanan nya sudah lebih dulu menangkis lemparan maut Aeres.
"Ampun bang jagooo!" Bernada dinyanyikan oleh Askha. Aeres membuang tatapan nya ke samping. Sinting emang kau Askha.
"Sorry brow" ucap Aeres dengan jari telunjuk dan tengah yang ia pasang.
Althan tak menghiraukan keduanya, laki-laki itu berjalan masuk dan menghempaskan bokongnya di atas sebuah sofa tunggal yang kosong. Di depannya ada Damian yang sedari tadi sudah duduk anteng menikmati drama India ala Aeres dan Askha. Damian juga duduk di sofa, namun yang berukurang lebih besar.
Damian dan kawan-kawan mengernyitkan kening mereka kala melihat wajah berkerut Althan yang mirip kain tidak disetrika dan ketika ketua mereka itu menghembuskan nafas panjang.
"Nape lo pak ketu? Udah kek emak Naya yang banyak bebannya aja." Askha bertanya dengan wajah sok care nya juga menyebutkan nama emak nya.
Aeres menoyor kepala bagian belakang Askha sehingga menyebabkan remaja itu sedikit terhuyung ke depan.
Askha mengumpat Aeres dengan berkata "bangke" namun hanya dengan gerakan mulut, alias tanpa suara.
"Ada masalah?"
Althan mengangkat tatapannya kepada Damian. Sebenarnya ia tadi mampir ke basecamp itu, kali ini karena ia memiliki tujuan penting. Ia ingin menceritakan pasal tadi di sekolah kepada Damian. Tetapi, karena ada dua manusia lain yang tak mengetahui mengenai pernikahannya, Althan urungkan untuk membicarakan nya pada Damian.
"Besok Audrey ulang tahun ke tujuh belas."
"Widih!! Udah gede dong baby Odly kalau begitu!"
Ketiganya melayangkan tatapan tajam pada Asha, membuat remaja dengan wajah tengil itu cengengesan dan menunjukkan deretan giginya.
"Trus?" tanya Damian tanpa ekspresi, seperti biasa.
"Gue, mau kasih dia hadiah. Tapi gue bingung mau ngasih apa."
"Wahhh! Nih nih! Babang Althan harus nanya ini nih ke babang Askha. Kalau masalah hadiah-hadiah beginian, udah pasti lah babang Askha yang paling pinter ngakalin nya!" cetus Askha percaya diri sembari menepuk dadanya bangga.
"Gue serius Kha."
"Iya! Babang Askha juga serius kok! Sepuluh rius malah!"
"Diem dulu napa lo berudu katak!" cerca Aeres kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...