Part 39

1.2K 175 8
                                    

"Tanyakan, jangan disimpan di sini. Katanya otakmu tidak boleh berpikir terlalu berat." Pras menunjuk kening Diana yang memandangnya sambil merengut manja.

"Mas Pras bagaimana selalu bisa menebak dengan tepat?"

"Jadi cepat tanyakan sebelum otakmu meledak."

"Terus saja mengejekku."

"Jadi tanya atau tidak?"

"Bagaimana mas Pras bisa langsung mengetahui jika itu bukan fotoku?"

Pras tersenyum, menusuk sepotong strawberry dan diarahkan ke mulut Diana yang langsung menyambutnya.

"Mungkin antara dirimu dan aku, aku lebih mengenal setiap inci tubuhmu dari bagian depan sampai bagian belakang yang bahkan tidak bisa kamu lihat sendiri secara langsung. Jadi tentu saja aku langsung bisa mengenali jika itu bukan tubuhmu."

Wajah Diana langsung merona, saat mandi tadi pagi dia tiba-tiba penasaran mengapa suaminya bisa langsung yakin itu bukan foto tubuhnya, mungkin suaminya memang percaya padanya tetapi tetap saja Diana penasaran, mengapa Pras sama sekali tidak bertanya untuk memastikan.

"Sudah bisa terima atau mau dilengkapi?"

"Dilengkapi? Apanya?"

"Jawaban dari pertanyaanmu tadi."

"Masih ada penjelasan lain?"

Pras tersenyum penuh rahasia sebelum menjawab, "Puncak buah dadamu lebih menarik daripada yang ada difoto."

Wajah Diana langsung panas dan tentu saja rona kemerahannya semakin terlihat, "Mas Pras mesum."

"Aku hanya menjawab pertanyaanmu, dan mengatakan yang sebenarnya. Untuk apa malu, itu fakta dan sama dengan diriku yang begitu mengenal tubuhmu, berlaku juga dengan dirimu yang aku yakin lebih mengenal tubuhku dari diriku sendiri."

Diana diam, yang dikatakan Pras memang benar, jadi buat apa dia malu, apalagi dia dan pras juga suami istri, mengenal badan masing-masing bukankah hal yang wajar mengingat mereka sudah sering berhubungan badan.

"Apakah ada pertanyaan lagi?"

"Ya."

"Katakan."

"Apakah hari ini aku masih belum boleh keluar hotel?"

"Kelihatannya hari ini kamu kembali harus membolos tapi tidak untuk tinggal di hotel."

"Lalu? Terus telepon genggamku kapan boleh dinyalakan?"

"Telepon genggammu sudah boleh dinyalakan, tapi begitu ada pesan atau panggilan dari nomor tidak dikenal, langsung blokir. Soal tidak bisa sekolah hari ini karena kamu harus ikut ke kantor polisi."

"Untuk apa? Apakah untuk di interogasi?"

Pras kembali menunjuk kening istrinya, "Bagaimana bisa, kamu begitu malas membuat otakmu berpikir tetapi kamu membiarkan otakmu menyimpan adegan-adegan drama?"

"Jadi untuk apa aku ikut ke kantor polisi?"

"Bukankah kemarin kamu yang ingin ikut?"

"Mas Pras teruskan bercandanya, aku mau ke sekolah saja."

"Lho marah?" Pras kembali menyuapkan buah ke mulut Diana, Diana yang menerimanya membuat Pras tersenyum, "Ada berkas-berkas yang harus kamu tandatangani, juga seperti katamu tadi, ada interogasi sebagai syarat resmi, jangan kuatir nanti om Teguh akan mendampingimu."

"Om Teguh yang menangani kasus ini?"

"Ya, karena kamu juga putrinya. Kemarin dia mengatakan begitu sama papi, dia tidak mau sampai ada kesalahan dalam kasus ini. Oh ya, dalam kasus ini kamu menggunakan warna negara Canada, Rey sudah mengaturnya dengan om Teguh karena dengan begitu mereka akan semakin sulit untuk minta damai."

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang