Part 9

1.4K 202 31
                                    

Pras mempersilahkan Diana masuk terlebih dahulu. Saat sudah di dalam kamar, Diana baru mengerti mengapa pria itu memilih kamarnya yang kelihatannya bukan hanya sekadar kamar tipe suite tetapi kelasnya lebih tinggi dari itu. Kamar yang memiliki ruang tamu atau ruang kerja terpisah dari kamar tidur yang sekarang pintunya sedang tertutup.

Tanpa mempersilahkan Diana duduk, Pras duduk terlebih dahulu dan setelah Diana duduk dihadapannya, dia baru berkata, "Silahkan tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan."

Diana membalas tatapan pria dihadapannya, "Sejak kapan mas Pras tahu atau kenal diriku?" Diana masih ingat sopan santun dengan tidak memanggil 'kamu' pada pria dihadapannya itu.

"Aku tahu jika akan ditunangakan denganmu dua bulan sebelum kamu dilahirkan. Hari itu acara reuni kembali antara eyang Nahendra dan eyang Tyo. Karena tahu bayi dalam kandungan tante Putri berjenis kelamin perempuan dan saat itu aku adalah cucu laki-laki satu-satunya dari keluarga Nahendra, maka mereka menjodohkan kita."

Pras menjeda penjelasannya, melihat Diana hanya diam tetapi tatapannya menunjukan rasa ingin tahu dari kelanjutan cerita itu, Pras kembali berkata.

"Saat itu aku masih diberi pilihan, terima atau tidak. Aku meminta keputusan ditunda sampai kamu lahir, dan mereka mengatur lagi waktu untuk pertemuan selanjutnya. Pertemuan itu terjadi ketika kamu berusia 3 bulan, aku datang untuk melihatmu dan saat itulah aku memutuskan menerima pertunangan itu."

"Saat itu mas Pras bisa saja menolaknya, mengapa tidak ditolak?"

"Jika aku katakan, aku telah menyukaimu saat itu, menurutmu apakah aku seorang pedofil?"

Dengan polos Diana mengangguk, "Sekarang setelah mengetahui perbedaan usia kita, aku juga berpikir hal yang sama."

Kali ini Pras tidak menahan senyumnya, waktunya menjaga sikap serius dan acuh sudah lewat, sekarang dia ingin Diana mengenalnya dengan pribadinya yang sebenarnya.

"Mengapa tersenyum?" Tanya Diana.

"Karena yang kamu katakan sudah terpikir sejak lama. Mau dilanjutkan?"

Diana mengangguk, sebenarnya degub jantungnya sedang berdetak dengan cepat hanya karena melihat senyum pria dihadapannya yang membuat wajah tampannya semakin mempesona.

"Aku tidak menolak pertunangan itu sejak kamu menatapku dan memegang jariku dengan kuat. Namun saat aku menerima, tante Putri dan om Elang mengajukan persyaratan."

"Soal 18 tahun itu?"

"Ya. Mereka ingin kamu menikmati masa kecil dan masa remajamu dengan bahagia dan normal tetapi persyaratan itu ditentang oleh kedua eyang kita. Akhirnya satu kesepakatan diambil, mereka akan memberitahukan masalah pertunangan padamu saat kamu berusia 6 tahun, tetapi tetap merahasiakan siapa tunanganmu. Mereka juga akan menjaga supaya kamu tidak menjalin hubungan percintaan dengan teman sekolahmu sebagai jaminan supaya pertalian dua keluarga tetap bisa dilaksanakan."

"Tidak adil, kamu tahu siapa tunanganmu sedangkan aku hanya tahu ditunangkan."

"Memang tidak adil tetapi setelah beberapa tahun berlalu, aku mulai mengerti jika om dan tante ingin aku memastikan keputusanku."

"Mengapa dirimu dan bukan aku?"

"Karena mereka yakin bisa menjaga perjanjian pertunangan itu, oleh sebab  itu mereka bersedia memberitahukan padamu jika kamu telah ditunangkan. Sebaliknya saat itu bisa dikatakan mereka meragukanku, bukan karena usiaku tetapi karena aku tinggal dan dibesarkan di negara yang menggangap seks adalah hal bebas."

"Jadi apakah boleh kusimpulkan, kamu telah lolos ujian itu?"

Pras mengangguk, "Bisa dikatakan begitu."

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang