Part 36

1.2K 169 10
                                    

Jika Diana selalu mengelak saat ditanya oleh keluarganya atau Pras, apakah dia merindukan suaminya, bukan berarti dia tidak merindukannya, tetapi untuk mengakui hal itu dia malu atau lebih tepatnya dia malas menerima godaan dari mereka semua terkait perasaannya.

Hari ini suaminya datang dan Diana sudah berjanji akan menjemput suaminya, jadi begitu kelasnya berakhir yang biasanya Diana masih akan tinggal dan mengobrol dengan teman-temannya, hari ini begitu kelas terakhirnya berakhir, Diana langsung pamit untuk pulang lebih dulu.

Sekarang dia sudah di bandara, duduk menikmati minuman di salah satu stan di dalam bandara sambil mengerjakan tugas sekolahnya. Dia sudah memberi kabar pada suaminya tepatnya memberitahukan lokasi di mana dia menunggu. Pesannya memang belum terkirim tapi dia yakin begitu tiba, suaminya pasti akan memeriksa kotak pesannya.

Keasyikannya terganggu dengan aroma yang sudah sangat dia kenali, disusul dengan seorang pria berdiri disampingnya. Diana mengangkat kepala dengan senyum manisnya, lalu berdiri dan tanpa ragu memeluk suaminya.

"Kelihatannya bukan hanya aku yang menahan rindu." Kata Pras.

"Aku tidak mengatakannya bukan berarti aku tidak merindukanmu." Kata Diana membuat Pras tersenyum.

Diana melepaskan pelukannya, merapikan barang-barangnya sebelum menggandeng tangan suaminya yang tidak membawa koper menuju pintu keluar.

"Mas Pras jadinya menginap di mana?" Tanya Diana begitu mereka sudah duduk di dalam mobil, kali ini kembali Diana yang menyetir.

"Di rumah papi dulu, nanti dari Singapore baru aku menginap di hotel."

"Lho, dari Singapore kembali ke Surabaya lagi?"

"Susah-susah datang menemui istriku, masa aku hanya tinggal dua malam?"

"Dua malam? Lho, bukanya kata mas Pras akan tinggal seminggu di sini baru ke Jakarta sebelum ke Singapore?"

"Yang Jakarta batal, orang yang akan kutemui yang akan kemari jadi aku mengatur ulang jadwalku."

"Jadi mas Pras akan berapa lama di Surabaya?"

"Mauku sampai kamu lulus, tapi rasanya tidak memungkinkan."

"Mas Pras mulai..... jangan membuat sopir kesal, aku bisa menurunkan mas Pras di tengah toll."

Pras tertawa, meraih tangan istrinya, "Temani aku ke Singapore."

"Mas Pras minta aku bolos sekolah?"

"Tentu saja tidak. Kita pergi hari jumat setelah kelasmu berakhir dan tinggal di sana sampai minggu sore."

"Katanya mas Pras ke sana untuk mengurus pekerjaan, mengapa perginya akhir minggu?"

"Aku mengatur janji pertemuanku di sabtu pagi jadi kita masih ada waktu untuk merayakan ulangtahunku, bukankah kamu ingin aku merayakannya denganmu?"

Diana tersenyum, dia hanya mengatakan secara sambil lalu tetapi setiap perkataannya selalu didengarkan dengan baik oleh suaminya, seharusnya dia menyadari hal itu dan tahu alasan mengapa suaminya rela bekerja di akhir pekan dan mengatur semua pekerjaannya supaya bisa memiliki waktu untuk bersamanya.

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Ikut ke Singapore?"

"Mas Pras sudah mengaturkan dan menyiapkannya, masa sebagai istri aku tidak menurut pada perintah suami?"

Pras menepuk puncak kepala istrinya, "Andai kamu bisa menurut setiap saat."

"Jangan, nanti mas Pras akan bosan."

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang