Part 32

1.2K 177 17
                                    

"Sebelum kita menikah aku sudah selalu merindukanmu, menurutmu sekarang apakah mungkinkah aku akan gila karena menahan rindu?"

"Beruntung dulu aku tidak mengenal mas Pras jadi aku tidak akan gila saat merindukan mas Pras. Nanti sebelum mas Pras gila, jangan lupa untuk memindahkan semua harta mas Pras atas namaku." Jawaban Diana membuat Pras mengacak rambut istrinya.

"Kamu akan merindukanku?"

"Sebenarnya mas Pras tidak perlu bingung atau memikirkan hal itu, jika aku merindukan mas Pras tinggal telepon dan jika masih rindu lagi tinggal minta mas Pras datang mengunjungiku di sana. Atau mas Pras berencana untuk tidak menemuiku sampai aku selesai sekolah? menungguku kembali sendiri kemari?"

"Tentu saja tidak."

"Kalau begitu mas Pras pikirkan pekerjaan saja, supaya bisa diselesaikan dan mas Pras bisa pergi menemuiku."

Jawaban Diana sangat cerdas dan itu memang yang akan dilakukan oleh Pras, hanya saja dia tetap tidak rela harus berpisah dengan istrinya.

"Kamu sekarang sudah menjadi tanggung jawabku jadi walau di sana kamu tinggal bersama mami dan papi, walau mami dan papi memang tidak melakukan perhitungan tetapi aku ingin kamu tidak bergantung dengan mereka untuk semua pengeluaranmu, bahkan kamu yang harus membantu pengeluaran mereka. Gunakan uang dari rekening yang aku buka untukmu atau kartu yang kubuatkan."

"Bagaimana caranya, mami dan papi pasti marah jika aku membayar mereka."

"Kamu bisa membayarkan belanja mereka, membelikan atau memesan kebutuhan rumah atau makanan, bukan memintamu membayar mereka dengan uang tunai. Juga kebutuhan sekolahmu, karena jika kamu tidak menggunakan uangku, aku malu."

"Malu? mengapa malu? bukankah lebih menguntungkan?"

"Menguntungkan ya tapi sebagai seorang pengusaha muda yang memiliki perusahaan sendiri, masa tidak bisa membiayai istri dan keluarganya atau membiarkan istrinya tetap bergantung pada keluarganya. Bagaimana jika mereka tahu? Bisa-bisa tidak ada yang mau berkerjasama denganku."

Diana tertawa, "Jadi kusimpulkan jika dalam hal ini ada unsur harga diri yang dipertaruhkan."

Pras kembali mengacak rambut istrinya yang selalu saja bisa menemukan jawaban, "Semua barang yang mau kamu bawa sudah kamu masukkan?"

Diana memang sedang menyusun koper kabin yang berisi barang-barang pribadinya, dia tidak membawa semua pakaiannya karena di Surabaya masih tertinggal cukup banyak, dia memilih mengisi dua koper besarnya dengan bahan-bahan kue dan perelengkapannya yang tidak bisa dia dapatkan di Surabaya.

"Mas Pras nanti kalau mau datang, kabarin jauh-jauh hari ya. Siapa tahu ada yang ingin kutitip untuk dibawakan, jadi mas Pras ada waktu untuk membelikannya."

Pras mengangguk sambil tersenyum karena lucu dengan istri kecilnya yang selalu mengemaskan.

"Oh ya, sebelum aku lupa soal Jenni kemarin mas Pras sudah janji tidak menegurnya, jangan lupa untuk menepatinya."

Saat makan siang kemarin, Diana menceritakan pertemuannya dengan Jenni di café, ceritanya itu membuat Pras kesal dan berniat menegur Jenni, tetapi Diana melarangnya.

Pulang makan siang, Pras kembali sibuk dan hari ini dia tidak ke kantor karena menemani Diana yang akan terbang kembali ke Surabaya nanti malam.

"Ya, aku tidak akan menegurnya hanya saja mengapa kamu melarangnya?"

"Mas Pras saja butuh harga diri, wanita juga memiliki harga diri. Dia akan malu sekali, apalagi pria yang dikagumi juga dia sukai yang menegurnya. Hal itu bisa mempengaruhi kinerjanya, juga mempengaruhi hubungan pertemanan kalian."

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang