Hellloowww🧟♀️
Next?
Answer me!
LET'SSS GOWW!🧟♀️🧟♂️***
Vasha dengan cekatan memasukkan peralatan tulis dan buku-buku Biologinya ke dalam ransel hitam miliknya, sama seperti teman-teman sekelasnya.
"Baiklah! Selamat siang semuanya! Hati-hati di perjalanan! See you soon!" ucap Andika, guru muda yang cukup diidam-idamkan para siswi Cakrawala. Selain baik dan memiliki penampilan diatas rata-rata, guru laki-laki itu juga sangat ramah terhadap setiap siswa-siswi Cakrawala. Pastinya saja ada siswi yang menaruh rasa suka terhadap guru muda sepertinya.
"Yuk, Sha!" ajak seseorang yang sangat Vasha kenali, Aura.
Teman sebangkunya itu tampak telah menggendong tas ranselnya.
"Ehmm.. kayanya kamu duluan aja deh, Ra. Soalnya aku mau ke perpustakaan dulu, ngembaliin buku yang aku pinjam minggu lalu." ucap Vasha.
"Oh, okay!" sahut Aura lalu dengan segera melenggangkan kaki nya menuju pintu kelas XI MIPA-1.
Melihat itu, Vasha jadi teringat dengan perlakuan dan perkataan Aura kepadanya semalam. Memang, semalam pada malam hari, Aura mengirim pesan berisi permintaan maafnya kepada Vasha, terkait perilaku dan perkataan kasarnya di kantin semalam siang. Dan Vasha juga telah memaafkan Aura, walaupun jika saja gadis itu tidak meminta maaf kepadanya, ia pasti akan memaafkan gadis itu.
Namun, tetap saja masih ada rasa tidak menyangka Vasha mengenai sikap buruk Aura kepadanya semalam.
Setelahnya, Vasha berjalan cepat menuju koridor gedung kelas dua belas jurusan IPA, yang berada di lantai dua.
Lalu ia melangkah menuju perpustakaan SMA CAKRAWALA. Sesampainya disana, gadis itu membuka tas ranselnya dan mengambil dua buah buku yang telah ia pinjam dan mengembalikan buku-buku tersebut kepada pegawai perpustakaan SMA itu.
Selepas menyelesaikan urusannya, Vasha langsung keluar dari perpustakaan menuju lapangan SMA CAKRAWALA yang harus dilalui jika ingin keluar dari pekarangan SMA tersebut.
Saat berjalan bersama para siswa-siswi yang akan segera pulang dari koridor lantai pertama gedung kelas dua belas, Vasha dapat mendengar beberapa orang yang sedang membicarakan sesuatu.
"Parah banget ternyata anak beasiswa itu! Nampaknya aja mukanya polos begitu, tingkahnya malu-maluin keluarga."
"Ih! Cewe ganjen, ciuman kok sama cowok bertatto gitu. Emang dasar ga beres sih."
"Udah anak beasiswa, ga tau diri lagi. Paket komplit deh."
"Kalau guru-guru dan kepala sekolah sampe tau foto ini, habis deh dia dan beasiswanya, bakalan dicabut sih, pasti"
"Mungkin di D.O?"
"Bisa jadi, soalnya kan ini dia udah ngerusak nama baik dan ngelanggar peraturan CAKRAWALA juga."
"Prestasi aja yang tinggi, moral rendah."
"Polos berkedok jalang."
Begitu banyak gunjingan-gunjingan menyakitkan yang telinga Vasha dapat dengar. Tunggu sebentar, anak beasiswa mana yang sedang mereka bicarakan? Dengan reflek kepala Vasha mencari-cari siapa orang yang sedang mereka cemooh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL
Teen Fiction"Lo jangan pernah berharap sedikit pun sama pernikahan gila ini. Karena cinta dan masa depan gue hanya untuk satu perempuan, dan bukan lo." Gadis itu mengangguk pelan. Sekarang, ia mulai mengerti. Masalah baru yang datang di dalam hidupnya, lagi. M...