Part 5

1.4K 194 28
                                    

Pengenalan sekolah akhirnya memasuki hari terakhir, hari ini mereka akan menginap di sekolah, berkemah dan menyalakan api unggun di sekolah. Diana dengan penuh semangat sekarang  mempersiapkan barang-barang yang menjadi tugasnya untuk dia bawa.

"Jangan lupa bawa jaket tebal." Kata Putri.

Diana menoleh, "Mom udara sedang panas begini, untuk apa aku membawa jaket tebal?"

"Malam di luar ruangan itu dingin, lebih baik dibawa buat berjaga-jaga."

"Aku bawa sweater saja, lagian tidurnya nanti di kelas bukan di lapangan atau taman, lebih lagi juga tidak tidur di hutan."

"Kalau begitu jangan lupa bawa obat anti nyamuk, besok kamu pulang badanmu merah-merah, gatal kamu garuk, luka dan berbekas."

"Tidak masalah, mami lupa aku sudah memiliki calon suami jadi tidak perlu kuatir jika kulit putri cantikmu banyak bekas luka. Jika dia tidak mau menerimaku apa adanya, artinya dia tidak cocok menjadi menantumu."

"Hush.... Mami yang malu punya anak kulitnya bopeng."

Diana tertawa, "Baiklah demi tidak membuat mami malu, aku akan membawanya tapi tidak dengan jaket tebal, hanya memberatkan barang bawaanku."

"Bagaimana dengan makanan? Apakah disediakan oleh pihak sekolah?"

"Kelihatannya begitu, kami tidak diminta membawa bahan makanan jadi harusnya sudah disiapkan."

"Lebih baik kamu membawa roti, susu dan camilan lainnya, siapa tahu nanti tidak di kasih makan."

"Itu namanya tega sekali, tapi aku kurasa aku juga tidak perlu kuatir kelaparan selama ada teleponku masih terisi daya. Jika aku lapar bisa memesan lewat aplikasi atau telepon ke mami untuk minta diantarkan makanan."

Putri tertawa, otak putri putri tunggalnya memang cerdas.

"Sedang apa adik cantikku?" Rian baru kembali dari latihan basket, mau kembali ke kamarnya untuk mandi, dia melewati kamar Diana yang terbuka, tentu saja dia langsung menyapa adiknya, apalagi ada mami mereka di sana.

"Eh, untung kamu pulang. Mami mau tanya, apakah acara penutupan pengenalan sekolah disiapkan makan malam atau tidak?" Tanya Putri pada putra keduanya itu.

"Tentu saja. Jangan kuatir soal makanan, dijamin menu lengkap dari catering ternama." Jawab Rian.

"Itu jamannya mas Rian, sekarang siapa tahu sudah menurun karena kekurangan dana." Jawaban Diana membuat Rian tertawa.

"Memalukan sampai sekolah ternama kekurangan dana, selain itu biasanya panitia mencari sponsor untuk acara penutupan jadi jangan pikir kalian di sana akan menderita. Intinya besok siang adalah saat terakhir kalian di kerjai, sore sampai malam kalian bebas sampai acara penutupan. Jangan lupa bawa uang, biasanya ada stand-stand dari kegiatan Osis yang akan membuka lapak dan berjualan."

"Dijual? Itu namanya pemerasan." Kata Diana.

"Dasar pelit." sahut Rian.

Diana hanya menjulurkan lidah mengejek kakak keduanya.

"Sudah kamu pergi mandi sana, jangan mencari gara-gara yang akan berakhir dengan keributan kalian berdua." Kata Putri melerai sebelum terjadi pertengkaran antara anak kedua dan ketiganya.

"Mami tidak mau mencium keringatku? Langka lho mi baunya." Rian mengatakan hal itu sambil kabur, tepatnya sebelum maminya melemparnya dengan benda yang ada di tangannya atau yang terjangkau olehnya. Diana hanya tertawa melihat kekesalan maminya dengan candaan kakaknya.

***

Kelihatannya acara penutupan juga digunakan kakak-kakak kelas untuk menembak cewek incaran mereka, sore itu Yulia tertawa melihat begitu banyak bunga dan surat yang diterima oleh Diana. Dia juga mendapatkannya tapi tidak sebanyak Diana, "Perlu bantuanku untuk menyeleksinya?" Goda Yulia.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang