Part 41

1.2K 172 10
                                    

Diana baru selesai mengerjakan pesanannya dan sedang membersihkan dapur, ketika Dyan yang baru pulang menghampirinya, "Sudah selesai?"

Diana mengangguk, "Datang-datang bertanya sudah selesai padahal sudah lihat aku sedang bersih-bersih, katakan ada apa? Jangan bilang mas Dyan mau pakai dapur untuk menyiapkan makan malam, jika benar maka anda beruntung karena makan malam sudah selesai disiapkan."

Dyan tertawa, "Mami mana?"

"Tadi dijemput bu Ana, entah mau dibawa ke mana."

"Mami akan mengomel jika mendengarnya, kamu mengatakan seperti mami seekor peliharaan dan dijemput bu Ana untuk diajak berkeliling kompleks."

"Aku yakin mami akan mengomel tapi bukan padaku, mami akan mengomeli mas Dyan yang mengatainya seperti itu."

"Sudah.... Semakin diteruskan yang ada kamu buat aku kesal dan jadi lupa apa yang mau kutanyakan."

"Ternyata betul tebakanku, kelihatannya aku mempunyai ilmu cenayang, bisa menebak mas Dyan punya keperluan mencariku."

"Tidak perlu ilmu untuk menebak hal seperti itu."

"Jadi apa yang mau ditanyakan padaku?"

"Jika ada yang mau memberimu kado, apa yang kamu inginkan?"

"Mas Dyan mau memberi kado padaku? Dalam rangka apa?"

"Kamu kalau mau kado minta sama suamimu. Ini ada teman yang tanya, dia mau memberi hadiah buat gebetannya yang akan berulang tahun."

Diana menghentikan kegiatannya membersihkan meja, mengangkat kepala dengan pelan lalu menoleh melihat kakak sulungnya, "Teman atau mas Dyan sendiri? Tidak jujur, aku tidak mau jawab."

Dyan menatap adiknya, kelihatannya memang benar adiknya memiliki ilmu cenayang.

"Ya, aku."

"Wah, aku akan punya calon kakak ipar?"

"Jawab dulu baru aku ceritakan."

"Tidak bisa, mas Dyan harus cerita dulu baru aku bisa kasih saran. Kalau aku jawab sekarang ada dua pilihan, satu kado yang sesuai usia atau hobbyku dan kedua kado yang sesuai dengan nyonya Patrick Conor. Kurasa kedua hal itu takutnya tidak sesuai dengan yang mas Dyan inginkan."

Dyan menghela napasnya, Diana memang ratu mengesalkan tetapi apa yang dikatakannya memang benar. Akhirnya Dyan menceritakan bagaimana wanita yang sedang dia dekati, lucunya Diana dengan penuh konsentrasi dan tanpa mengajukan satu pertanyaan, mendengarkan ceritanya.

"Jadi apa saranmu?"

"Boneka, nanti aku buatkan coklat khusus yang akan membuatnya berkesan karena menerima hadiah berbeda."

Dyan menatap adiknya dengan tatapan tidak terbaca, "Setelah aku cerita saranmu hanya itu? Apakah tidak kekanak-kanakan?"

"Jika mas Dyan memberikan cincin itu namanya langsung lamaran, dia akan kabur. Tenang jangan kesal dulu, biar adik cantikmu ini menjelaskan."

Dyan ingin menjitak adiknya tetapi dia harus menundanya sampai Diana selesai menjelaskan.

"Dari cerita mas Dyan tadi, aku yakin mbak Tyas ini adalah seorang yang wanita yang manis tapi mandiri. Seorang wanita mandiri juga memiliki sisi kekanak-kanakan yang mungkin harus dia simpan sendiri karena situasi dan kondisi tidak cocok untuk dia menunjukkannya di depan umum. Memberi pakaian terlalu rumit, syukur kalau ukurannya sesuai, kasih perhiasan juga tergantung selera, jika terlalu besar belum tentu dia akan pakai karena tidak praktis dan mengundang perhatian, terlalu kecil juga belum tentu dia pakai karena yang dia pakai sekarang menurutnya sudah nyaman, belum lagi memikirkan tempat penyimpanannya, mengingat di sini dia kost. Memberi tas, dompet atau sepatu juga sama saja, seperti aku malah bingung harus disimpan di mana, mau dipakai bergantian juga malas mindah-mindah isinya dan kuatir ada yang ketinggalan, jadi paling aman memberi boneka yang bisa menemaninya saat dia lelah bekerja seharian dan tentu saja menemaninya tidur."

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang