Shalom🫶🏽
Ready?? 🏁
Next?? 🧟♀️
***
"Enak ya pulang ngejalang lo nginjakin kaki di rumah ini."
Apalagi ini. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah yang mereka berdua tinggali, Vasha harus mendapatkan kalimat penghinaan yang terlontar dari mulut pedas siapa lagi kalau bukan Althan.
"Maksud kamu apa Al?"
Laki-laki jangkung itu berdecih sinis. "Gue masih punya mata buat ngelihat lo pulang dianter sama siapa bego!"
"Dia.. temen aku Al. Dia yang nolong aku tadi. Kalau gak ada dia, mungkin aku tadi ud—"
"Mati?"
Sedetik kemudian Althan tertawa sinis. Laki-laki itu menatap Vasha dari atas turun ke bawah dengan tatapan menilai dan jijik.
"Udah dipake sama siapa aja lo?"
Deg
Sesuatu di dalam sana terasa seperti ditikam oleh benda tajam. Menyakitkan, menyayat hati, menyesakkan dan banyak lagi.
"Dibayar berapa? Kurang lo dapet rumah yang dikasih nyokap gue? Oh! Atau lo.. kurang belaian??"
"Lumayan sih, lo bisa dapet cowok kaya tadi, atau jangan-jangan lo.. udah dapet yang lebih dari dia ya? Om-om misalkan? Sugardaddy? Pria hidung belang? Banyak banget pilihan buat lo untuk jual tubuh lo itu."
Mata tajam Althan menatap nya intens namun tersirat kebencian dan hinaan dari mata itu. Vasha memejamkan matanya menahan sesuatu di dalam sana yang sialnya terasa sakit. Matanya berair, mungkin sebentar lagi ia akan menangis.
Gadis ringkih itu membuang nafasnya. "Maaf Al, aku capek, aku mau istirahat dulu."
Tak ingin meladeni setiap ucapan laki-laki yang telah menjadi suaminya, Vasha ingin segera masuk ke kamarnya. Hari ini ia sudah sangat lelah, ia hanya ingin ketenangan, setidaknya hanya di malam hari saja.
"Baru digilir lo? Capek ya? Jalang."
Tanpa sadar Vasha mengepalkan kedua tangannya yang ada di samping tubuhnya.
"Jam segini baru pulang. Lo lihat tuh jam berapa sekarang. Hebat juga lo pulang jam segini dianter cowok, berani lagi masuk ke dalam rumah ini dengan membawa tubuh kotor lo itu."
"Berharap gue cariin lo? Gue pasti udah gila kalau sampai cariin lo. Cewek munafik, murahan, benalu!"
Althan menatap wajah Vasha yang balas menatapnya dengan lekat. "Untuk malam ini aja, tolong biarin aku istirahat dengan tenang Al. Aku capek. Beneran capek."
"Mau istirahat?" Althan terkekeh.
"Lo pikir setelah lo pulang jam segini dan dianter sama cowok antah berantah, lo gue biarin tidur dengan tenang di kamar lo, gitu?"
Kening gadis itu mengernyit, apa maksud dari perkataan Althan. Kepala Vasha berdenyut lagi, kepalanya terasa pusing.
"Ikut gue!" Althan menarik sebelah tangan Vasha dengan kasar dan menyeret gadis itu tanpa perasaan hingga langkah Vasha tertatih-tatih mengikuti langkah lebar Althan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...