Part 50

1.2K 174 12
                                    

Pras yang masuk ke ruang kantornya menemukan istrinya duduk di sofa dengan kedua kaki diselonjorkan di atas meja, memandang telepon genggam miliknya.

"Apa salah telepon itu, sampai kamu melihatnya seperti itu?"

Diana menoleh pada suaminya, "Tadi dia berdering, aku angkat dan memainkan peran sebagai sekretarismu, menjawab dengan sopan tapi tiba-tiba teleponnya mati, kupikir error tapi kelihatannya penelepon yang memutuskan hubungannya."

Pras sudah tahu kebiasaan Diana jika menerima telepon genggam saat dia menitipkannya. Diana pasti akan berperan menjadi sekretarisnya, karena itu dia bertanya, "Siapa yang menelepon? Ada meninggalkan pesan?"

"Jenni. Dia ingin bertemu denganmu untuk membicarakan soal bisnis."

"Jenni? Pembicaraan bisnis?"

"Mengapa terkejut?"

"Karena sepengetahuanku, aku sudah tidak ada hubungan dengannya, apalagi harus bertemu untuk membicarakan soal bisnis. Dia tidak mengenalimu?"

Diana menggeleng, "Oh, apakah karena tadi aku menyebut namaku dia menutup teleponnya?"

Pras menepuk kepala istrinya, "Mungkin dia terkejut kamu yang mengangkat teleponku."

"Mungkin saja."

"Kakimu masih bengkak, bagaimana jika pakai kursi roda saja?"

Diana menggeleng, "Katanya tadi mau tanya dokter dulu?"

"Hanya tidak tega melihatmu seperti ini."

"Kalau tidak tega mengapa tega menghamiliku? Sudah begitu langsung kembar. Untung hanya dua, bagaimana kalau tiga atau empat?"

Pras tersenyum, "Aku tidak tega menghamilimu, tapi suka prosesnya. Sama seperti dirimu, juga suka prosesnya walau tahu akibatnya. Soal kembar dua, tiga, atau empat itu adalah anugerah terindah yang tentu saja sebagai bukti kemampuanku."

"Mas Pras sedang menyombongkan diri?"

"Bukan sombong tapi membanggakan diri."

"Apa bedanya?"

"Tidak ada." Jawab Pras dengan santai.

Tawa Diana meledak dan baru berhenti ketika dia merasakan tendangan di perutnya, dia memang menyadari jika suaminya sekarang semakin suka mengikuti cara dia berkata-kata, tepatnya menggunakan caranya memberi jawaban untuk membalasnya.

"Lupa mereka sedang tidur, tawamu membangunkan mereka." Kata Pras sambil mengelus perut Diana yang semakin membesar. Kurang 3 bulan lagi Diana akan melahirkan, Pras mengikuti pilihan Diana untuk melahirkan secara normal, dokter juga mengatakan tidak ada masalah karena kondisi dua bayi dan kondisi Diana sehat. Masalahnya karena memilih melahirkan dengan cara normal, hari melahirkan tidak bisa ditentukan apakah mami Putri keburu datang sebelumnya atau tidak bisa dipastikan.

Diana ikut mengelus perutnya lalu berkata, "Kelihatannya mereka bukan terbangun karena tawaku, tapi karena mereka lapar."

Pras tertawa, meraih tas bekal yang mereka bawa tadi pagi dari rumah. Bekal yang disiapkan oleh koki yang dipekerjakan oleh Pras. Sebulan yang lalu mereka akhirnya mulai menempati rumah baru mereka, rumah yang dipersiapkan dan diberikan oleh Pras untuk Diana, minggu lalu mereka mengadakan pesta menempati rumah baru, kelihatannya karena terlalu lama berdiri dan sibuk menyiapkan kue dan dessert membuat kaki Diana bengkak.

Hari ini Diana ikut ke kantor karena sore ini mereka akan pergi ke dokter kandungan, memeriksakan kaki Diana dan juga melihat pertumbuhan kedua bayi mereka.

***

Jenni menunggu dengan gelisah, Patrick tidak memberi kabar membuat dia yakin Diana tidak menyampaikan pesannya pada Patrick. Pesannya untuk Drew hanya dibalas jika jadwal Patrick dua minggu ke depan penuh tapi dia akan coba menanyakan pada Patrick, apakah bisa meluangkan waktunya, hanya saja dia tidak bisa memberi janji apapun untuknya.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang